49. The Bitter Truth

9.2K 184 1
                                    

Hehehe, up tengah malam😄 adakah yang baca jam segini?

***

"Nora!" Austin berlari mendekati ranjang Nora di mana wanita itu tengah terbujur kaku di atas ranjang, mayatnya kini telah di tutupi dengan kain kafan.

Dengan darah yang masih memenuhi pakaian depannya, Austin menarik kasar kain kafan yang menutupi seluruh tubuh Nora dan memeluk erat tubuh adiknya itu.

"Nora, bangunlah!" Austin menepuk-nepuk kecil pipi Nora. Menatap wajah adiknya yang terlihat pucat.

Lyora ikut menangis, menggoyang-goyang kasar tubuh Putrinya. Sungguh ia tidak menyangka jika akan di pisahkan secepat ini.

"Nora, bangun sayang. Ini mom," pinta Lyora dengan nada memohon. Wanita itu terus menangis histeris.

Riyonal sebagai sang ayah menatap tubuh kaku Putrinya dengan tatapan prihatin. Tak bisa melakukan apa-apa lagi.

Austin menarik tangan salah satu perawat pria yang tengah melepas alat infus dari tangan Nora. Pria itu mencengkram erat kerah kemejanya.

"Dia pasti belum mati 'kan! Adikku pasti belum mati!" sergahnya dengan suara keras.

Austin benar-benar terpukul dengan kematian adiknya.

"Dia telah mati, ikhlaskan agar dia bisa tenang di alam sana," ujar sang perawat yang malah membuat Austin semakin marah.

BUGH!

"Apa maksudmu sialan! Dia belum mati! Dia masih hidup!-- Nora bangunlah, beritahu pada mereka jika kau memang masih hidup." Austin masih terus berusaha membangunkan adiknya namun Nora sama sekali tidak merespon. Terus memejamkan mata dengan wajah damai.

"Nora, bangun sayang. Kami semua menunggumu di sini," tukas Lyora masih berharap putrinya dapat bangun dari tidur panjangnya.

Austin terkekeh, "Kau pasti sedang bercanda 'kan Nora," gumamnya dengan tubuh terduduk di lantai, menatap brankar dengan tatapan kosong seraya mengacak rambutnya frustasi.

Mike yang sedari tadi juga berada di sana hanya menatap prihatin tanpa bisa melakukan apa-apa. Ia tidak melarang Austin untuk meluapkan rasa sakit hatinya karena ia tau temannya itu sedang tertekan.

Sebenarnya ia juga benar-benar sedih dengan kepergian Nora namun ia tidak bisa melakukan apapun selain ikhlas.

Mike mendekati ranjang Nora. Tersenyum pedih melihat mayat wanita itu.

"Nora," gumamnya dengan tatapan kosong.

"Kenapa kau bisa pergi secepat ini?" Mike menyukai Nora. Namun sebelum ia benar-benar merebut wanita itu Nora malah sudah pergi dahulu meninggalkan mereka semua.

"Permisi pak, kami akan memindahkan mayat pasien terlebih dahulu," pinta seorang perawat, kembali meraih kain kafan yang sudah terjatuh dan memasangkannya di tubuh Nora.

"Dia--"

"Austin, hentikan!" tukas Riyonal cepat ketika melihat putranya itu malah kembali protes mendengar ucapan sang perawat.

"Tapi dad--"

"Sudah, hentikan. Ikhlaskan kepergian adikmu," tegasnya dengan tangan mengisyaratkan para perawat untuk segera membawa mayat Nora.

"Tapi Riyonal--" Lyora menghentikan ucapannya, mengubahnya dengan tangis sesunggukan ketika mencoba menerima kenyataan bahwa putrinya itu telah meninggal.

Riyonal meraih tubuh sang istri, mendekapnya dengan sangat erat.

"Ikhlaskan dia," gumamnya dengan pandangan lurus menatap brankar mayat Nora yang kini sedang dorong oleh para perawat.

Meniduri Wanita Lain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang