17. It Shouldn't be Like This

11.4K 174 0
                                    

"Shh ...." Nora meringis kecil dan memijat pelipisnya yang terasa sakit. Ia melirikan matanya menatap jam dinding yang terus berdetak. Sekarang jam masih menunjukkkan pukul tujuh pagi yang artinya dia hanya tidur tiga jam saja.

"Aldrich," gumam Nora ketika teringat dengan sosok suaminya itu.

Nora dengan susah payah berdiri dari duduknya meski kini langkahnya sangat gontai. Kedua kakinya serasa tidak bisa menopang tubuhnya. Tapi Nora terus berusaha agar bisa mencapai lantai atas untuk menge-cek keadaan Aldrich.

Nora menghela napas panjang ketika melihat kamar Aldrich yang ternyata kosong. Tidak ada penghuni sama sekali, ternyata pria itu belum juga pulang.

Nora menunduk lesu, gadis itu benar-benar khawatir dengan keberadaan Aldrich meski yakin jika saat ini pria itu pasti baik-baik saja, mengingat ini bukan pertama kalinya bagi Aldrich tidak pulang ke mansion sama sekali.

Nora kembali meringis dan memeras pelipisnya yang terus-menerus berdenyut sangat kencang. Membuat kepalanya hampir pecah saja.

"Kau di mana Aldrich?" selorohnya sebelum kemudian berjalan menuju kamar yang ada di sebelah Aldrich, yaitu kamar miliknya.

Nora meraih ponselnya, jemarinya mulai menari-nari di atas keyboard, mengetikkan nama Aldrich dan hendak menelepon pria itu sebelum akhirnya terpaksa menghentikan kegiatannya ketika bel mansion terus-menerus berbunyi.

Nora bergerak cepat, gadis itu segera turun dari lantai atas dan berjalan menuju pintu utama mansion, membukakan pintu.

"Aldrich ...." Nora mendongak dan menatap Aldrich dengan rasa khawatir yang sangat kentara.

"Aku benar-benar khawatir. Akhirnya kau benar-benar pulang- Aldrich!" Nora terkejut ketika dengan tiba-tiba tubuh Aldrich langsung ambruk di menimpa tubuhku mungilnya ketika sebelumnya pria itu memijat  pelipisnya yang mungkin terasa sakit.

Tubuh Aldrich yang benar-benar berat membuat Nora tidak mampu menopang tubuhnya lagi hingga alhasil tubuh gadis itu ambruk dan terjatuh ke lantai dengan Aldrich yang menimpa tubuhnya.

"Aldrich, kau tidak apa-apa?" tanya Nora khawatir dengan memandang pria itu lekat meski yakin sang empu tidak akan menjawab perkataannya karena saat ini Aldrich sedang pingsan.

Nora dengan susah payah menjauhkan tubuhnya dari tubuh Aldrich yang menimpanya.

"Haah ...." Nora mengambil napas sebanyak-banyaknya ketika akhirnya terlepas dari kungkungan Aldrich yang membuatnya kesusahan untuk bernapas.

Setelah mengatur sedikit  pernapasannya agar kembali normal, Nora pun segera berlari keluar dari mansion, memanggil satpam untuk membantunya membawa Aldrich menuju kamar pria itu di lantai atas.

***

Setelah satpam yang membantunya mengantar Aldrich pergi, Nora kini dengan susah payah melepas jaket kulit yang masih terpasang di tubuh kekar Aldrich yang kini sudah terbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang.

Nora menghela napas lega ketika akhirnya jaket kulit itu terlepas dari tubuh Aldrich.

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Nora khawatir dengan tangan yang kini terulur untuk menggenggam tangan besar Aldrich yang begitu panas.

Nora bergerak cepat. Otaknya berputar mengisyaratkan sesuatu. Tangannya dengan cepat terulur di kening Aldrich, menempelkan punggung tangannya di kening pria itu.

Aldrich ternyata demam.

Nora yang benar-benar khawatir dengan cepat berlari menuju dapur untuk mengambil kompresan.

Sebenarnya ia sangat ingin memanggil dokter tapi ia takut jika sampai Aldrich memarahinya karena jujur saja dari dulu Aldrich sangat tidak suka jika di periksa oleh dokter. Bahkan menginjakkan kaki di rumah sakit pun tidak pernah ia lakukan seumur hidup. Nora juga tidak tau kenapa Aldrich bisa seperti itu.

Alasan lain Nora tidak bisa memanggil dokter karena memang tidak memiliki nomornya. Bahkan dokter keluarga pun tidak mereka punya.

Nora memeras kain basah yang sudah ia celupkan dengan air dingin dan meletakkannya di atas kening Aldrich

"Kenapa kau bisa seperti ini," gumam Nora dengan cepat menghapus keringat yang mengucur di dahinya.

"Kau membuatku khawatir Aldrich. Kenapa kau baru pulang sekarang. Padahal aku sudah menunggumu sedari kemarin malam." Nora berbisik lirih hingga tanpa sadar memeluk erat tubuh kekar Aldrich yang masih tertidur pulas di atas ranjang.

"Apa yang kau lakukan?" suara bass yang terkesan berat itu membuat Nora menoleh.

Gadis itu dengan cepat menjauhkan tubuhnya ketika melihat Aldrich sudah membuka matanya.

"Maafkan aku," cicit Nora yang sepertinya sangat takut jika Aldrich akan memarahinya.

Aldrich terdiam dengan tangan yang kini mulai terulur untuk memeriksa benda apa yang menempel di keningnya.

"Aku yang melakukannya. Tadinya aku ingin memanggil dokter tapi aku takut jika kau marah," balas Nora dengan bibir bergetar, sedikit takut melihat tatapan tajam Aldrich meski sudah melihat tatapan itu berkali-kali.

Aldrich tidak merespon perkataan Nora tapi kini matanya bergerak ke bawah seolah-olah sedang mencari sesuatu.

"Ambilkan selimut!"

Nora mengangguk sekaligus menghela napas lega, ia pikir Aldrich akan marah padanya. Gadis itu pun meraih selimut itu dan tanpa di perintah langsung memasangkannya di tubuh Aldrich meski sedikit ragu.

Saat memasangkan selimut hingga ke  bahu Aldrich yang sepertinya kedinginan, tanpa sadar mata Nora dan Aldrich bertemu.

Nora terdiam meski kini gadis itu menjadi gugup. Nora dengan cepat memalingkan pandangannya ke arah lain namun hal menyakitkan kembali menjadi objek tatapannya.

Nora terdiam, tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah kesekian kalinya ia melihat bercak-bercak kemerahan itu kembali ada di leher Aldrich, kissmark.

Apa Aldrich semalaman pergi dari mansion hanya untuk bersenang-senang dengan para jalangnya. Sungguh rasanya Nora merasa melakukan hal yang sia-sia karena kemarin telah menunggu Aldrich pulang.

"Menjauhlah." Suara berat itu kembali terdengar di iringi dengan hembusan napas kasar yang keluar dari bilah bibir pria itu.

Saat itu juga Nora semakin yakin dengan pikirannnya ketika hembusan napas Aldrich yang ternyata berbau alkohol memasuki indra penciumannya.

Nora dengan perlahan menjauhkan tubuhnya seusai permintaan Aldrich. Ia tersenyum kecil menatap pria yang sedari tadi menatapnya dengan alis terangkat.

Menyembunyikan rasa sakitnya kini sudah menjadi hal yang biasa.

"Aku akan mengambilkan obat untukmu." Nora berkata dengan suara serak dan bibir bergetar menahan rasa perih yang menggoroti dadanya hingga membuat matanya  memerah, menahan cairan bening yang hendak keluar.

Setelah mengatakan itu Nora pun segera berlalu pergi dari hadapan Aldrich tanpa menunggu persetujuan pria itu lagi karena yakin jika Aldrich tidak akan pernah membalas perkataannya.

Memangnya sejak kapan Aldrich peduli?

Dalam diam Aldrich memandangi punggung Nora yang perlahan menjauh dan hilang di balik pintu.

Aldrich mengepalkan kedua tangannya di balik selimut. Matanya menatap bengis ke depan dengan napas yang kini mulai memburu, menahan emosi yang bergejolak di dalam dadanya ketika teringat dengan senyum yang selalu di tunjukkan Nora untuknya meski ia sudah beberapa kali menyakiti gadis itu.

Yang membuatnya heran kenapa Nora masih terus tersenyum kepadanya meski ia sudah melakukan banyak kesalahan pada gadis yang mungkin kini sedang terluka karena sikapnya walaupun sampai sekarang Nora tidak pernah menujukkan wajah terlukanya di hadapan Aldrich.

Seharusnya tidak seperti ini! Aldrich ingin melihat Nora membencinya karena dengan itu ia akan merasa puas.

Meniduri Wanita Lain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang