83

117 12 0
                                    

   Jaemin tidak bisa mengatakan omong kosong semacam ini, dia mundur, dan Jeno mendekat lagi.

“Ayo panggil aku suami.” Jeno meminta dengan keras kepala.

Telinga Jaemin sedikit merah. Dia sebenarnya tidak bisa terlalu terbiasa dengan ritme ini. Beberapa hari yang lalu, dia dan Jeno merasa bahwa mereka telah melewati batas saat mereka berpegangan tangan.

Itu berjalan dengan sangat baik, dan Jeno sangat antusias padanya, sangat antusias sehingga dia langsung menariknya ke atas roket, dan seluruh kemajuan berkembang begitu cepat sehingga dia tampak seperti sedang bermimpi.

Lalu Jeno menyipitkan matanya, "Tidak apa-apa jika tidak memanggilku suami sekarang, simpan itu untuk kamu teriakan di kesempatan yang cocok nanti." Ia tersenyum dengan penuh arti.

Melihat bahwa topik akan berkembang ke arah yang aneh lagi, Jaemin dengan cepat mengalihkan topik.

"Bagaimana ayahmu bisa berpikir bahwa kamulah yang membengkokkanku?" Tanya Jaemin karena jelas faktanya dirinyalah yg membengkokkan anak nakal tuan Lee ini.

Jelas Jaemin yang berbelok duluan. Jika dia tidak mengakui orientasi seksualnya kepada Jeno, Jeno tidak akan merasa menderita karena sahabatnya gay hingga mereka tidak bisa terus bersama, Jeno juga tidak akan mencoba untuk mengubah dirinya sendiri dan Pasti masihlah seorang pria lurus sampai mati.

Jaemin masih dengan pemikirannya dan Jeno tiba-tiba mengangkatnya membawanya dalam pelukan, setelah mematikan lampu yg menyisakan cahaya redup, Jeno membawanya ke dinding kaca kamar penginapan ini.

Begitu Tirai ditarik, itu adalah pusat kota yang ramai. Melihat keluar melalui kaca ke bawah sana, kamu dapat melihat lalu lintas yang sibuk dan cahaya yang bersinar menyatu seperti Bima Sakti.

Jaemin ditekan ke jendela.

“Pemandangannya bagus.” Jeno berkata dengan suara yang dalam.

Jaemin melihat ke belakang, "Hmm."

Sebelum dia sempat kembali melirik hiruk pikuk lalu lintas yang mengalir seperti sungai dibawah sana, dagu Jaemin terjepit, dan tangannya dicengkeram.

Wajah Jeno setengah diterangi oleh lampu neon di luar, batang hidung yang tinggi membentuk bayangan besar di sisi wajah, dengan cahaya dan bayangan itu tumpang tindih dalam kebingungan, membuat mata Jeno terlihat dalam dan menakutkan.

"Jangan melihat ke luar," Jeno perlahan mendekat, "Lihat aku."

Akankah mereka akan terlihat oleh orang lain di luar sana lewat dinding kaca hotel bertingkat tinggi ini?

Jaemin tidak tahu, tapi dia tidak menolak permintaan Jeno dan merasakan panas di bibirnya.

“Buka mulutmu.” Jeno berkata dengan lembut.

...

Ciuman itu berlangsung lama, dan ada cukup banyak perubahan di tengah sehingga Jaemin sedikit gemetar.

Ini adalah hotel dimana hanya ada mereka berdua dengan semua jenis peralatan. Jika Jeno ingin melakukan sesuatu, itu tidak akan ada yg mengganggu.

Agresivitas Jeno terlalu kuat sekarang, Jaemin sedikit gelisah dan ketakutan, tapi dia tidak berhenti.

Setelah beberapa saat yg terasa luar biasa akhirnya Jeno berhenti dan membuka sedikit jarak antara wajah mereka.

Mereka terengah-engah , “Oke, ini perayaan untuk suksesnya hubungan kita yg telah diumumkan keluar.” kata Jeno yg memberi kecupan singkat pada hidung Jaemin “Kamu mandi dan tidur dulu, dan aku akan menyusul.” lanjutnya.

(Not) JUST FRIENDS [NoMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang