74. I Miss You Dad ....

6.3K 148 2
                                    

Athes mengerang kecil ketika merasakan sebuah beban berat pada tubuhnya. Balita itu dengan perlahan membuka mata, menatap Nora yang tengah memeluknya dengan erat.

"Mommy," gumam Athes berusaha melepas lingkaran tangan Nora erat di tubuhnya. Balita itu mengerjab pelan, menatap mommy-nya dengan heran.

Pasalnya tak biasanya Nora bangun selama ini. Jika Athes biasanya bangun pagi pasti mommy-nya itu sudah tidak ada lagi di atas ranjang.

Apa ini karena ia bangun terlalu pagi? Pikirnya dalam hati.

Mencoba melupakan pertanyaan-pertanyaan itu Athes dengan perlahan mendudukan diri, matanya dengan cepat menatap jam yang ada bertengger di dinding.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, dan itu adalah hal yang wajar bagi Athes yang terbangun pada pagi hari saat sekolah.

Athes mengalihkan pandang menatap mommy-nya sekilas sebelum pandangannya dengan cepat tertuju pada seorang pria yang tengah tertidur pulas di sebelah mommy-nya.

Mata Athes membulat penuh, balita itu menunjuk Aldrich dengan tatapan tak percaya.

Siapa orang jahat yang ingin tidur di sebelah mommy-nya.

Athes segera turun dari atas ranjang, mencoba berhati-hati balita itu dengan cepat mendekati ranjang di sisi Aldrich, menarik ujung pakaian yang di gunakan pria itu dengan cepat dan dalam sekali hentak.

Namun ternyata usaha Athes untuk menyakiti pria jahat itu malah berujung sia-sia karena kekuatannya yang tak sanggup menjatuhkan tubuh Aldrich dari atas ranjang, pria itu hanya sedikit memutar badan ke kanan karena ulah Athes. Bahkan Aldrich yang merasa terganggu dengan perlahan membuka mata.

Athes yang menyadari jika sosok itu adalah Aldrich membulatkan mata tak percaya. Ia menunjuk tepat di wajah Aldrich yang kini sudah membuka mata dengan satu tangan menutup mulutnya.

"Uncle Aldrich?" gumamnya dengan tatapan tak percaya.

Aldrich menatap Athes dengan tersenyum kecil.

"Yes, it's me," balasnya dengan mengedipkan sebelah mata menatap Athes, mencoba menghadapi keterkejutan balita itu dengan tatapan santai.

"Kenapa Unc--" Athes menghentikan sejenak perkataannya sebelum kembali melanjutkannya dengan suara rendah ketika mendengar isyarat tangan Aldrich yang memintanya untuk mengecilkan volume suaranya.

"Kenapa uncle bisa ada di sini?" ulang Athes kemudian.

Lagi-lagi Aldrich tak menjawab, ia segera turun dari atas ranjang dan mendekati Athes. Meraih tubuh mungil balita itu dan membawanya ke dalam gendongan.

Aldrich berniat membawa Athes keluar karena tak ingin jika sampai perbincangannya dengan Athes nanti membuat Nora yang tengah tertidur pulas terganggu.

Aldrich membawa Athes di ruang keluarga. Mendudukan diri di sofa dengan Athes yang duduk di atas pangkuan, menghadap dirinya.

"Good morning," sapa Aldrich dengan mengecup sekilas pelipis Athes,

"-My son," lanjut Aldrich dengan suara kecilnya.

Athes yang tidak mendengar kembali menatap Aldrich heran.

"Kau bilang apa Uncle?" tanyanya sekali lagi.

Aldrich menggeleng, menatap Athes dengan tersenyum.

"Bagaimana tidurmu? Apa kau bermimpi indah malam ini?" tanya Aldrich berbasa-basi.

Athes mengangguk, "Aku benar-benar tertidur pulas malam ini, hanya saja aku sama sekali tak bermimpi apa-apa," jelasnya yang seketika membuat Aldrich terkekeh.

Athes menatap Aldrich heran, "Kenapa Uncle bisa ada di sini-- dan tidur di kamar Mommy?" tanya Athes sekali lagi membuka suara, heran dengan Aldrich yang bisa seenaknya tidur dengan mommy-nya, bahkan pria itu tidak tinggal di apartemen mereka.

"Aku hanya ingin melengkapi keluarga ini." Kening Athes mengerut tak mengerti mendengar perkataan Aldrich baru saja.

"Uncle, tolong permudah bahasanya," jelas Athes setengah merengek.

Aldrich terkekeh mendengar hal itu ia menangkup wajah Athes, mencoba kembali memperhatikan wajah balita itu. Mata hitam, hidung mancung, serta alis dan bibir tebalnya.

Senyum Aldrich mengembang melihat itu, semua ciri-ciri yang di miliki Athes ada padanya, terlebih bentuk wajah balita itu benar-benar sangat mirip dengannya.

Kini setelah memastikan dalam cahaya terang, Athes benar-benar anaknya.

"Mau tau rahasia besar?" tanya Aldrich dengan menaik-turunkan sebelah alisnya.

"Rahasia apa?" Athes menggaruk pelan keningnya, mencoba berpikir rahasia besar apa yang ingin di katakan Aldrich padanya.

Ketika tak menemukan jawabannya Athes dengan cepat menggoyang-goyangkan tubuh Aldrich.

"Ayo uncle beritahu aku, aku tidak tau," jelas Athes di iringi dengan setengah nada rengekan.

Aldrich yang melihat itu terkekeh, "Tapi kau harus janji pada Uncle kau harus menerima rahasia ini dengan lapang dada, mengerti?" ujar Aldrich sebelum benar-benar memberi tahu kebenarannya pada Athes.

Athes mengangguk kecil mendengar hal itu, balita itu pun dengan cepat mengangkat wajah menatap Aldrich dengan raut serius.

"Jadi apa rahasia besarnya?" tanyanya sekali lagi.

"Coba perhatikan wajah Uncle?" ujar Aldrich memulai.

Athes, mengangguk, mencoba memperhatikan wajah Aldrich.

"Apakah menurutmu wajah kita ini mirip?" lanjut Aldrich yang di balas Athes dengan anggukan kepala singkat.

Bukan hanya sekarang, sejak dulu wajahnya memang benar-benar sangat mirip dengan Uncle Aldrich. Sedari dulu Athes mengetahuinya namun ia pikir hal itu adalah hal biasa.

Namun mendengar Aldrich mengatakan hal itu benar-benar membuat jantung Athes berdegup kencang, pendapatnya menjurus ke suatu hal.

"Jadi?" Aldrich lanjut bertanya ketika sadar jika Athes mulai mengetahui sesuatu.

Kedua tangan Athes yang menggenggam ujung pakaian Aldrich kini berubah menjadi mencengkram. Balita itu menatap Aldrich dengan mata berkaca-kaca.

"Jadi Uncle--"

"Ya, aku adalah ayahmu." Aldrich menangkup wajah Athes dan langsung mengecup kening putranya itu kembali, menyatukan hidung mancungnya dengan hidung mancung Athes. Aldrich pun menggesek-gesekkan hidung keduanya.

Air mata dengan perlahan luruh di mata Athes, balita itu menatap Aldrich dengan mata berkaca-kaca.

"Daddy ...." Lirih Athes dengan air mata yang kini mulai luruh di pipinya.

Athes memeluk Aldrich erat, sangat erat. Balita itu terus mengeluarkan tangisan kencangnya. Seakan menyalurkan rasa sedihnya pada Aldrich.

"I Miss you Dad ...."

***

Vote+komen

Follow, klik 👉meserrine

Karyakarsa @Meserrine, follow ya hehe ...

Meniduri Wanita Lain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang