Ayyara menunduk dalam saat papa dan mamanya datang. Sekarang dia takut pada pasangan ini yang tidak menganggapnya. Bukan apa-apa, berbeda dengan Dirga atau Cakra, kedua orangtuanya seperti memiliki masalah padanya secara nyata.
"Mulai sekarang kamu nggak diantar lagi sama Pak Saiful." Ucap papanya membuka obrolan pagi yang cerah ini.
"Kenapa?" Tanya Ayyara.
"Pak Saiful akan antar mamamu! Kamu juga harus mandiri! Kamu bukan lagi anak kecil!"
"Okey! Jadi Ayyara berangkatnya pakai apa?" Tanya Ayyara memainkan tangannya.
"Lo itu bodoh atau apa? Pakai taksi juga bisa!" Dirga mengambil rotinya dan melihat Ayyara dengan begitu kesal.
"Hmm... Okey!" Ayyara menganggukkan kepalanya paham.
Jadi intinya dia harus pergi sendiri? Tapi bukankah bisa Pak Saiful juga mengantarkannya pergi bersama mamanya? Ayyara melihat kakak pertamanya yang begitu tidak peduli dengan obrolan ini. Sama dengan mamanya yang memilih diam memperhatikan benda pipih ditangannya.
Keluarga ini terlalu tidak peduli padanya.
Lebih baik ibunya yang sering bertanya macam-macam tentang harinya. Dia sekarang merindukan ibunya disana.
"Aku berangkat!" Cakra bangkit dan memakai jasnya.
"Aku juga!" Dirga mengikuti kakaknya pergi.
"Jangan buat masalah di sekolah!" Papanya bangkit dan mengambil tas kerja.
Kali ini hanya tersisa Ayyara dengan mamanya saja. Mungkin mamanya akan berbaik hati mengantarkannya pergi.
"Ma?"
"Pak Saiful, kita berangkat sekarang!" Mamanya bangun dan masih sibuk dengan benda ditangannya.
Ayyara terdiam sendirian di meja makan. Hanya ada roti dan susu untuk pagi ini. Mana kenyang! Mungkin lebih baik dia membeli motor atau sepeda untuk berangkat ke sekolah. Taksi kan mahal! Ayyara tersenyum pada Bibi Lisa yang memberikannya bekal lagi.
"Ini ya non! Dimakan!"
"Makasih ya Bi!"
"Jangan lupa minum obatnya ya non!"
"Iya!"
💝💝💝
"Hah... Hah... Buka! Pak! Aduhhh..." Ayyara menunduk setelah berlarian menuju sekolahnya.
Kenapa dia terlambat lagi untuk kedua kalinya? Kenapa? Ayyara melihat satpam yang menatap tajam kepadanya. Harusnya dia memesan ojek online saja bukannya menunggu taksi!
"Pak! Ini pak! Cepat buka!" Pinta Ayyara menyodorkan uang 100 ribu.
"Maaf aja nih! Saya nggak lagi nerima sogokan!"
"Kenapa? Ini buat beli permen atau rokok! Please, buka pak!"
"Nggak!! Kamu terlambat lagi! Jadi nggak!"
Ayyara menjambak rambutnya, hari ini dia harus segera masuk sebelum Pak Kumis menghukumnya! Ayyara berlari ke sisi lain, lebih baik panjat dinding saja! Itu mudah! Dia sudah pernah melakukannya dulu. Ayyara bersiap memanjat tapi sebuah tangan menghentikan aktivitasnya.
"Lo mau apa?"
"Hah? Kak? Kakak siapa ya?" Tanya Ayyara nampak asing dengan laki-laki yang memegangi tangannya.
"Apa? Lo lupa sama gue?" Tanya laki-laki itu balik.
Ayyara melihat baik-baik wajah laki-laki didepannya. Sepertinya dia tidak asing dengan wajah ini. Benar, taman kakaknya lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk Ke Dalam Novel ( END )
Ficção AdolescenteBagaimana jika harapanmu menjadi kenyataan? Itulah yang dirasakan Sekar, dia harus menelan pil pahit saat terbangun dari tidurnya. Bukan lagi kamar sempitnya tapi sebuah tempat yang begitu luas serta orang-orang asing baginya. Tapi dimana dia sekara...