116. Is this dad's place of work?

4.1K 72 0
                                    

Ketika mobil kini telah berhenti di basement Nora segera keluar dari dalam mobil bersama Athes.

Matanya memandang kagum perusahaan Aldrich yang kian berkembang sangat pesat bahkan desain bangunannya telah di buat menjadi sangat mewah dengan beberapa bangunan-bangunan tambahan yang membuatnya terlihat semakin besar.

Sudah sangat lama Nora tidak pernah lagi menginjakkan kaki di tempat ini, hampir empat tahun, sama seperti di mansion milik Aldrich. Hanya saja tidak ada perubahan sedikit pun yang terjadi di sana. Itu yang membuat Nora jadi terlihat biasa saja ketika telah sampai di mansion kemarin sore.

"Ini tempat kerja Daddy?" tanya Athes yang sedari tadi terus diam tak membuka suara karena terlalu kagum melihat bangunan pencakar langit yang sangat tinggi di hadapannya.

Nora mengangguk kecil, menggenggam pergelangan tangan putranya dengan semakin erat, takut-takut jika sampai Athes jadi hilang.

Nora berjalan memasuki pintu perusahaan yang langsung di hadapkan dengan sang resepsionis yang tengah berdiri di antara sekat pembatas di hadapannya.

Sang resepsionis yang tengah tersenyum untuk menyapa para tamu-tamu yang baru datang seketika di buat terkejut ketika melihat wajah  Nora yang sudah sangat lama sekali tidak di lihatnya. Resepsionis itu masih ingat jika wanita di hadapannya adalah istri boss-nya dan buruknya lagi dia telah meninggalkan kenangan buruk pada Nora dan di marahi habis-habisan oleh Rossalia, ibu Aldrich.

Nora yang juga ternyata masih ingat dengan resepsionis ini terlebih dengan kejadian beberapa tahun lalu hanya bisa tersenyum kikuk, merasa tak enak pada sang resepsionis di hadapannya.

Keduanya saling bersapa senyum dengan canggung. Masih menggenggam satu tangan mungil putranya, wanita itu pun dengan perlahan mendekati sang resepsionis.

"Lama tidak berjumpa ya. Apa aku boleh bertemu dengan Aldrich?"

Sang resepsionis itu hanya bisa mengangguk cepat sekaligus di buat tercengang dan malu mendengar lontaran kalimat Nora baru saja. Wanita itu seakan memberi tahu padanya jika dia masih mengingat kejadian beberapa tahun lalu itu.

"Baiklah kalau begitu aku pergi, permisi," pamit Nora sebelum benar-benar pergi dari sana. Terlebih wanita itu sangat tidak menyukai kondisi canggung dan tidak  menyenangkan seperti itu.

Sang resepsionis itu mengangguk kecil, mengalihkan pandang pada Athes yang tengah berjalan beriringan dengan Nora sebelum akhirnya membelalakkan matanya menatap Athes, balita yang baru pertama kali di lihatnya bersama Nora. Wanita yang dia ketahui merupakan suami Aldrich.

Apa sekarang boss Aldrich telah memiliki seorang putra?

Ya'ampun sepertinya ini akan bisa di jadikan sebagai bahan gosip bersama teman-teman dan para karyawan yang sudah bekerja lama di kantor Aldrich.

Nora menghembuskan napas lega ketika telah sampai tepat di depan pintu ruangan pribadi milik Aldrich. Athes yang juga ikut berhenti dengan perlahan mendongak ketika cukup lama menatap pintu berwarna coklat di hadapannya, tertulis nama Aldrich yang bergelar sebagai CEO perusahaan.

"Mommy, kenapa kita berhenti?" tanya Athes heran sambil terus menatap mommy-nya kedua alis terangkat.

Nora yang mendengar hal itu tersenyum dan mengelus singkat kepala putranya itu, "Kita sudah sampai sayang," gumam Nora yang di angguki semangat oleh Athes.

Tangan wanita itu pun dengan perlahan terulur untuk mengetuk pintu ruangan Aldrich.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" Terdengar sahutan dari dalam di yakini Nora adalah suara milik Aldrich, suaminya.

Setelah mendapatkan ijin untuk masuk Nora pun dengan perlahan membuka pintu ruangan pribadi itu. Menatap Aldrich yang saat ini benar-benar sangat fokus di depan sebuah laptop di hadapannya, tanpa melihat siapa yang datang. Karena bagi Aldrich siapapun yang datang termasuk orang-orang kantornya bukanlah prioritas utama bagi Aldrich karena keinginannya saat ini adalah ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan bertemu dengan istri dan anaknya.

"Daddy!"

Mendengar suara teriakan melengking keras dari Athes bahkan  hingga suara balita itu menggema di ruangan yang sangat hening itu.

Ketika sadar jika yang menemuinya adalah Athes, Aldrich dengan cepat membalikkan tubuhnya untuk menatap mereka sepenuhnya karena Aldrich yakin yang berteriak keras tadi adalah Athes.

Lagi pula siapa lagi yang berani berteriak dan mengganggunya yang tengah fokus di ruangan pribadinya selain Athes dan Nora?

Senyum lebar langsung terbit di bibir Aldrich ketika menemukan istri dan putranya yang berjalan mendekat ke arahnya, bahkan rasa lelah dan pening yang di alaminya dengan perlahan menghilang, bebannya bahkan seolah terangkat ke atas.

"Nora," gumam Aldrich sambil menatap sang istri yang langsung duduk di kursi tepat di hadapan Aldrich.

Athes ikut duduk di sebelah Nora meski agak sedikit kesusahan.

"Daddy, bagaiman kabarmu? Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau akan pergi bekerja?" sahut Athes melayangkan pertanyaan bertubi-tubi pada Aldrich.

Aldrich tersenyum tak enak, "Maafkan Daddy sayang. Tadi kau tertidur sangat pulas itu sebabnya Daddy tidak tega membangunkanmu."

Athes mengangguk-angguk saja. "Sudahlah tidak apa-apa. Sekarang Daddy harus makan karena mommy telah menyiapkan makanan untuk Daddy."

Aldrich menerima, pria itu dengan cepat menatap Nora yang saat ini tengah membuka kotak makannya sambil mengangguk-angguk kecil menyetujui perkataan Athes baru saja.

"Aku yakin kau tidak akan makan jika berada di kantor-- dan terbukti, sekarang adalah jadwal makan siang di kantormu. Lalu kenapa kau malah tidak makan?" tanya Nora kemudian meski terdapat raut wajah kesal di wajahnya.

Aldrich tersenyum, menggenggam lembut pergelangan tangan istrinya sebelum menatap Nora dengan tatapan dalam.

"Aku merindukanmu Nora," aku Aldrich dengan gumaman kecilnya.

Nora terkekeh kecil, dengan perlahan melepas pergelangan tangan suaminya yang menggenggam tangannya sebelum meraih sendok makan dan mulai menyuapi Aldrich.

"Makanlah, aku yakin kau pasti sedang lapar sekarang. Hanya saja kau terlalu malas untuk makan dan berpikir jika itu akan membuang-buang waktu karena kau yang memang sangat tidak sabar untuk pulang ke rumah.

Mendengar hal itu seketika membuat Aldrich terkekeh geli. "Aku tidak menyangka jika istri kecilku ini sudah sangat pandai memahamiku."

"Itu sudah menjadi tabiatmu Aldrich," jelas Nora dengan helaan napas berat dan terus menyuapi suaminya.

"Aku hanya tidak ingin kalian jadi terlantar jika menungguku bekerja terlama lama. Sebenarnya aku sangat malas bekerja namun pekerjaan kantor yang telah kutunda beberapa hari ini benar-benar sangat banyak dan menumpuk. Jadi aku harus segera mengerjakannya sebelum pekerjaannya semakin bertumpuk lagi."

Nora menghela napas berat mendengar hal itu, "Kami tidak akan terlantar jika hanya dengan alasan bekerja itu kau pergi. Jadi berhenti melakukan hal ini lagi. Kau malah menyiksa dirimu sendiri."

***

Follow, klik 👉meserrine

Meniduri Wanita Lain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang