Nora terisak mendengar fakta itu, tatapan tak percaya masih terdapat di raut wajahnya.
Nora menggigit bibir dalamnya kuat-kuat. Walau perlakuan Aldrich membuatnya tersakiti, namun Aldrich juga melakukan hal itu demi dirinya. Terlebih fakta masa lalu suaminya cukup menggetarkan hatinya. Jadi selama ini Aldrich menyimpan semuanya sendiri?
"Aldrich ...." Nora berseru lirih, tanpa kata wanita itu membekap erat tubuh kekar Aldrich, menyembunyikan wajahnya di dada pria itu. Nora meremas kuat kaos depan yang tengah di kenakan pria itu.
"Kenapa kau menyembunyikan ini padaku? Seharusnya kita bisa menghadapinya bersama-sama," gumam Nora dengan berseru lirih, tangisnya tergugu. Aldrich tersenyum kecil, tangannya dengan perlahan terulur untuk mengelus surai wanita itu.
"Aku hanya tidak ingin membuatmu jadi sedih."
"Justru karena kau menyembunyikan fakta itu, itu malah membuatku semakin sakit Aldrich. Aku merasa tidak pantas menjadi seorang istri karena tak bisa membantu dan menyemangatimu di saat-saat sulit seperti kemarin."
"Jangan katakan seperti itu, kau sudah menjadi istri yang baik untukku. Buktinya, meski aku sudah beberapa kali berbuat kasar dan berselingkuh di belakang wanita lain kau tetap tak peduli dan terus melayaniku dengan baik."
Bahu Nora bergetar mendengar hal itu, tangisnya semakin kencang. Aldrich yang tak ingin jika Athes terbangun semakin membenamkan wajah istrinya di dada, untuk meredam tangis wanita itu.
"Setidaknya jika kau memberitahunya itu akan lebih baik," lanjut Nora dengan suara bergetar.
Aldrich mencium singkat puncak kepala istrinya, "Sudahlah tak perlu terlalu memikirkannya. Anggap saja itu sudah berlalu-- lagi pula kita sudah punya Athes sekarang."
Nora menghentikan tangisnya sejenak, mengangkat wajah wanita itu segera menangkup pipi Aldrich dan menatap pria itu dengan lelehan air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Pasti kau menderita saat itu."
Aldrich terkekeh seraya menggeleng kecil, "Tidak perlu di pikiran, aku tidak terlalu sedih karena kau selalu menghiburku dengan senyummu- kau tau Nora, senyummu yang tak pernah luntur saat bersamaku menjadi kekuatan tersendiri untukku."
"Aku mencintaimu," gumam Aldrich dengan menatap lekat wanita itu. Tangannya menggenggam lembut tangan mungil Nora yang menyentuh wajahnya.
Aldrich mendekatkan wajah, menyatukan kening keduanya. "Aku pikir setelah bertahun-tahun kita berpisah kau sudah melupakanku. Ternyata aku salah." Aldrich tersenyum tipis, "Ternyata kau masih mencintaiku."
"Dari mana kau tau?" tanya Nora masih belum memberi respon apa-apa tentang perkataan Aldrich baru saja, entah dia masih mencintai pria itu ataukah tidak.
"Semua yang kau lakukan padaku selama beberapa hari ini, aku sudah membuat kesan buruk padamu sebelum kita berpisah. Tapi ketika aku sakit kau terlihat begitu khawatir meski kadang-kadang kau menutupinya dengan raut sebaliknya."
"Aku mencintaimu Nora," bisik Aldrich lembut, meraih tengkuk Nora dan menggesekkan kedua hidung mancung mereka. Napas hangat Aldrich menerpa wajah Nora.
Nora menghela napas, masih tak terima mendengar kenyataan jika Aldrich tidak memberi tahu semua hal buruk itu padanya. Aldrich mendudukan diri dengan tubuh bersandar di kepala ranjang, masih mempertahankan Nora agar terus tertidur di dadanya.
"Ayo tidur, tidak baik jika kau terus menangis. Lihatlah, sekarang matamu sangat sembab." Setelah mengucapkan kalimat itu senyum Aldrich langsung mengembang ketika melihat istrinya memeluknya dengan sangat erat. Ya Tuhan, sudah sangat lama dia tidak merasakan pelukan hangat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniduri Wanita Lain [END]
RomantizmPeringatan: Rate: 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. "Aaah ...." Sebuah desahan lolos dari bibir seorang wanita ketika seorang pria kini sedang mencumbu mesra dirinya. Wanita yang sedang duduk di atas pangkuan pria itu terus mendesah nikmat den...