Nora mendudukan diri di tepi ranjang, menatap Athes dan Aldrich yang kini sedang tertidur pulas dengan posisi saling berpelukan.
Wajah datar yang sedang tadi tunjukkan oleh Nora kini berubah menjadi senyuman kecil.
Tangan Nora dengan perlahan terulur mengelus lembut pipi Athes, tangannya beralih pada wajah Aldrich.
Nora ragu-ragu, namun mendengar perkataan Athes tadi membuat wanita itu mau tidak mau menurunkan egonya.
Nora menempelkan punggung tangannya di kening Aldrich. Seketika wanita itu menahan napas ketika sadar jika perkataan Athes tadi bukan hanya sekedar main-main.
Nora menggigit bibir dalamnya pelan, kenapa Aldrich bisa sakit seperti ini? Apa karena selai kacang tadi.
Nora meremas ujung pakaiannya, merasa bersalah pada Aldrich karena tidak menuruti keinginan pria itu untuk membuatkan selai rasa lain untuknya.
Dan ia baru ingat sekarang jika Aldrich tidak menyukai selai kacang karena memang alergi, dengan hati-hati Nora meraih pergelangan tangan Aldrich, mencoba mengecek apakah ada bintik merah di tangannya seperti saat ia mengalami alergi dulunya.
Ternyata benar. Bintik merah di tangan Aldrich memenuhi seluruh pergelangan tangannya termasuk lengan.
Nora menggigit bibir dalamnya kuat-kuat, rasa ego dan rasa bersalah bercampur menjadi satu.
Nora ingin membantu Aldrich tapi ia juga tidak ingin jika sampai pria itu terlalu berharap jika Nora masih memiliki rasa padanya, ya ... Meski memang itu kenyataannya.
Tidak melihat wajah Aldrich selama beberapa tahun benar-benar sangat sulit untuk Nora. Apalagi melupakan pria itu. Sungguh, Nora sudah beberapa kali mencoba melupakan Aldrich namun hasilnya malah sia-sia. Semakin Nora melupakan ia malah semakin merindukan suaminya, untungnya ada Athes yang menjadi pelipur lara untuknya.
Bersikap seakan tak peduli pada Aldrich sudah Nora lakukan, namun ketika pria itu sakit seperti sekarang Nora malah sangat khawatir dan tidak bisa mengabaikan pria itu.
Nora menghela napas, tersentak pelan ketika merasakan sesuatu yang hangat menyentuh tangannya.
Nora tersadar, menatap Aldrich yang kini sedang menatapnya dengan tersenyum kecil, pria itu menggenggam tangannya, menyalurkan kehangatan pada wanita itu.
"Aku merindukanmu." Aldrich membawa tangan Nora yang tengah ia genggam dan membawanya ke depan wajah, mencium lembut punggung tangan wanita itu.
"Love you," gumam Aldrich setelah menjauhkan tangan Nora dari bibirnya.
Nora terdiam, melirik Athes yang masih tertidur pulas sebelum kembali menatap pria itu.
"Kau alergi," lontar Nora dengan wajah datar, mencoba berpura-pura biasa saja namun Aldrich tau jika wanita itu tengah khawatir.
Tidak ingin memancing Nora sekarang dengan terkekeh, Aldrich hanya mengangguk saja. Pria itu dengan hati-hati mengubah posisi tidur menjadi duduk.
"Aarggh ...." Aldrich meringis kecil, tangannya memijat pelipis kanannya yang mendadak sakit.
"Kau tidak apa-apa?" Nora mendekat, menatap bibir pucat Aldrich.
"I'm fine, don't be scared," gumam Aldrich menenangkan meski helaan napas keluar dari bilah bibirnya.
Napas hangat Aldrich menyapu wajah Nora, mencoba mengabaikan egonya kali ini wanita itu dengan menggenggam pergelangan tangan Aldrich.
"Bagaimana jika kita ke rumah sakit saja."
Aldrich menggeleng pelan, terlalu malas jika harus ke rumah sakit. Lagi pula sakitnya tidak terlalu berat, hanya alergi saja.
"Tidak apa-apa."
"Tapi kau sakit!" tegas Nora yang mulai malas dengan Aldrich yang terlalu keras kepala.
Aldrich menghela napas, "Aku hanya alergi, bukan sakit parah."
"Lalu bagaimana kau bisa sembuh jika tidak ke rumah sakit? Atau aku panggilkan dokter saj-- emphh!" Suara Nora tertahan ketika Aldrich dengan cepat meraih tengkuknya, mencium bibir wanita itu dalam dan memangutnya dengan lembut.
Nora memukul-mukul pelan dada Aldrich, ia ingin berteriak namun masih memiliki akal sehat untuk melakukan hal itu.
Athes masih di sini, untungnya balita itu tidak terbangun karena teriakan refleknya.
Merasa pasokan oksigen di sekitarnya mulai menipis, Nora dengan kasar memukul dada Aldrich dan langsung menjauhkan tubuhnya.
Dengan napas tersengal-sengal Nora menatap tajam Aldrich.
Aldrich tersenyum, tanpa peduli dengan raut wajah Nora tangan pria itu terulur mengelus bibir bawah Nora yang basah, terdapat sisa saliva di sana.
"Aku hanya butuh ini," gumam Aldrich pelan.
Nora menjauhkan tangan Aldrich yang mengelus bibir bawahnya, amarahnya yang sempat meluap kini memudar di gantikan dengan tatapan khawatir.
"Ciuman tidak akan membuatmu sembuh. Jika tidak ingin ke rumah sakit kau membutuhkan apa agar bisa sembuh, makanan?" tawar Nora yang memang tidak pernah menghadapi orang yang mengalami alergi sebelumnya.
Bahkan dulu saat dia alergi ibunya memanggilkan dokter untuk menyembuhkannya.
"Aku hanya butuh obat alergi dan perawatan darimu. Itu saja."
"Tapi aku tidak punya persiapan obat itu," jelas Nora dengan menggigit bibir bawah kesal sendiri.
Aldrich tersenyum, "Sudahlah tidak apa-apa, sekarang buatkan makanan untukku saja. Sekarang aku benar-benar lapar."
Nora mengangguk, "Kau tunggu di sini saja."
"Tidak, aku akan ikut."
"Aldrich!" peringat Nora.
Aldrich membalas dengan wajah datar, dengan sangat hati-hati tanpa ingin membuat Athes terbangun pria itu mulai turun dari atas ranjang, melepas selimut yang membungkus tubuhnya dan kembali memasangkannya pada Athes seraya membawa Nora pergi.
"Aku baik-baik saja, ayo." Aldrich menarik tangan Nora, menuntun wanita itu memasuki dapur.
Di tengah-tengah langkahnya Nora menggaruk pelan tengkuknya.
"Sebenarnya siapa di sini yang sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniduri Wanita Lain [END]
RomancePeringatan: Rate: 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. "Aaah ...." Sebuah desahan lolos dari bibir seorang wanita ketika seorang pria kini sedang mencumbu mesra dirinya. Wanita yang sedang duduk di atas pangkuan pria itu terus mendesah nikmat den...