61. Don't Tell This to Your Mother

6.3K 139 2
                                    

Athes tersenyum sumringah menatap berbagai hidangan makanan yang kini sudah tertata rapi di atas mejanya. Setelah sekian lama menunggu waktu memasak akhirnya penantian Athes terbayar juga.

Athes menggosok-gosok kedua tangannya dengan mata yang terus bergulir kesana-kemari, mencoba mencari makanan apa yang akan dia makan pertama.

Tatapan Athes tertuju pada Big burger  dengan campuran keju yang meleleh di sana.

Tanpa ragu Athes meraihnya dan mulai memakannya dengan khidmat. Baru menghabiskan seperempat burger itu Athes pun kembali meletakkan makanan itu di atas piringnya kembali dan beralih mencari makanan lain.

Kini Athes mulai menyicipi makanan tersebut, meski belum habis namun Athes tersenyum puas karena berhasil menyicipi semuanya satu-persatu.

"Nanny," panggil Athes berseru pada sang Nanny yang sedari tadi terus saja memperhatikannya.

Athes meraih susu coklat sebagai minuman terakhirnya, meneguknya hingga tersisa setengah.

"Ada apa, Sir?" tanyanya bersiap ingin melakukan perintah Athes.

"Aku sudah kenyang. Sekarang ayo kembali pada mommy, atau kau ingin memakan sisanya? Ini masih banyak Nanny, sangat sayang jika di buang."

Sang Nanny yang mendengar hal itu menghela napas panjang, ia menatap Athes dengan tersenyum.

"Athes, jika kau ingin memesan makanan sebaiknya ukur perutmu terlebih dahulu. Sangat sayang 'kan jika kau memesannya semua dan malah tidak menghabiskannya. Apa kata ibumu jika tau hal ini?"

"Mommy pasti tidak akan marah, uang mommy masih banyak Nanny," elak Athes merasa tak terima mendengar perkataan Nanny baru saja.

"Lalu apa maksudnya ukur perut?" lanjut Athes lagu tidak mengerti.

Sang Nanny yang mendengar hal itu menghela napas, "Athes, ini bukan masalah bisa membayar, banyak uang atau tidak, tapi ini cara agar kau bisa membeli makanan sesuai porsi yang kau makan. Sedari tadi aku sudah menegurmu tapi kau tidak percaya, tak masalah jika kau bisa menghabiskan semuanya, tapi ini? Kau hanya mencicipinya saja. Bukankah makanan ini akan sayang jika di buang?" tegur sang Nanny untuk kesekian kalinya pada Athes yang terkesan keras kepala itu. Meski ia hanya berprofesi sebagai pengasuh Athes namun ia juga memiliki hak untuk menegur anak itu jika salah.

Athes menggembungkan pipinya dengan tatapan yang terus tertuju pada makanan yang terisa sangat banyak di hadapannya, hampir seperti belum di cicipi.

Apa yang di katakan Nanny memang benar, jika Athes memesan banyak makanan dan tidak bisa menghabiskannya lalu untuk apa makanan ini setelahnya? Jika makanannya di buang pasti akan terasa sia-sia, terlebih Athes sangat membenci

"Nanny," gumam Athes dengan menumpukkan kedua tangan di atas meja.

"I'm sorry, aku janji tidak akan melakukannya lagi. Tapi tolong jangan beritahu pada mommy," gumamnya sedikit takut dan kasihan pada mommy-nya yang mungkin akan sedih ketika tau jika dia membuang-buang makanan.

"Baiklah, kalau begitu kita pergi," ujar sang Nanny menenangkan, berdiri dari duduknya, mendekati Athes dan mengangkat tubuh mungil balita itu untuk di turunkan dari kursi.

Athes meraih tangan sang Nanny, kini keduanya kembali berjalan menuju Nora setelah Athes selesai makan.

Namun langkah Athes terhenti ketika samar-samar mendengar suara orang yang benar-benar familiar di telinganya.

Athes segera menghentikan langkah, membalikkan tubuh menatap meja yang baru saja di lewatinya.

"Ada apa Athes?" tanya sang Nanny hang juga ikut menghentikan langkah karena Athes yang masih menggenggam tangannya.

Meniduri Wanita Lain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang