70. Is He My Son?

8.1K 177 1
                                    

"Athes, kau ingin ikut dengan mommy atau di sini saja?" tanya Nora pada putranya yang kini tengah duduk sambil menikmati beberapa hidangan dessert di atas meja.

Athes mengalihkan pandang pada para tamu undangan yang mengantri sangat banyak untuk memberi ucapan selamat dan harapan pada kedua mempelai di sana dan mommy-nya juga akan memasuki barisan itu untuk memberi ucapan pada uncle Austin.

Athes kembali menatap ibunya dengan gelengan kecil, "Aku akan menunggu Mommy di sini. Di sana terlalu sesak," jelas Athes sambil terus mengunyah potongan red velvet yang baru saja di potong oleh Nora.

Nora mengangguk, tapi sebelum benar-benar pergi wanita itu terlebih dahulu memberi pesan pada Athes.

"Athes kau harus tetap di sini, jangan kemana-mana mengerti? Mommy pasti akan kesusahan mencarimu nanti," peringat Nora yang lagi-lagi di balas Athes dengan anggukan.

Setelah mommy-nya telah pergi meninggalkannya, Athes kembali menikmati berbagai hidangan di hadapannya dengan puas. Sungguh sedari tadi ia memang benar-benar menahan rasa lapar.

Saat sedang mengunyah asik mengunyah cup cake, tatapan Athes terhenti tatatkala matanya tak sengaja menatap seorang anak perempuan yang tengah berjalan mendekati mejanya dengan gaun seperti pengantin di tubuhnya. Bahkan anak seusianya itu berjalan dengan sedikit agak kesusahan sambil mengangkat sedikit gaunnya yang menjuntai ke bawah, menyapu permukaan lantai.

Ketika telah berhasil duduk di kursi sebelah Athes meski agak sedikit kesusahan. Anak perempuan itu menghela napas lega sembari menyandarkan tubuh di punggung kursi.

Athes memperhatikan lekat dengan kening mengerut bahkan kegiatan makannya kini terhenti.

Merasa seseorang memperhatikannya anak perempuan itu menolehkan wajah ke samping, menatap Athes dengan mendelik kesal.

"Kenapa kau terus saja menatapku?!" sentaknya tak terima, melipat kedua tangan di depan dada.

Athes menghentikan kunyahannya. Tangannya yang memegang sebuah cup cake menunjuk anak perempuan di sebelahnya.

"Kau? Apa kau adalah pengantinnya?" tanya Athes dengan mata melebar, tak menyangka jika anak perempuan di hadapannya akan menikah di usia yang sangat muda.

"Apa maksudmu? Aku masih kecil, daddy-ku bilang belum saatnya aku menikah. Hanya orang tua yang sesusia daddy yang sudah pantas menikah."

"Lagi pula aku tidak mungkin menikah dengan pria seusia Daddy-ku," tandasnya, meraih satu cup cake dan memakannya dengan anggun.

"Tapi kenapa kau menggunakan pakaian pengantin?" tanya Athes yang masih kepo.

Anak perempuan itu menghentikan kegiatan makannya, ia menatap Athes dengan tatapan tak suka. "Kenapa kau terus saja bertanya?! Bukankah pakaian ini sangat cocok untukku?"

Athes tersenyum mengejek, "Tidak, kau sangat jelek menggunakan pakaian itu. Lihatlah pakaian itu benar-benar sangat kebesaran--"

"Aku seorang putri!" papar anak perempuan itu tegas.

"Kau lebih mirip nenek sihir dari pada putri," jelas Athes lalu tertawa keras, kembali mengejek anak perempuan itu dan kemudian pergi. Jangan salahkan dia yang selalu pintar menjatuhkan image orang, tapi salahkan saja anak perempuan itu yang selalu berbicara dengan nada tak bersahabat-- itu sedikit memancing emosi Athes, jadi biarkan dia membalasnya untuk kali ini.

"Kau- huaaa! Daddy!" Athes menghentikan langkah ketika mendengar tangisan nyaring dari anak perempuan itu.

Athes berbalik, mendekati anak itu seraya menatapnya dengan tatapan datar. "Kenapa lagi kau di sini?! Pergilah, aku benar-benar menyesal telah bertemu denganmu!"

Meniduri Wanita Lain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang