Aroma makanan tercium di pasar malam, Jaemin meniup bola gurita di tangannya dan menggigitnya.
“Makan perlahan. itu panas, hati-hati lidahmu terbakar.” tiba-tiba seseorang merangkul pundaknya, dan sebuah sosis bakar di sodorkan didepan mulutnya, “Coba punyaku.”
Pria yang memegang tusuk sosis bakar itu hanya sedikit lebih tinggi darinya, dengan fitur wajah yg sangat tampan. Orang seperti ini bisa langsung terlihat, bahkan ditengah kerumunan orang banyak.
Penampilan luar biasa ini membuat orang-orang di sekitarnya menatapnya dengan sengaja atau tidak sengaja, tetapi dia tidak memperhatikan orang-orang di sekitarnya, hanya fokus pada Jaemin yang berada dipeluknya menatap kosong pada sosis bakar yg ia tawarkan. Dan Dia tidak bermaksud menyerah masih mempertahankan sosis hangat berlumur saus dan mayones itu tepat di mulut Jaemin .
Berkedipi, Jaemin membuka mulutnya dan menggigit: "Mm ini enak."
“Kan” seolah puas Jeno lalu menggigit sisa sosis yg sudah digigit Jaemin barusan tanpa menunjukkan apapun.
Jaemin menurunkan matanya, dan Jeno sudah bergerak dengan mulus dan cepat melahap bola gurita teratas yg tadi baru ia gigit sedikit. Lalu dengan gembira si pencuri ini menyenandungkan sebuah lagu seraya terus merangkul leher Jaemin dengan erat, seolah-olah begitulah seharusnya.
Seorang Lee Jeno merupakan lelaki yg terkenal keren dengan sikap acuhnya, dia tidak mudah untuk dekat dengan orang lain, tapi tentu dia bukan Nerd atau jenis tuan muda kaya yg sombong itu, malah Jeno cukup ramah dan bahkan punya banyak teman, hanya saja selalu ada batas yg terlihat jelas. Namun terhadap seorang Na Jaemin, jarak itu adalah nol.
Mereka bisa makan semangkuk mie yang sama, memakai pakaian satu sama lain, tidur di ranjang yang sama, dan Na Jaemin bisa melakukan apapun yang dia mau pada Lee Jeno.
Karena mereka adalah sahabat terbaik.
Jaemin tahu dalam hatinya bahwa selama dia tidak menginjak ladang ranjau terbesar seorang Jeno, Jeno tidak akan pernah bisa menjauhkan diri darinya.
Dan ladang ranjau terbesar ini...
"Kebetulan sekali kamu juga bermain di sini."
Sebuah suara datang dari belakang, Jaemin berhenti dan berbalik untuk melihat wajah seorang anak laki-laki tampan.
Di mana ia pernah melihat wajah ini? Jaemin memikirkannya dan ingat bahwa ini adalah Huang Renjun, teman sekelas Jeno, dan dia harus dianggap sebagai salah satu teman baik Jeno.
Bocah tampan itu mengatakan itu kebetulan, tetapi wajahnya penuh kejutan yang tersamar, itu tidak terlihat seperti pertemuan kebetulan, tetapi dia telah menunggu di sini untuk waktu yang lama dengan sengaja.
“Apakah ada yang salah?” Jeno bertanya.
Renjun tidak langsung berbicara, matanya menatap tangan Jeno yang memeluk erat bahu Jaemin, dan ketika dia melihat Jaemin lagi, ada kilatan permusuhan di matanya.
Tapi permusuhan ini dengan cepat hilang, Renjun tersenyum malu pada Jaemin, "Bisakah kamu pergi dulu? Aku punya sesuatu untuk dikatakan kepada Jeno sendirian."
Jaemin mengangguk, melepaskan tangan Jeno dari bahunya, lalu menunjuk ke sebuah stan kecil tidak jauh dari situ, dan berkata kepada Jeno, "Aku akan pergi ke sana dan menunggu—"
Sebelum dia selesai berbicara, tangan Jaemin yang menunjuk itu digenggam.
Jeno memegang tangan Jaemin, dan ekspresi ceria di wajahnya saat dia menghadapi Jaemin seketika menghilang begitu Jeno menatap Renjun dengan tatapan kosong, dan rasa jarak langsung terungkap dari alisnya yang dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) JUST FRIENDS [NoMin]
FanfictionSemua orang tahu seberapa baik hubungan antara Jeno dan Jaemin. si kembar yg sudah seperti saudara, ya persahabatan mereka sampai membuat orang lain salah sangka. Dan disanalah seorang Jaemin terjebak dalam manis dan asam hal rumit yg disebut pera...