7

527 29 2
                                    

   Saat Jaemin masih memikirkannya, pintu kamar mandi yang tertutup dibuka lagi dengan celah kecil, dan Jeno menjulurkan kepalanya.

Bahkan jika rambutnya basah tanpa gaya, dewa laki-laki kampus ini masih sangat tampan dan berkilauan. Dengan senyum di matanya yang gelap dan dalam, dia berkata kepada Jaemin, "Nana, kami telah bersama selama bertahun-tahun. Mengapa kamu masih malu?"

Sangat bagus, Jeno tidak menemukan apa-apa.

“Berhenti bicara omong kosong dan berpakaianlah.” Jaemin berbalik seperti biasa, “Jangan menjadi hooligan di siang bolong. Pergi!”

Duduk sendirian di tempat belajarnya, Jaemin menghela nafas panjang.

Dia mengeluarkan tisu dan menyeka telapak tangannya yg basah.

Otaknya mengingat gambar yang baru saja dilihatnya terlepas dari keinginan tuannya. Jaemin mengambil pena dan memfokuskan kembali perhatiannya pada "Hukum Pidana" di desktop, mencoba menggunakan kekuatan profesional untuk mengusir pikiran tidak murni dalam pikirannya.

Dengan sekali klik, pintu kamar mandi terbuka, dan Jeno keluar.

Jaemin tidak menoleh, dia mencoba untuk menaruh semua pikirannya pada buku, dan berencana untuk menenangkan diri dan menyesuaikan keadaanya agar terlihat seperti biasanya  begitu menghadapi Jeno lagi.

Langkah kaki yang datang dari kamar mandi semakin dekat dan dekat sampai berhenti di belakangnya.

Pengunjung itu memegang bagian belakang kursi tempat Jaemin duduk dengan satu tangan, dan dengan sedikit kekuatan Jaemin beserta kursi itu berputar 180 derajat hingga menghadap si pelaku yg berdiri disana.

Begitu Jaemin mendongak dan hanya sekilas melihat seringai jahat pada wajah tampan itu karena Jeno segera membenamkan seluruh wajahnya kedalam pelukannya.

“Apa yang kamu baca, Nana, buku mana yang lebih menarik dariku?” Jeno berkata dengan kesal, “Aku cemburu.”

Jaemin "..."

Jaemin tidak peduli apa yang Jeno bicarakan sekarang.

Jeno yang baru saja mandi masih tercium bau sabun yang segar. Itu adalah sabun favoritnya. Jeno sudah menggunakannya sejak lama dan belum menggantinya sampai sekarang.

Jelas, meskipun dia membawakan Jeno satu set pakaian lengkap... Jeno tidak memakai atasan. Ia bertelanjang dada!

"..." Jaemin merasa bahwa urat biru di dahinya akan muncul, "Bukankah aku memberikan bajumu juga?"

“Ya, apakah aku harus memakainya?” Jeno terlihat malas masih memeluk pinggangnya ia hanya menunjukan sebelah sisi wajahnya yg dengan nyaman berada dipangkuan jaemin, saling menatap sama-sama diam.

Lalu Jeno bergerak, bangkit dan mencondongkan tubuhnya kedepan, dia melingkarkan lengannya di bahu Jaemin dan berkata sambil tersenyum, “Bagaimana bisa aku menjadi hooligan jika memakainya?”

Jaemin merasa pena di tangannya akan patah, wajah mereka begitu dekat begitupun tubuh mereka. Jaemin sudah hampir tidak dapat mengontrol dirinya sendiri!

'Tenang... Jeno adalah seorang pria selurus baja tanpa kesadaran diri sedikit pun! semua ini hanyalah lelucon diantara pria straight!' Jaemin membatin

Memang, sebelum dirinya menyalah artikan persahabatan mereka, Jeno juga sering melakukan hal-hal seperti ini dengannya. Dan ya ini sudah biasa, disini dirinyalah yg bersalah!

Jaemin dengan tenang menganalisis. menyakinkan diri, ia lalu dengan tegas meletakkan tangannya di atas otot perut Jeno dan mendorongnya menjauh. Jaemin menghirup udara segar beberapa kali, lalu memarahi, "Kamu ingin mencekikku? Apakah ini pembalasanmu untuk yg tadi,  jadi kamu berencana untuk membunuhku?"

(Not) JUST FRIENDS [NoMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang