"I'm scared dad," aku Athes dengan suara bergetar, tampaknya balita itu sedang syok atas kejadian baru saja.
"Jangan takut. Daddy ada di sini oke?" lontar Aldrich dengan memeluk tubuh Athes erat.
Athes mengangguk meski air mata terus saja mengalir di pipinya. Balita itu melingkarkan kedua tangan mungilnya yang memerah di leher Aldrich, memeluk daddy-nya itu dengan sangat erat.
"Daddy, Mommy. Dimana Mommy?" Athes berkata dengan suara bergetar.
Aldrich menghembuskan napas berat, berdiri dari posisi jongkoknya dan langsung berjalan mendekati Adrian."Gendong Athes, aku ingin mencari Nora."
Adrian mengangguk, pria itu mengulurkan tangan dan langsung menggendong balita itu.
Aldrich kembali meraih pistol yang ada di lantai. Pria itu segera berlari ke luar dari ruangan itu, menyelusuri lorong kembali untuk mencari keberadaan Nora.
"Nora, tunggu aku," gumam Aldrich dengan langkah lebar.
BRAK!
BRAK!
BRAK!
Aldrich menendang semua pintu ruangan hingga memunculkan beberapa anak buah dari dalam sana.
Semuanya bergerak mengepung Aldrich, mengeluarkan beberapa senjata termasuk belati.Dor! Dor!
Aldrich menembak beberapa orang yang mencoba menembak dan menikamnya.
Aldrich berlari, bergerak memutar dan menendang beberapa orang yang mencoba menghalangi langkahnya. Tak tanggung-tanggung Aldrich memukul kepala botak itu dengan pistolnya membuat salah satu anak buah itu mengerang kesakitan.
Tak ingin menambah beban Adrian yang saat ini tengah menggendong Athes dan menembak beberapa musuh, Aldrich kembali ke belakang, menembaki para musuh yang melawan Adrian.
Adrian meraih granat dari dalam saku, menarik tali dengan menggunakan giginya sebelum kembali melempar granat itu pada segerombolan musuh.
Adrian berlari, menjauhkan jangkauan ledakan sambil menutup telinga Athes agar balita itu tidak semakin trauma.
BOOM!
Granat meledak hingga menewaskan beberapa orang, erangan kesakitan mulai terdengar ketika ada yang masih hidup namun mengalami beberapa luka.
"Athes baik-baik saja?!" Aldrich berteriak karena jaraknya yang sedikit jauh dari Adrian. Adrian mengancungkam jempol, berlari cepat mendekati Aldrich.
Tak membuang-buang waktu kembali Aldrich kembali berlari, mendobrak beberapa pintu namun kali ini musuh sudah tidak terlihat lagi di dalam ruangan itu.
BRAK!
Aldrich menendang pintu kedua terkahir, memunculkan puluhan anak buah yang sudah bersiap dengan senjatanya masing-masing.
Aldrich tersenyum miring, sepertinya mereka telah mengetahui keberadaannya.
"Adrian, kau masih punya granat?"
"Tinggal tersisa satu."
"Berikan padaku." Aldrich mengulurkan satu tangannya.
"LAWAN SI PENYUSUP!" Teriak salah satu anak buah memerintahkan.
Dor! Dor!
Tak membiarkan mereka bergerak terlebih dulu Aldrich mulai menembak. Melesakkan beberapa tembakan dan mulai maju ke depan.
Tak membiarkan musuh keluar dari ruangan itu Aldrich semakin mendekat, di sela-sela dia melesakkan tembakan pria itu segera menarik tali granat dan melemparnya ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniduri Wanita Lain [END]
RomansaPeringatan: Rate: 21+ Harap bijak dalam memilih bacaan. "Aaah ...." Sebuah desahan lolos dari bibir seorang wanita ketika seorang pria kini sedang mencumbu mesra dirinya. Wanita yang sedang duduk di atas pangkuan pria itu terus mendesah nikmat den...