26. She is My Lover, What do You Mean?

8.4K 130 2
                                    

"Tunggu di sini, pak. Aku akan membayar lebih." Setelah mengatakan itu Nora meraih beberapa lembar Dollar dalam tas tangannya dan memberikannya pada supir taksi. Tanpa menunggu perkataan sang supir lebih lanjut Nora pun segera keluar dari dalam mobil itu dan berjalan menuju gang sempit yang ada di depannya.

Nora mengusap-ngusap lengannya yang terasa kedinginan, ia lupa membawa jaket. Matanya terus mengedar ke segala arah. Jalan di sini benar-benar gelap dan Nora menatap was-was sekitarnya, takut-takut jika ada pria mesum yang ingin berbuat jahat padanya.

Nora menghentikan langkahnya ketika telah sampai di depan sebuah bangunan bising. Nora menghela napas lega ketika tidak melihat satupun penjaga yang berjaga di pintu bangunan bising itu.  Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Nora pun segera masuk di dalam itu agar tidak ketahuan oleh penjaga.

Club.

Ya, saat ini Nora memang sedang berada di club malam. Bukan kali pertama ia datang ke sini, bahkan tempat ini adalah salah satu langganan tempat favoritnya bersama Aldrich dan teman-temannya dulu sebelum akhirnya ia menjadi seorang istri dan tidak lagi pernah pergi ke tempat ini.

Nora selalu datang ke sini bukan untuk berbuat hal-hal aneh, tapi ia hanya ingin ikut dengan teman-temannya untuk bersenang-senang. Bahkan setiap kali ia datang ke sini Aldrich selalu menemaninya, pria itu takut jika sampai Nora di ganggu oleh pria-pria mabuk.

Nora terbatuk-batuk ketika asap rokok dan bau Alkohol memasuki indra penciumannya. Gadis itu terus berjalan tidak tentu arah untuk mencari keberadaan Aldrich.

Sudah tiga hari pria itu tidak pulang ke rumah, dan Nora mendapati informasi jika Aldrich berada di sini dari nomor baru yang memberinya pesan jika Aldrich tengah berada di club ini dengan keadaan mabuk berat. Tidak ada yang berniat mengantarnya pulang, itu sebabnya ia datang ke sini untuk menjemput suaminya yang tengah tak sadarkan diri dari alkohol.

Matanya mengedar ke segala arah, tubuh mungilnya terus terdorong-dorong karena banyaknya orang yang berlalu lalang melewati tanpa memperhatikannya.

Nora menutup mulutnya dengan telapak tangan guna menghindari bau-bau menyengat dari sekitarnya. Kakinya terus saja melangkah mencari keberadaan Aldrich.

Sangat sulit mencari pria itu di lampu temaram seperti ini.

"Awww!" Nora melenguh, mengusap-ngusap kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit ketika tidak sengaja menabrak seseorang.

"Hai cantik," panggilan seseorang membuat Nora mengadah, matanya seketika membelalak menatap pria tambun di hadapannya.

Itu pasti pria mesum yang sedang mabuk. Nora bergerak cepat, berlari guna menghindari pria itu. Tapi ia malah kalah telak. Pria itu dengan gesit menarik pergelangan tangannya membuatnya tidak bisa berlari.

"Kau tidak bisa berlari lagi."

"Lepas! Lepaskan! Tolong!" Nora memberontak berusaha menarik tangannya dari genggaman pria tambun di hadapannya.

"Mari bersenang-senang denganku malam ini," ujar pria itu di iringi dengan tawa menyeramkan membuat Nora semakin ketakutan.

"Lepaskan aku! Tolong! Tolong!" Nora terus saja berteriak.

Tawa jenaka terus saja keluar dari pria tambun itu, "Jangan menghabiskan suaramu untuk berteriak-teriak tidak jelas. Tidak akan ada yang mendengar. Lebih baik suaramu itu kau simpan baik-baik untuk mendesah bersamaku nanti."

Nora memandang jijik pria yang ada di hadapannya.

"Sekarang ayo pergi bernamaku. Aku telah menyiapkan kamar untuk kita."

"Tolong! Tolong!" Nora tidak mempedulikan perkataan pria tambun itu lagi, gadis itu terus berteriak-teriak histeris. Oh ayolah, ia masih perawan dan ia tidak akan menyia-nyiakan keperawanannya  untuk pria yang ada di hadapannya, tidak akan pernah! Jika sampai itu terjadi ia bersumpah akan bunuh diri setelahnya.

"Aaaa! Help me!" Nora terus berteriak tidak karuan ketika pria tambun itu menariknya menuju kamar.

Merasa kehilangan akal, Nora tidak memiliki cara lain. Gadis itu dengan sekuat tenaga menggigit lengan pria itu hingga hampir berbekas dan daging tangannya hampir putus.

"Aargghh!" Pria tua itu mengerang kesakitan, tak menyia-nyiakan kesempatan Nora menginjak keras kakinya dan berlari sekeras mungkin ketika tangan yang memegangnya terlepas.

Nora meludahi lantai, merasa jijik ketika rasa asam seperti besi memasuki Indra perasanya. Sepertinya tangan pria yang telah di gigitnya telah mengeluarkan darah.

Nora menatap bartender yang sedang menyiapkan minuman beralkohol di meja pantry, tanpa menunggu lama-lama gadis itu berlari mendekati sang bartender dan berlindung di belakang tubuh pria itu.

"Louis, tolong aku!"

Sang bartender itu menoleh, menatap seorang gadis yang  bersembunyi di balik punggung lebar pria itu.

"Manora James?" gumamnya tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Berikan dia padaku!" suara dari depan membuat bartender bernama Louis itu kembali mengalihkan pandangan ke depan, mengangkat alis menatap pria tambun di hadapannya.

"Dia kekasihku, apa maksudmu?" tanya Louise dengan nada angkuh.

Mendengar hal itu pria tambun itu bergerak mundur tanpa berkata apa-apa pria itu bergerak mundur dan berlalu dari sana.

"Dia sudah pergi," ujar Louise menenangkan, meraih tangan mungil gadis yang tengah bergetar ketakutan itu agar kembali menghadap padanya.

Mendengar itu Nora menghela napas lega, menatap Louise dengan tersenyum kecil, "Terimakasih," gumamnya lembut.

Louise mengangguk masih menatap Nora, "Senang berjumpa denganmu lagi Nora. Untuk apa kau datang tengah malam begini?"

"A-ku ... Aku sedang mencari Aldrich, apa kau melihatnya?" tanyanya kemudian, meski sedikit ragu.

"Wow! Aku tidak menyangka jika hubungan kalian dan Aldrich masih terus berjalan. Aku berpikir kalian sudah berakhir, tapi tidak apa. Aku senang mendengarnya. Tapi jangan terlalu mencintai pria itu. Sekarang ia sudah berubah menjadi tukang selingkuh." Jujur Louise yang hanya di tanggapi Nora dengan tersenyum tipis.

"Aku mengerti. Itu sebabnya aku ingin mencari dan membawanya pulang. Dia di mana sekarang?"

"Kamar nomor lima."

"Apa kau memiliki kunci cadangan untuk memasuki kamar itu?"

"Sebenarnya aku tidak boleh  sembarangan memberikan kunci cadangan pada seseorang, itu mengganggu privasi, Nora. Tapi karena aku mengenalmu dan Aldrich, maka aku akan memberikannya." Louise menarik laci meja mulai mencari-cari kunci yang di inginkan dan memberikannya pada Nora.

"Ini, berikan padaku jika kau sudah selesai menggunakannya."

Nora mengangguk, "Terimakasih," balasnya dengan meraih kunci tersebut dari tangan Louise dan hendak berlalu dari hadapan pria itu.

Louise dengan cepat menarik tangan Nora membuat gadis itu menghentikan langkahnya kembali, menatap Louise dengan kening mengerut."

"Ada apa?" tanyanya heran.

"Aku akan mengantarmu. Tapi kau harus cepat, masih banyak pelanggan yang membutuhkanku."

"Terimakasih, tidak perlu cemas, aku akan membayarmu."

"Tidak perlu, kau terlalu berlebihan." Louise terkekeh setelah mengatakan itu sedangkan Nora tersenyum lebar.

"Ayo, kita harus cepat," tanpa menunggu lama lagi Louise segera menarik tangan Nora dan menuntun gadis itu menuju kamar nomor 5 tempat Aldrich berada.

"Sudah tiga hari Aldrich berada di sini," gumam Louise di sela-sela perjalanan membuat Nora segera menoleh menatap pria itu. Menuntut penjelasan lebih.

"Dia sudah seperti orang tidak waras semenjak berada di sini. Terus meracau dan memaki-maki tidak jelas."

****

Vote-komen

Follow, klik 👉meserrine

Meniduri Wanita Lain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang