❤🔥❤🔥
Beberapa hari lagi adalah hari kenaikan kelas, dimana para siswa kelas XI dan X akan mengikuti ulangan akhir semester dan diharuskan untuk belajar agar mereka mendapatkan nilai terbaik. Pagi ini, Mala sarapan dengan sepotong roti yang dilapisi selai strawberry duduk manis di samping sang papa yang ber siap-siap untuk pergi ke kantor.
"Mala, papa mau ngomong sama kamu"
"Mau ngomong apa, pa? Kayaknya penting" Tanya Mala mengoleskan selai strawberry ke rotinya.
"Beberapa hari lagi kan kamu ada ulangan kenaikan kelas, papa harap kamu lebih disiplin ya belajarnya. Jangan pacaran mulu" Jawab Adrian.
"Iya-iya, pa. Mala tau kok, Mala pasti belajar" Ucap Mala mulai memakan rotinya.
"Inget ya, papa nggak mau nilai kamu merosot cuman gara-gara kamu pacaran. Lagi pula, papa juga mau kamu nerusin perusahaan papa"
"Tapi, pa. Mala maunya jadi dokter, Mala nggak mau kerja di kantoran. Lagi pula, bukan basic Mala kerja di bagian bisnis" Ucap Mala dengan nada agak tinggi.
"Terus nanti siapa yang nerusin perusahaan papa kalo bukan kamu?" Ucap Adrian meminum segelas kopi yang sudah di siapkan pembantunya.
"Kan ada bang Bryan yang lagi kuliah di luar negeri, lagi pula bang Bryan kan udah semester akhir kuliahnya. Jadi setelah lulus, bang Bryan bisa langsung terjun ke perusahaannya papa. Oh iya, ngomong-ngomong bang Bryan kapan pulangnya pa?" Tanya Mala antusias.
"Kayaknya abang kamu betah disana, gatau papa juga. Mungkin mau lanjutin S2 sekalian di Swiss" Ucap Adrian.
"Nah, ya udah bang Bryan aja yang nerusin ya kan pa? Oh iya, Giselle mana pa udah berangkat duluan?" Tanya Mala mencari-cari adik kecilnya itu.
"Udah, tadi pak Udin yang anter adik kamu. Yaudah, kamu sekarang siap-siap. Bareng papa atau dijemput Rakha?" Tanya Adrian berdiri dari tempat duduknya.
"Di jemput Rakha, paling bentar lagi nyampe" Ucap Mala meneguk segelas susu.
Tak lama kemudian suara klakson motor terdengar di halaman rumah Mala, pasti itu Rakha pikir Mala.
"Nah, itu Rakha. Yaudah ya pa, Mala pergi sekolah dulu. Assalamu'alaikum" Ucap Mala memberi salam sebelum berjalan kearah pintu.
"Waalaikumsalam, kamu hati-hati ya" Ucap Adrian.
Mala berjalan keluar pintu, lalu Adrian mengekor di belakang Mala dan mengucapkan salam pada Rakha.
"Kamu hati-hati bawa putri saya, ya. Awas jangan ngebut" Ucap Adrian.
"Siap, om" Jawab Rakha.
Mala naik keatas motor Rakha, lalu Rakha mulai menancapkan gas dan berlalu meninggalkan halaman kompleks perumahan Mala. Disepanjang perjalanan Mala memeluk tubuh Rakha dari belakang, dan meletakkan dagunya diatas baju Rakha. Sekitar lima belas menit perjalanan ke rumah menuju sekolah, akhirnya mereka sampai di bangunan bercat cream itu. Rakha memarkirkan motornya di parkiran sekolah, lalu mereka berjalan menyusuri koridor untuk sampai di kelas.
"Kamu udah belajar, la buat minggu depan?" Tanya Rakha pada Mala yang berjalan beriringan di sampingnya.
"Belum, kamu udah? Lagian masih minggu depan" Jawab Mala enteng.
"Belajar, la. Katanya mau jadi dokter? Nanti kita nggak se universitas kamu mau?" Tanya Rakha membuat Mala sejenak berfikir.
Benar juga apa kata Rakha, bagaimana nanti jika dirinya tidak se universitas dengan pacar nya ini? Bagaimana jika nilai Mala tidak bisa mengimbangi nilai Rakha? Oh my my, bisa-bisa Rakha nanti kecantol cabe-cabean kampus. Oh tidak.
"Kamu mah malah nakut-nakutin aku, gimana nanti kalo nggak se universitas? Aku nggak mau jauh-jauh dari kamu" Ucap Mala menarik-narik tangan kanan Rakha.
"Nah, makanya belajar sayang. Atau mau belajar bareng sama aku?" Tanya Rakha.
"Kamu serius? Iya, aku mau. Nanti ya di rumah kamu?" Ucap Mala kegirangan.
"Iya deh, iya"
Wajah Mala pun terlihat kembali murung, mengingat bahwa papanya menginginkan putrinya untuk meneruskan perusahaan papanya.
"Tapi, aku disuruh nerusin perusahaan papa. Aku nggak mau, aku maunya jadi dokter" Ucap Mala mendengus kesal.
"Kalo itu demi kebahagiaan papa kamu, kamu harus nurut la sama papa kamu. Nggak papa nanti kita nggak se universitas, kan masih bisa ketemu sebulan sekali, mungkin?" Ucap Rakha mengelus pucuk kepala Mala.
"Nggak! Aku nggak mau, lagian aku juga udah bilang papa biar bang Bryan aja yang nerusin perusahaan papa. Lagian aku cewek, masa jadi CEO sih?" Ucap Mala melipat tangannya di depan dada.
"Ya gapapa dong, banyak kok yang jadi CEO perempuan. Lagian itu hebat loh la. Nanti papa kamu pasti bangga sama kamu" Jawab Rakha mendukung papa Mala.
"Kok kamu malah dukung pilihan papa sih?" Kesal Mala.
"Kalo menurut papa kamu hubungan kita ganggu belajar kamu, mending kita pilih jalan tengah la" Ucap Rakha melepas genggaman tangannya.
"Jalan tengah gimana? Kamu ngomongnya jangan muter-muter dong!" Ucap Mala kembali kesal dengan sikap Rakha yang mendadak aneh.
"Ya, kalo hubungan kita ngeganggu belajar kamu mending kita istirahat dulu"
"Jadi, kamu ngomong muter-muter kayak gini cuman mau break sama aku?" Tanya Mala memastikan.
"Hm" Dehem Rakha.
"Udah ah, aku capek sama kamu"

KAMU SEDANG MEMBACA
Basmalah Nigista
Fanfiction𝘙𝘢𝘬𝘩𝘢 𝘗𝘦𝘳𝘮𝘢𝘯𝘢. 𝘊𝘰𝘸𝘰𝘬 𝘥𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘤𝘶𝘦𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘫𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘉𝘢𝘴𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘕𝘪𝘨𝘪𝘴𝘵𝘢 𝘎𝘳𝘢𝘭𝘪𝘯𝘥. 𝘏𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘱�...