69. Perang 2

5.5K 419 7
                                    

"Kak! Kita masih bisa baik-baik lho!" Sekar mengangkat tangannya bersama yang lain.

Mereka semua di kumpulan pada satu ruangan yang sama. Cakra sudah tidak tahan untuk tidak membunuh mereka semua. Apakah dia gila? Yah, dia sudah sangat gila!

"Diam kamu!" Teriak Cakra keras.

"Maaf!" Sekar menunduk dalam.

"Den Cakra! Bibi mohon! Mohon jangan kayak gini! Cukup Den!" Pinta Bibi Lisa.

"Bibi juga diam saja! Saya nggak butuh ceramah bibi! Lebih baik kalian semua mati di tempat ini! Untuk apa kalian hidup di dunia ini? Kalian hanya anak-anak yang tidak dibutuhkan lagi!" Cakra mengangkat pistolnya pada mereka semua.

Sekar menatap Cakra penuh dendam. Mereka harus cepat kabur dari tempat ini. Tapi apakah mereka bisa melawan orang-orang berjas hitam dan Cakra yang memegangi senjata api? Sekar melirik Kenzie di sampingnya, apakah ini akhir kisah cinta mereka?

"Ken!"

"Apa?"

"Gue mau kasih tahu! Gue suka banget sama lo! Lo mau tahu kenapa? Soalnya gue mau jujur!"

"Kenapa?"

"Soalnya lo ganteng kayak Heesung Oppa! Terus suara lo adem kayak ubin masjid. Gue juga suka saat lo puji gue. Gue mau jujur soal itu!"

"Gue emang ganteng sih! Jadi itu alasan lo suka gue?"

"Soalnya lo juga kaya! Perhatian! Beliin gue apapun nggak pelit! Pokoknya gue suka! Gue emang rada matre, lo nggak apa-apa kan?" Tanya Sekar.

"Hmm... Gue suka cewek matre kok!" Bisik Kenzie.

Sekar tersenyum simpul. Jadi tidak masalah untuk meminta nonton konser Blackcard bulan depan! Dia juga mau melihatnya bersama Jihan dan lainnya. Sekar menatap ke depan dan tersenyum pada Cakra.

"Kak! Aku tahu kamu nggak akan berani bunuh kita semua. Apa nggak takut dosa? Apa kakak nggak takut sama karma? Apa nggak takut soal itu semua?" Tanya Sekar.

Dorrrr...

Cakra menembak langit-langit.

"Apa kamu kira saya takut Sekar? Saya nggak akan takut dengan apapun! Kalian benar-benar akan mati! Mau saya buktikan? Siapa yang mau mati lebih dulu?" Cakra menatap satu persatu orang.

Semuanya diam seketika.

"Kalian tidak berani! Bagaimana dengan kamu Sekar? Apakah kamu harus menyusul Ayyara lebih dulu? Bukankah kalian sama? Kalian satu tubuh?! Hmm? Mungkin lebih baik yang kamu yang mati lebih dulu. Supaya semua orang nggak ada yang bisa dapatin kamu!" Cakra tersenyum mengerikan.

"Gue! Bunuh gue!" Kenzie berdiri di depan Sekar.

"Nggak biar ibu aja! Ibu biar bisa ketemu suami ibu di atas sana! Bunuh ibu aja!" Ibu Sekar berdiri di depan Kenzie.

"Saya saja den! Saya nggak kuat lagi lihat Den Cakra seperti ini. Saya sudah kehilangan Non Ayyara. Buat apa lagi bibi hidup? Bibi juga nggak punya keluarga lagi! Bunuh bibi aja den! Bibi udah nggak kuat lagi! Hiskkk..." Bibi Lisa berdiri di depan Cakra dengan menangis.

Semuanya telah pergi darinya. Ayyara yang meninggalkannya, Dirga yang justru di penjara, dan Cakra yang seperti ini. Bibi Lisa merasa bersalah pada dirinya sendiri.

"Gue masih mau hidup!" Bisik Jihan.

Rangga mengangguk kecil. Dia juga ingin hidup lebih lama lagi.

"Angkat tangan!"

"Sekar! Sekar! Lo dimana! Gue dateng!" Teriak Adam masuk ke dalam bersama polisi juga Gala.

Cakra menarik Bibi Lisa dan menodongkan senjata padanya. Semua begitu panik secara bersama. Kenzie segera memeluk Sekar kuat-kuat. Dia harus melindungi gadisnya apapun yang terjadi.

Masuk Ke Dalam Novel ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang