92

71 9 0
                                    

   Di sore hari, sinar matahari bersinar melalui cabang-cabang dan tersebar di wajah Jaemin serta di kertas jimat kecil, kertas kuning cerah bersinar dengan cahaya yang menyilaukan.

Kata-kata sederhana dan harapan yang paling dasar.

Mata Jaemin sakit, dia berkedip, tidak membiarkan air mata mengalir dan memercikkan kertas.

Jeno tidak akan pernah mengkhianati kepercayaannya, tetapi akan memberinya jawaban yang lebih baik yang tidak dia harapkan.

Jeno melakukan segalanya hanya karena dia sangat menyukainya.

Dia juga menyukai Jeno.

Tidak ada yang lebih baik dari ini.

Jaemin mengikat kertas jimat itu kembali ke pohon dan bergegas hendak kembali tapi seseorang menarik perhatiannya.

Di sana, seorang pemuda tengah tenggelam dalam lukisannya, dengan cuaca dan suasana mungkin tanpa pemuda itu sendiri sadari dirinya sudah terlihat seperti lukisan.

Mungkin karena merasa diperhatikan pemuda itu mengangkat wajahnya, dan ya itu wajah yg ia kenal. Jaemin tersenyum dan pemuda di sana mengangguk dan tersenyum.

Mengingat waktu, Jaemin bergegas pergi, tetapi ketika dia berjalan keluar dari gerbang kuil, dia sudah melihat Jeno berdiri di pintu.

Jeno tinggi dan memiliki kaki yang panjang. Dia sangat mencolok di mana pun dia berada. Ada banyak orang yang datang untuk berdoa meminta dupa dan sering menatapnya, tapi dia tidak menoleh. Seolah tertulis Jangan terlalu dekat.

Jaemin menempatkan langkah kaki ringan di belakang Jeno, mengulurkan tangan dan menepuk bahu Jeno.

Disentuh tiba-tiba jelas membuat Jeno sangat tidak senang. Dia menoleh dengan wajah dingin dan mengerutkan kening. Tapi Saat dia melihat siapa itu, dia mengubah ekspresinya lagi, dan alisnya melunak.

Jaemin juga tertawa, dan dia memegang tangan Jeno, "Ayo pergi."

"Hei!." Seseorang memanggil begitu mereka hendak pergi, dan tentu Jeno menoleh dengan tidak ramah menatap seorang pemuda yg terlihat luar biasa.

Pemuda ini... Dia tampan, entah bagaimana seolah dingin dan hangat, kelihatannya tidak begitu ramah namun tidak menyinggung siapa-siapa, hanya tenang dan menyenangkan... entahlah. dia tersenyum dan menyerahkan sesuatu pada jaemin.

Alarm berbunyi, Jeno memicing kan mata tidak suka, dia tahu Jaemin tentu takan menerima sesuatu dari pria lain apa lagi di depannya terlebih orang asing yg sok ramah ini, Jeno mendengus dan hendak menyingkirkan orang tak sedap di pandang ini, "Hei-

"Terimakasih."

Jeno tercengang. Ya Jaemin menerimanya,

"Kamu sudah kembali, syukur lah."

bahkan Nana nya tersenyum ramah, mereka saling kenal? Kapan? Dimana? Bagaimana? Mengapa dia tidak mengetahuinya?! Apa-apaan. Darimana munculnya tulang ikan yg tiba-tiba sudah menyangkut dalam tenggorokan ini? Sangat menggangu!

"Ya" pemuda itu sedikit tersenyum namun begitu tulus, "Senang bertemu lagi." Bahkan suaranya begitu tenang, begitu alami dan santai. Lihat! Bukankah ini yg disebut tempramen halus selembut air! Apa kah- apakah dia si cahaya bulan putih yg legendaris itu!? Jeno panik tiba-tiba dia ingin segera menyembunyikan Nana nya.

Tidak bisa! Cahaya bulan ini seharusnya sudah terbakar oleh sinarnya yg sepanas matahari!

"Tidak!." Maka dalam keadaan kesurupan Jeno tanpa pikir panjang dia memeluk jaemin, "Na Jaemin milik ku." Dia melotot penuh teror pada si pemuda di depan mereka.

(Not) JUST FRIENDS [NoMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang