"Kak! Aku mau makan!" Sekar mendorong tubuh Cakra menjauhinya.
"Makan aja!" Cakra memeluk Sekar dari belakang.
Sekar hanya mampu memakan makanannya tanpa selera. Niat hati ingin makan enak dia justru diperlakukan seperti ini. Mana mungkin dia mau jadi seperti ini. Sekar melirik Bibi Lisa yang menatapnya sedih. Dia juga sedih melihat Bibi Lisa Blackcard menjadi penuh lebam dan luka dimana-mana. Harusnya Sekar menolong Bibi Lisa lebih cepat!
"Kak! Kakak nggak makan?"
"Nanti!"
"Nanti kapan!? Keburu makanannya habis sama aku! Kakak mau makanan sisa?" Tanya Sekar kesal.
"Aku mau makan kamu!" Bisik Cakra pada Sekar.
Tubuh Sekar seketika merinding disko. Bukankah itu kata yang sangat ambigu untuk dikatakan pada anak di bawah umur apalagi umur Sekar yang masih minor? Sekar mengepalkan tangannya kuat-kuat, dia paham arti dari makan yang dimaksud Cakra. Sekar tersenyum dan tertawa dalam hati.
Lihat saja nanti! Siapa yang akan memakan siapa!
"Sekar!" Bisik Cakra.
"Apa kak? Aku lagi makan!"
"Kakak tunggu di kamar!" Cakra menepuk kepala Sekar dan beranjak pergi.
Sekar tersenyum jahat penuh dendam ambisi. Kalau soal orang jahat seperti Cakra, dia sudah kebal! Lihat saja nanti!
💝💝💝
"Jawab gue! Apa yang lo sama kakak lo rencanain? Hah? Lo tahu sekarang kayak gimana? Kenzie kritis, Sekar di culik, Rangga sama Sopir Kenzie juga habis kecelakaan! Apa yang kalian lakuin?" Teriak Adam marah.
"Sekar di culik?" Dirga mendongak melihat Adam.
Dia tidak tahu sama sekali tentang penculikan Sekar. Siapa yang menculiknya? Apa orang itu?
"Jangan! Jangan! Jangan!" Teriak Dirga memegangi kepalanya.
"Dir, lo kenapa?" Tanya Gala melihat temannya menjadi sangat aneh.
"Jangan bunuh gue! Jangan bunuh gue! Jangan bunuh gue!" Teriak Dirga lagi.
"Maaf! Tahanan dalam kondisi mental tidak stabil mohon maaf!" Beberapa polisi datang menarik tubuh Dirga pergi.
Adam tertunduk dan memijat kepalanya yang berdenyut. Kenapa Dirga menjadi seperti itu? Kenapa Dirga ketakutan? Siapa yang akan membunuhnya? Adam menatap Gala ketakutan.
"Kita harus cepat ke tempat itu!"
"Kenapa?" Tanya Gala.
"Kak Cakra! Dia yang bermasalah!"
💝💝💝
"Apa ini?" Tanya Jihan melihat bangunan yang mirip bangunan kosong.
"Iya! Bener ini! Ayo!" Rangga berjalan lebih dulu. Dia mengendap-endap masuk dan melihat ke berbagai arah dan menghentikan langkahnya saat beberapa orang berjas hitam terlihat.
Ini pasti tempatnya!
Mereka tidak mungkin menjaga tempat kosong. Tapi bagaimana cara mereka masuk jika penjaganya seketat itu?
"Cepat hubungi semua orang!" Pinta Rangga pada Jihan.
"Siap!"
Rangga mengambil banyak batu dan meletakkannya di sakunya. Mungkin ini akan berguna nanti. Juga dia membawa batang kayu dan memeganginya erat-erat.
"Biar gue yang masuk! Lo tunggu di luar cari bantuan nanti! Oke!" Pinta Rangga.
"Nggak! Mereka bakalan sampai disini! Gue nggak mau disini sendiri! Gue ikut lo!"
"Bahaya! Lo bisa terluka!"
"Ini demi Sekar! Gue nggak apa-apa deh! Gue juga mau berani nolongin Sekar! Dia bantu gue saat gue di bully! Kali ini gue yang mau bantu!" Jihan mengambil batang kayu dan siap untuk menolong.
"Ini bukan cerita yang lo bisa lawan penjahat! Gue minta lo telepon polisi sama siapapun yang bantu kemari! Lo tunggu di tempat sepi!" Rangga menggeleng pada Jihan.
Dia tidak mau Jihan terluka. Orang-orang disana pasti mereka yang sudah terlatih sejak dini.
"Gue buktiin sama lo!" Jihan maju lebih dulu.
"Udah gila tuh anak!"
Jihan mengambil handphonenya. Di tempat yang suram ini, dia sudah tahu apa yang harus dia lakukan. Jihan mengacak-acak rambutnya dan berdiri cukup jauh dari mereka.
"Hihihihi.... Hihihihi..."
"Ada suara nih!" Salah satu dari mereka melihat kesana-kemari.
"Hihihihi... Hihihihi..."
"Itu dia!"
"Kunti... Kuntilanak!" Semua orang menunjuk Jihan dan berlari pergi dengan terbirit-birit.
Jihan tersenyum dan melihat Rangga. Memang mereka itu satu tipe, penakut!
"Ayo!"
💝💝💝
"Kak! Kok disini nggak ada jendela sih?" Tanya Sekar.
Dimana-mana hanya ada dinding. Tidak ada jendela yang bisa digunakan untuk kabur atau melarikan diri. Tempat apa ini? Dia bahkan tidak bisa melihat bintang-bintang di atas sana atau langit. Apakah sekarang masih malam? Atau pagi? Sekar tidak tahu sama sekali selain jam menunjukkan angka 2 pagi.
Cakra tersenyum dan menutup bukunya.
"Kamu nggak perlu tahu! Ayo kesini!" Cakra menepuk tempat di sampingnya.
"Aduhhhhh... Perut aku mules! Aku ke kamar mandi dulu! Dimana kak?" Tanya Sekar.
"Disana!" Tunjuk Cakra pada sudut kamar.
"Ohhh... Aku buang hajat dulu kak!" Sekar berlari dan masuk ke dalam kamar mandi.
Ternyata mewah juga tempat ini. Tapi tidak mungkin jika tempat ini adalah ruangan bahwa tanah. Mana mungkin. Tapi mungkin jika itu keluarga kaya raya seperti Keluarga Ruslam. Sekar menatap pantulan dirinya di cermin. Dia menatap kiri atas bawah atas.
Wajahnya memang cantik!
"Gue harus apa?" Sekar menjambak rambutnya.
Apa dia harus pura-pura pingsan? Tapi Cakra bisa melakukan apapun saat dia pingsan nanti. Dia juga tidak bisa berbuat apapun saat Bibi Lisa Blackcard terlihat begitu lelah dan letih. Sekar menatap ke arah cermin lagi. Apa boleh buat!
"Kak! Uhukkk..." Sekar membuka pintu dan menutup mulutnya.
"Ada apa? Kamu kenapa?"
"Aku nggak tahu! Tiba-tiba aja aku batuk terus berdarah! Aku pusing kak!" Sekar menatap Cakra yang panik.
"Kamu tunggu sebentar. Kakak panggilkan dokter untuk kamu!" Cakra membantu Sekar untuk berbaring.
"Ughh... Perut aku juga sakit! Hiskkk... Aku kenapa ya kak? Hiskkk..."
"Sebentar! Dia mau datang kesini! Dimana yang sakit!" Tanya Cakra begitu khawatir tentang keadaan Sekar.
Apakah ini efek kecelakaan tadi? Cakra menjambak rambutnya dan mencoba menenangkan Sekar. Dia mengusap lembut rambut Sekar dan menggenggam erat salah satu tangan Sekar.
"Ada kakak disini! Kamu tunggu sebentar! Bibi Lisa!" Teriak Cakra.
Cakra keluar dari kamar cepat untuk meminta bantuan. Sekar membuka matanya pelan dan tersenyum penuh kemenangan.
"Gue ini emang calon artis!"
💝💝💝
Salam ThunderCalp!🤗
Tolong selamatkan Sekar!!!
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Ke Dalam Novel ( END )
Teen FictionBagaimana jika harapanmu menjadi kenyataan? Itulah yang dirasakan Sekar, dia harus menelan pil pahit saat terbangun dari tidurnya. Bukan lagi kamar sempitnya tapi sebuah tempat yang begitu luas serta orang-orang asing baginya. Tapi dimana dia sekara...