85. Disappointed

5K 106 2
                                    

Aldrich menatap laptop di hadapan dengan tatapan bosan. Dia masih memiliki banyak pekerjaan tapi entah kenapa dia benar-benar sangat malas untuk mengerjakan.

Sedari tadi dia menggunakan sedikit waktunya untuk mengecek beberapa file.

Drttt ... Drttt ....

Aldrich melirikkan mata menatap ponsel yang berdering di atas meja, melirik malas Aldrich dengan cepat menolak panggilan ketika nomor yang menghubungi adalah nomor baru.

Aldrich kembali menatap laptop di hadapannya. Hendak mulai kembali melanjutkan pekerjaan sebelum ponselnya lagi-lagi berbunyi.

Aldrich menghentikan gerakan tangannya di papan keyboard, matanya memandang datar nama si pemanggil yang ternyata hanya berisi digit angka. Sepertinya yang menjadi pelaku sekarang adalah si penelepon tadi.

Aldrich berdecak pelan, meraih ponsel dan kembali menekan tombol merah menolak panggilan.

Saat hendak kembali meletakkan ponsel ke dalam saku lagi-lagi ponselnya berbunyi dengan nomor pemanggil yang sama.

Aldrich menghela napas, tanpa kata pria itu segera menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan.

"Berhenti terus menelponku! Apa kau tidak tau aku sedang bekerja! Kau--"

"Aldrich," suara lembut dan mendayu dari seberang sana membuat Aldrich terdiam sejenak.

"Nora?" gumam Aldrich memastikan kali ini dengan nada yang benar-benar lembut.

"Ya, ini aku."

"Ah! Aku pikir kau siapa. Maaf," Aldrich menghembuskan napas berat, ia benar-benar sangat menyesal telah marah pada Nora tadi.

Nora terkekeh mendengar perkataan Aldrich baru saja. Ia pikir tadi Aldrich benar-benar marah padanya.

"Aku tidak tau jika nomor baru ini ternyata kau."

"Tidak apa," balas Nora singkat sambil melirikan mata menatap jam dinding yang terus berdetak.

"Aldrich," panggil Nora sekali lagi.

Aldrich membalas dengan berdehem kecil, senyum terus saja menghiasi wajah pria itu.

Aldrich menyandarkan tubuh pada sandaran kursi dengan satu kaki kiri kini terlipat di atas kaki kanan, menunggu Nora kembali melanjutkan perkataannya.

"Sekarang sudah hampir jam dua belas, apa kau tidak menjemput Athes? Jika kau sedang ada halangan aku akan menyuruh supir untuk kembali menjemput Athes pulang.

Mendengar hal itu Aldrich jadi teringat jika Athes ternyata masih berada di sekolah, dengan itu Aldrich  segera berdiri dari duduknya dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja.

"Aku akan menjemputnya sekarang."

"Tunggu dulu." Aldrich yang sudah ingin keluar dari pintu ruangan pribadinya kini langsung terhenti ketika mendengar perkataan Nora baru saja.

Alisnya bertaut meski yakin jika saat ini Nora tidak bisa melihat ekspresinya. Dengan handphone yang masih bertengger di telinga Aldrich kembali melanjutkan perkataannya.

"Ada apa Nora? Athes pasti sudah menungguku."

"Apa ini adalah jam makan siang di kantormu?" tebak Nora tak menghiraukan perkataan mendesak dari Aldrich baru saja. 

"Ya," lanjut Aldrich lagi.

"Apa kau telah memakan lasagna-nya?" tanya Nora kembali yang lagi-lagi kembali membuat Aldrich terdiam.

Sungguh, ia bukan mengabaikan lasagna buatan Nora, hanya saja dia benar-benar lupa. Bahkan sekarang dia baru ingat jika saat ini kotak makan berisi lasagna itu masih berada di laci dashboard mobil setelah di serahkan oleh Athes tadi pagi padanya.

Meniduri Wanita Lain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang