"Ehem." Nora berdehem kecil memecahkan suasana canggung antara ia dan Aldrich sembari memperbaiki coat yang menutupi pakaian minimnya.
Sesekali matanya menatap Aldrich yang masih fokus menyetir mobil tanpa mengalihkan pandang sedikit pun padanya.
Suasana di antara mereka benar-benar sangat canggung, tak ada percakapan yang terjadi. Keduanya saling diam.
Sebenarnya Nora ingin memulai pembicaraan agar suasana tidak terasa canggung, tapi melihat raut Aldrich yang kurang meyakinkan, Nora pun mengurungkan niatnya.
Wanita itu mengalihkan pandang ke samping jendela, menatap bahu jalan dengan senyum kecil. Sudah sangat lama ia tidak bersama dengan Aldrich seperti sekarang.
Mungkin saja hal itu tidak akan tercipta jika tanpa adanya paksaan dari Emilio, ayah Aldrich.
Nora tidak tau kemana mereka akan pergi, tapi yang ia tau Emilio sedang menugaskan Aldrich sekarang.
Cukup lama melamun membuat Nora sadar jika mobil yang sedang di tumpangi telah berhenti yang artinya mereka telah sampai ke tujuan.
Nora mengalihkan pandang ke segala arah. Terkejut ketika mendapati mereka berhenti di depan club tempat ia mencari Aldrich beberapa waktu lalu.
Apa yang akan mereka lakukan di sini?
Nora mengalihkan pandang ke samping ingin menuntut penjelasan. Tapi melihat Aldrich yang malah sudah duluan keluar dari mobil membuatnya mengurungkan niat.
Nora dengan cepat ikut keluar, mengejar langkah cepat Aldrich yang hendak memasuki club malam.
Apa Aldrich akan menemui wanita-wanita itu lagi? Nora menggeleng mencoba menepis pikiran buruknya itu. Aldrich datang ke sini bukan untuk hal itu tapi untuk melakukan tugas yang telah di perintahkan oleh Emilio, ayahnya.
Nora menghembuskan napas dalam seraya maju satu langkah dan menyentuh ujung jas yang di kenakan Aldrich.
Aldrich spontan menghentikan langkah, membuat Nora tanpa sengaja menabrak punggung lebar pria itu.
"Ma-" Nora mengatupkan bibir rapat seraya mengulum senyum saat Aldrich meraih pergelangan tangannya dan menariknya masuk. Kini keduanya berjalan bersama.
Cukup lama semakin dalam memasuki club itu, Aldrich menghentikan langkah kala pintu kamar VVIP yang manjadi tujuannya sudah berada di depan mata.
"Tuan," Sapa salah satu di antara dua penjaga yang berdiri di masing-masing ujung pintu yang dalam keadaan tertutup.
"Silahkan masuk. Mr. Simon menunggumu," ujarnya sopan.
Aldrich melirik, tak berniat merespon, pria itu malah melenggang pergi begitu saja setelah pintu kamar di buka. Nora ikut masuk dengan tangannya yang masih di genggam Aldrich.
Uhuk! Uhuk!
Nora terbatuk-batuk ketika bau rokok dan alkohol memasuki indra penciuman. Tangannya melambai-lambai di udara, berusaha menepis udara kotor yang hendak memasuki indra penciuman, namun tetap saja hal itu tidak membantu.
Matanya menatap sekeliling, bergidik ngeri seraya merapatkan tubuh di dekat Aldrich. Pemandangan para wanita penghibur yang bercumbu tanpa tau tempat membuat Nora merinding.
"Aldrich."
Nora mengalihkan pandang pada seseorang yang baru saja memanggil nama Aldrich. Pria itu tengah duduk di sofa merah terang bersama tiga para jalang yang hanya memakai celana dalam dan bra. Ketiganya tengah asik menggerayangi tubuh pria tua itu.
Aldrich mendudukan diri di sofa depan pria itu. Meraih bungkus rokok, menghidupkan pematik api seraya membakar rokoknya.
Aldrich menjepit putung rokok itu di sela-sela bibir merahnya, menghisapnya dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniduri Wanita Lain [END]
RomansPeringatan: Rate: 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. "Aaah ...." Sebuah desahan lolos dari bibir seorang wanita ketika seorang pria kini sedang mencumbu mesra dirinya. Wanita yang sedang duduk di atas pangkuan pria itu terus mendesah nikmat den...