Nora meraih beberapa uang dollar dari dalam tas dan memberikannya pada sang supir taksi yang baru saja mengantarnya menuju perusahaan milik Aldrich.
"Terimakasih," ujar Nora setelah memberikan uang pas. Sang supir mengangguk setelahnya berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
Nora berjalan memasuki perusahaan, melewati lobby Nora berjalan menuju tempat resepsionis menyapa. Di sana seorang wanita menyambut kehadirannya sambil menunjukan senyum ramahnya.
"Permisi," pinta Nora.
"Ada yang bisa saya bantu nyonya?" Tanya sang resepsionis.
"Tidak ada, aku hanya ingin ke ruangan Aldrich. Apa aku bisa masuk."
"Maaf, apa anda pernah punya janji sebelumnya dengan tuan Aldrich?"
"Tidak-- tapi ada yang ingin aku berikan padanya."
"Maaf Nyonya, jika tidak memiliki janji sebelumnya dengan tuan Aldrich, anda tidak perkenankan untuk masuk."
"Tapi aku ingin bertemu dengannya. Tolong hubungi dia, katakan jika yang ingin bertemu dengan-nya adalah Manora Hamilton."
"Maaf Nyonya tuan saat ini tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Bahkan kami di larang untuk menelpon."
"Hanya sebentar, please. Aku hanya ingin bertemu sebentar dan menyerahkan ponselnya yang tertinggal."
"Bukannya saya tidak berniat membantu, tapi itu memang sudah menjadi ketentuan di perusahaan kami. Lebih baik anda pulang saja."
"Please, aku hanya akan bertemu untuk sebentar, aku pastikan jika kau tidak akan kena marah."
"Ta--"
"Nora?" panggilan dari seseorang membuat Nora dengan cepat menoleh, senyumnya mengembang dengan kedua tangan terulur memeluk wanita paruh baya yang ada di hadapannya yang ternyata adalah Rossalia.
"Kenapa kau bisa ada di sini."
"Aku ingin bertemu dengan Aldrich Mom, tapi resepsionis itu tidak mengijinkannya."
Rossalia mengalihkan pandang pada sang resepsionis yang langsung menunduk mendengar pengaduan Nora. Ia benar-benar tidak menyangka jika Rossalia ibu Aldrich ternyata mengenal Nora.
"Baiklah ayo kita masuk." Rossalia merangkul menantu kesayangannya itu menuju ruangan Aldrich tapi sebelum benar-benar pergi langkahnya sempat terhenti memperhatikan sang resepsionis yang masih menunduk ketakutan.
"Sekali lagi jangan lakukan hal itu lagi pada menantuku," ujarnya dengan nada menekan berusaha menahan amarah.
Nora yang menyaksikan itu menggenggam lembut tangan ibu mertuanya, "Sudah mom, tidak perlu marah. Ayo masuk." Nora meraih tangan Rossalia dan membawanya sesegera mungkin menuju ruangan Aldrich agar resepsionis itu tidak terkena amukan.
Sang resepsionis yang sedari tadi menunduk namun diam-diam mendengarkan dengan perlahan mengangkat wajahnya, masih memiliki sedikit rasa takut namun setengah terkejut mendengar ungkapan Rossalia tadi yang menyatakan jika wanita itu merupakan menantunya. Apa itu adalah istri Aldrich?
***
"Kenapa kau datang ke sini?" Tanya Rossalia di sela-sela perjalanan sambil memperhatikan Nora yang sedari tadi terus tersenyum manis.
"Aku hanya ingin mengembalikan ponsel Aldrich yang tertinggal. Kalau mom?" Tanyanya balik bertanya.
"Mom hanya ingin memeriksa pekerjaan Aldrich. Sementara Dad sedang berada di luar negeri untuk mengurus perusahaan di sana, mom yang akan menggantikan pekerjaan Daddy untuk memeriksa pekerjaan suamimu."
Nora mengangguk, "Beberapa hari ini Aldrich tak masuk kantor, ia sakit. Itu sebabnya tadi ia datang lebih pagi hingga meluapkan ponselnya di atas meja dapur."
"Sekali lagi jangan memaksa diri ke sini jika itu hanya ponsel, itu tidak terlalu penting bagi Aldrich."
Nora mengangguk, "Tapi tadi ponselnya terus berbunyi, mungkin ada hal penting yang ingin di sampaikan pada Aldrich jadi aku terpaksa harus membawanya ke sini."
Rossalia mengangguk tak lagi berkata ketika ia telah sampai di depan pintu ruangan Aldrich. Tangannya dengan perlahan terjulur ke arah kenop pintu, memutarnya dan menarik pintunya hingga terbuka.
Kosong.
Ruangan itu kosong, tak ada Aldrich ataupun seseorang di dalamnya.
Nora dan Rossalia bahkan saling berpandangan satu sama lain.
"Di mana Aldrich?" gumam Nora yang di balas dengan gelengan kepala oleh Rossalia.
Kaki keduanya melangkah, semakin memasuki ruangan Aldrich lebih dalam dengan mata mengedar ke segala arah mencari Aldrich.
Kaki Nora menuntunnya untuk mengecek pintu kamar pribadi Aldrich yang terbuka.
"Aldrich?" Nora menegang di tempat, tubuhnya mendadak beku dan kakinya ikut lemas. Jantungnya berdegup kencang memperhatikan Aldrich yang kini tengah bersetubuh dengan seorang wanita dalam keadaan setengah telanjang.
"Nora?" Tanya Rossalia yang masih tidak mengerti dengan respon tegang Nora.
Wanita itu mendekat, ia menatap Nora sebentar sebelum mengalihkan pandangan ke depan, menatap ruangan kamar pribadi milik Aldrich.
"Hah!" Rossalia tersentak, melangkah mundur ke belakang dengan satu tangan menutup mulutnya yang terbuka, tidak menyangka jika putranya akan berbuat hal kotor seperti ini di kantornya.
"ALDRICH! Apa yang kau lakukan?!" Teriak Rossalia frustasi. Nora membeku, matanya ikut berkaca-kaca bahkan tak sanggup menopang tubuhnya. Kakinya melemas hingga wanita hamil itu jatuh terduduk di lantai.
"Aldrich," gumamannya dengan pandangan nanar.
Aldrich yang baru menyadari apa yang terjadi dengan cepat menjauhkan tubuh dari sang jalang, meraih pakaiannya yang berantakan dan segera mengenakannya dengan asal. Begitu juga dengan jalang tersebut, ia ikut memakai pakaiannya asal dan segera berlalu meninggalkan ruangan itu tanpa peduli dengan kegaduhan yang terjadi.
"Mom-" Aldrich berjalan mendekati ibunya yang terlihat syok dengan apa yang baru saja terjadi.
"Aku--"
PLAK!
Satu tamparan keras dari Rossalia mengenai pipi Aldrich hingga wajah pria itu ikut tertoleh ke samping.
"Kau melakukan perbuatan kotor di depan istrimu dan Mom?! Apa yang baru saja kau lakukan Aldrich?! Kenapa kau bisa seperti ini?!" Rossalia menangis, menatap sedih putranya yang terdiam tanpa berkata-kata lagi. Tidak bisa mengelak, Aldrich lebih memilih diam dari pada semakin terkena amarah dari ibunya.
"Kau tidak memikirkan perasaan istrimu dan Mom?! Apa kau tidak malu melakukan perbuatan kotor dan mempermalukan nama baik keluarga kita?!" Rossalia berjalan mendekat, memeras kemeja depan Aldrich.
"Aldrich! Katakan pada Mom, sudah berapa kali kau melakukan hal ini?!"
"Mom--"
"KATAKAN!" Rossalia membentak dengan air mata yang terus membasahi wajahnya, wajahnya memerah dengan urat-urat keluar dari leher. Menunjukkan jika saat ini ia benar-benar sangat marah.
"I don't know," gumam Aldrich dengan suara kecilnya.
Rossalia menjauh, bertepuk tangan di depan putranya, "Hebat-hebat. Bahkan karena keseringan kau melakukannya kau sampai lupa berapa lama? Kau tidak memikirkan perasaan istrimu?" Rossalia menunjuk Nora yang masih terdiam bungkam di tempat, bahkan wanita itu tak memberi respon apapun lagi. Hanya terus diam dan memeluk erat kedua lututnya.
Ia benar-benar lelah dengan sikap Aldrich.
Bahkan kini ibu mertuanya sudah tau bagaimana kelakuan putranya yang sebenarnya.
Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja setelah ini?
****
Vote+komen
Follow, klik 👉meserrine
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniduri Wanita Lain [END]
RomansaPeringatan: Rate: 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. "Aaah ...." Sebuah desahan lolos dari bibir seorang wanita ketika seorang pria kini sedang mencumbu mesra dirinya. Wanita yang sedang duduk di atas pangkuan pria itu terus mendesah nikmat den...