"Aku tidak menyangka jika sekarang aku telah memiliki seorang cucu." Aldrich menghela napas jengah mendengar perkataan ibunya yang sedari tadi hanya berisi tentang Athes saja.
Bahkan rasa pusing yang dilanda Rossalia perlahan menghilang begitu saja di gantikan dengan rasa bahagia dan binaran kilau di matanya ketika mendengar fakta yang tadinya di katakan Aldrich dengan hati-hati padanya.
Ya, anaknya itu memang sudah menjelaskan jika Nora masih hidup.
Berbeda dengan Rossalia yang sedari tadi terus berbahagia sambil mengecupi seluruh permukaan wajah Athes termasuk pipi merah gembulnya, Athes justru di buat tersiksa bagai di penjara ketika sedari tadi wanita paruh baya yang telah mengaku jika dia adalah Nenek Athes itu terus saja menggendongnya di atas pangkuan sambil terus menciumi pipinya, tak membiarkan Athes pergi sedikit pun barang sejenak.
Athes juga yang biasanya akan memberontak jika terlalu bosan kini hanya bisa pasrah dan menerima ketika melihat tatapan tajam mommy-nya yang seolah memperingatinya untuk tetap diam dan menurut alhasil sekarang Athes hanya bisa menurut tanpa menolak lagi meski sekarang dia benar-benar sangat haus dan ingin minum.
Nora yang baru datang dari arah dapur dengan sebuah nampan di tangannya berhasil menyita perhatian.
Nora meletakkan nampan tersebut di atas meja nakas, meraih satu pil obat sesuai anjuran sebelum memberikannya pada Rosallia yang tengah sibuk mengajak Athes terus berbicara dan untungnya Athes malah menganggapi dengan cukup baik.
"Mom, minumlah obat dulu," jelas Nora sambil mengulurkan obat dan gelas berisi air itu pada Rosallia.
Rosallia menerima, tanpa kata wanita itu pun segera meminum obat dan air putih secara bersamaan.
"Terimakasih Nora," ujar Rosallia ketika telah di selesai meminum obat dan meneguk air itu hingga tersisa setengah.
Nora mengangguk kaku, dengan pelan meraih gelas yang ada di tangan Rosallia dengan hati-hati sebelum kembali meletakkannya di meja nakas atas nampan.
Nora mengalihkan pandangannya ke bawah, menatap Athes putranya yang kini sedari tadi juga terus menatapnya dengan tatapan memelas, berharap mommy-nya mau melepasnya dari gendongan wanita paruh baya yang sekarang telah resmi ia panggil dengan sebutan Nonna.
Nora terkekeh kecil, mengelus pelan puncak kepala putranya sebelum mengambil gelas yang baru saja di ambilnya tadi dan langsung memberikannya pada Athes.
Athes menerima dengan sedikit berbinar karena sekarang dia memang sangat lah haus.
"Minumlah sayang ...." gumam Nora yang langsung di lakukan oleh Athes, bukan karena paksaan tapi karena saat ini dia juga sangat haus.
Athes mendesah lega, memberikan gelas yang sudah kosong itu pada Nora sambil menggunakan kata terimakasih yang di balas Nora dengan anggukan kepala saja.
"Nora," panggilan dari Rosallia berhasil menyita perhatian.
"Ada apa mom?" tanya Nora lembut meski sedari tadi raut wajah gugup tak pernah lepas dari wajahnya.
Rosallia menghela napas panjang sebelum wanita paruh baya itu berucap, "Aku minta maaf karena pernah meragukan Athes, putramu. Aku juga sempat terprovokasi oleh perkataan dan bukti yang Cassandra berikan. Aku juga minta maaf karena kurang mempercayaimu."
Nora mengangguk lalu tersenyum lembut ketika Rosallia telah menggenggam lembut pergelangan tangannya.
Rosallia tiba-tiba tertunduk sedih ketika teringat dengan suatu hal.
"Jika dulu aku tidak mempercayai ucapan busuk Cassandra mungkin sekarang aku telah mengikuti bagaimana perkembangan cucu pertamaku ini. Sayang sekali aku belum pernah menggendongnya semasa menjadi bayi dulu. Itu juga aku lakukan karena Aldrich sudah terlanjur percaya dengan manipulasi Cassandra. Jika saja pendirianku dulu kokoh dan selalu percaya padamu mungkin semuanya tidak akan pernah terjadi seperti ini."
"Sudahlah mom, biarkan yang berlalu berlalu saja dan jangan terlalu fokus menyalahkan diri. Kita semua sama-sama salah waktu itu."
Rosallia mengangguk dan kini malah semakin menggenggam erat pergelangan tangan Nora, "Terimakasih Nora karena kau telah memberiku seorang cucu yang sangat tampan bahkan wajahnya sangat mirip dengan Aldrich sewaktu kecil dulu. Sudah hampir lima tahun aku terus menunggu seorang cucu. Bahkan sewaktu kau di nyatakan meninggal dulu aku selalu memperkenalkan beberapa wanita pada Aldrich agar suamimu itu mau menikah lagi untuk bisa cepat melupakanmu. Tapi setelah cukup lama berjuang Aldrich malah sama sekali tidak menyukai salah satu di antara wanita yang telah aku tunjukkan padanya."
"Aku bahkan sempat menyerah dan berusaha sebisa mungkin untuk memaksa Aldrich menikah namun ternyata Aldrich sama sekali tidak menyetujui usulku itu karena alasan dia masih membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk bisa bertemu melupakan Nora. Tapi untungnya hal itu tidak pernah terjadi, mungkin jika Aldrich menyetujui keputusanku untuk menikah kembali mungkin aku akan kembali menjadi orang yang lebih menyesal dan menyedihkan lagi.
"Oh ya Tuhan, aku tidak akan mungkin membiarkan cucu pertamaku terlantar seperti ini," lirih Rosallia sambil memeluk tubuh mungil Athes dengan sangat erat sekali benar-benar tidak ingin kehilangan cucu kesayangannya itu. Ia bahkan tidak bisa memikirkan hal apalagi yang akan terjadi jika Athes ternyata memiliki saudara tiri nantinya.
"Mom."
Panggilan dari Aldrich seketika membuat Rosallia mengangkat wajah, menatap anaknya itu dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Ada apa?" tanyanya sekali lagi.
Aldrich menghembuskan napas panjang, "Sepertinya Athes kelelahan karena terus saja kau gendong seperti itu. Dia ingin bebas mom. Lihatlah wajahnya."
"Aldrich tidak apa-apa, mungkin mom masih merindukan Athes," sela Nora cepat sedikit tak enak dengan Rosallia yang sepertinya benar-benar excited dengan keberadaan Athes sampai-sampai tidak ingin melepas balita itu barang sejenak pun dari gendongannya.
"Oh, benarkah?" Rosallia yang mendengar hak itu dengan cepat melonggarkan pelukannya di pinggang Athes yang seketika membuat wajah balita itu berbinar senang seolah telah memenangkan sebuah pertandingan bergengsi.
"Maaf sayang, Grandma tidak tau," jelasnya Rosallia sambil menatap Athes dengan wajah tak enaknya. Tangannya dengan cepat mengelus pelan pipi merah Athes.
Athes mengangguk sambil tersenyum lebar, "Tidak apa-apa Grandma. Tapi sekarang aku ingin tidur," jelas Athes yang memang benar-benar sangat lelah, bahkan sekarang sudah pukul enam sore.
"Ya sudah, kalau begitu kau tidur saja di samping Grandma." Wanita paruh baya itu menepuk-nepuki sisi kasurnya.
Athes lagi-lagi membalas dengan gelengan kepala kecil.
"Maaf Grandma, aku tidak bisa tidur jika tanpa di peluk oleh mommy. Jadi aku ingin tidur di kamar bersama mommy," jujur Athes sambil menunduk dan memainkan jari-jari mungilnya takut jika sampai perkataannya barus saja malah menyinggung wanita di hadapannya dan itu malah akan membuat mommy-nya marah padanya.
"Oh begitu ya? Baiklah sekarang kau boleh tidur. Cucuku tidak boleh lelah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniduri Wanita Lain [END]
RomansaPeringatan: Rate: 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. "Aaah ...." Sebuah desahan lolos dari bibir seorang wanita ketika seorang pria kini sedang mencumbu mesra dirinya. Wanita yang sedang duduk di atas pangkuan pria itu terus mendesah nikmat den...