41. Mimisan?

7.5K 555 0
                                    

"Pak! Saya kapan main?" Tanya Sekar angkat tangan.

Kapan dia bisa bermain basket? Sejak tadi namanya belum dipanggil juga. Sekar sudah sangat gatal untuk ikut berada di lapangan dan membantu kelasnya melawan kelas Rangga. Ini adalah pertarungan anak IPS dan anak IPA!

"Kamu siapa?"

"Sekar Kusuma Dewi pak! Anak baru, saya ikut deh! Saya ini dulu pernah ikut lomba basket!" Bangga Sekar.

"Ya udah sana main!"

Sekar tersenyum dan masuk menggantikan seorang anak perempuan. Kali ini adalah permainan campuran. Laki-laki dan perempuan akan digabung menjadi satu tim. Sekar melakukan pemanasan dan melihat Rangga yang sudah bersiap. Sekar harus mengalahkan Rangga!

Pritttt...

Poin mereka cukup tertinggal jauh, kelas Rangga lebih unggul 19 poin dari kelasnya. Sekar sejak tadi tidak terima akan hal itu. Sekar berlari dan merebut bola dari kelas lain. Dia melompat dan menyumbangkan tiga poin sekaligus.

"Sekar! Lo jago juga!" Puji Baim.

"Nanti kasih gue kalau bisa! Gue bisa shooting jarak jauh! Kalau deket gue kadang nggak masuk!" Sekar berlari lagi.

Dia tersenyum dan mencoba merebut bola dari tangan Rangga.

"Ayo mau kemana?" Tanya Sekar.

"Lo mau rebut bola ini? Nggak bi..."

"Bisa!" Sekar merebut bola dan melemparkannya pada Baim.

Poin lagi untuk kelas mereka. Sekar tersenyum dan menepuk pundak Rangga.

"Lo kalah Rangga!" Ejek Sekar.

"Hah... Cuma sekali! Gue pastiin lo nggak akan bisa lagi." Rangga mengepalkan tangannya.

Dadanya begitu mendidih mendengar ejekan dari Sekar. Apa Sekar ingin memprovokasinya? Kalau begitu dia telah berhasil. Rangga tersenyum senang dan berniat merebut bola dari tangan Sekar.

"Eittsss... Udah panas? Ayo, dong! Masa gini aja, sih! Rangga payah!" Sekar melompat dari jarak jauh dan menyumbangkan poin lagi.

"Sialan!" Umpat Rangga.

"Lo itu masih amatiran dek! Belajar sama kakak, nih! Hahaha..." Sekar tertawa terbahak-bahak.

Seru juga menjahili Rangga yang wajahnya sangat merah sekarang. Hal itu sangat lucu dimata Sekar.

"Kok bisa sama ya?" Gala menyeruput teh nya di pinggir lapangan.

"Sepupu gue emang hebat! Nggak usah dibandingin sama Ayyara! Dia ya dia! Ayyara ya Ayyara. Mereka dua orang yang beda! Ayo, Sekar! Sepupu ini mendukungmu!" Teriak Adam.

Selama ini Adam sangat ingin memiliki adik tapi orangtuanya tidak mau lagi memiliki anak setelah Adam nakalnya luar biasa. Jadi dia senang saat tahu dia memiliki sepupunya yang lebih muda darinya.

"Ngapain lo senyum-senyum?" Tanya Gala pada Ettan.

"Nggak!" Ettan menahan senyumnya.

Kenapa mereka sangat sama? Bukan Ayyara tapi orang itu yang sama dengan Sekar. Ettan tersenyum dan berjalan pergi ke suatu tempat.

"Malah pergi! Ayo, Sekar! Kalahin si cupu! Huuu..." Teriak Gala.

"Ayo, Sekar! Nanti gue beliin ice tea!" Teriak Adam.

Dirga menopang dagunya melihat bagaimana Sekar yang bisa mengimbangi permainan anak laki-laki. Dia benar-benar seorang ahli. Darimana dia belajar akan hal itu? Apakah Sekar juga mengajari Ayyara? Tapi bagaimana mungkin gaya permainan mereka sama persis. Bahkan saat merebut bola, Sekar juga melakukan sedikit trik seperti Ayyara dulu. Dirga tidak habis pikir dengan semua ini. Seperti Sekar dan Ayyara adalah orang yang sama.

Masuk Ke Dalam Novel ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang