3

595 38 7
                                    

  Jaemin membuka matanya di pagi hari, dan hal pertama yang menarik perhatiannya adalah wajah tampan yang familiar.

Jeno telah bangun, dan menatapnya dengan mata yang dalam.

"Apa yang kamu lihat?" Jaemin mendorong orang itu lebih jauh dan menenangkan jantungnya yang sudah dibuat berdebar kuat di awal hari, "Mengerikan, dari film horor mana kamu belajar untuk menakut-nakuti?."

Jeno tersenyum, "Aku merasa bulu matamu lebih panjang 0,02 mm daripada saat kamu SMA."

"..." Jaemin meregangkan tubuhnya dan menendang Jeno yang masih berbaring di tempat tidurnya, "Jangan bicara omong kosong. Aku ada kelas, geser kakimu aku akan turun."

Lalu seketika Jeno malah mengaitkan kakinya dengan kaki Jaemin, "Untuk apa terburu-buru, ayo pergi bersama."

Kenyataannya, Jaemin dan Jeno tidak satu jurusan. Jaemin di departemen hukum, dan Jeno dari departemen Bisnis.

Jaemin tidak tahu hal tercela apa yg telah sahabatnya ini lakukan dibelakang.

Bagaimanapun, sejak tahun pertama masuk perguruan tinggi, Jeno seorang pemodal, telah tinggal di asrama sekolah hukum. mereka selalu bertemu di gedung pengajaran dan masih bersama setelah mereka pulang kuliah.

Entah takdir atau kebetulan sialan, nyatanya Jaemin cemas dan senang.
.
.

Jaemin sampai sepuluh menit sebelum kelas dimulai, diikuti oleh Jeno.

Setelah mendapatkan tempat duduk untuk dirinya serta rekan sekamarnya, Jaemin mendengar gadis-gadis di barisan depan tertawa menggodanya, "Jaemin ah kamu membawa keluargamu ke kelas lagi?"

"Kami kembar Siam, apakah dapat dipisahkan?."

Dan sebelum Jaemin dapat bicara, si 'keluarga' dengan sukarela telah menjawab mereka.

Jaemin melirik Jeno. Jeno tersenyum dan menutup mulutnya, berbaring di atas meja untuk menatap Jaemin yg menyiapkan alat tulisnya.

Meskipun Jeno bukan dari kelas ini, seluruh kelas Jaemin telah terbiasa dengan kehadirannya.

Selama dia tidak ada kelas, maka Jeno, pangeran kampus pasti akan muncul di sisi Jaemin dan menemani sahabatnya itu di kelas.

Bel masuk berbunyi kelas menjadi sunyi. Hanya suara ceramah dosen di depan sana serta goresan pena dan balikan halam buku yg bergabung menjadi satu.

Jaemin selalu serius belajar, tetapi meskipun demikian, sulit untuk tenang ketika seseorang di sebelahnya berbaring di atas meja dan menatapnya.

Terlebih lagi orang ini adalah naksir rahasianya!.

Jaemin mengulurkan tangan untuk menutupi mata Jeno, merendahkan suaranya dan berkata, "Berhenti melamun, perhatikan pelajaran."

Jeno meraih tangan Jaemin yang menutupi matanya, dan meletakkan tangan Jaemin di pangkuannya lalu Jeno kembali menatapnya dengan penuh konsentrasi.

Jaemin menyerah. Ia hanya bisa berpura-pura tenang dengan telinga memerah.

.
.

Bel keluar kelas berbunyi, dan Jeno yg ada kelas berikutnya pun berdiri, "Aku pergi, jangan diam-diam mengenal gadis yang menyukaimu selama aku tidak di sini, kamu harus menunggu sampai aku di sana." Katanya.

Jaemin melambaikan tangannya untuk memberi tanda pada Jeno untuk keluar, dan menoleh sebelum sosok Jeno menghilang di pintu.

... Jika Jeno tahu siapa yang ia sukai, Jeno pasti tidak akan mengatakan hal seperti ini lagi.

Jaemin menertawakan dirinya sendiri, alangkah baiknya jika dia benar-benar menyukai perempuan, dan dia tidak perlu terlalu gugup sepanjang waktu karena merasa takut jika Jeno akan menemukan perasaannya yg sebenarnya.

(Not) JUST FRIENDS [NoMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang