21. Ancaman

2.2K 129 11
                                    

   ❤‍🔥❤‍🔥  

Rakha pun terkejut saat mendengar perkataan Mala bahwasanya dirinya sama sekali tidak mengenali Rakha. Ada apa ini? Semua orang di dalam ruangan ini pun dibuat bingung.

"Sayang ini aku, pacar kamu" Ucap Rakha menyeka air mata yang jatuh ke pipinya. Kedua alis Mala menyatu, keningnya berkerut. Lalu dirinya melihat ke arah Adrian sepertinya dia mengenali wajah Adrian.

"Papa?"

"Iya sayang, ini papa" Ucap Adrian.

"Dokter ini kenapa dok? Kenapa pacar saya nggak ngenalin saya?" Tanya Rakha panik.

"Tenang dulu, coba saya cek" Ucap Dokter mulai memeriksa keadaan Mala menggunakan stetoskop.

"Sepertinya pasien mengalami gangguan amnesia ringan. Sehingga menyebabkan saraf di otaknya rusak dan kehilangan beberapa memori ingatannya" Jelas dokter.

"Coba sayang kamu inget-inget tentang kita. Aku Rakha, pacar kamu. Pacar kamu yang dingin" Ucap Rakha mengambil kembali tangan Mala dan menggenggamnya.

"Kamu siapa? Aku nggak mau kamu disini. Pah, dia siapa?" Ucap Mala bertanya-tanya mengenai Rakha ke papanya.

"Tenang sayang, tenang. Rakha jangan paksa anak saya untuk mengingat memori bersama kamu. Biarkan dia istirahat dulu" Ucap Adrian. Rakha mundur satu langkah dari ranjang Mala dan Adrian mendekat kearah putrinya.

"Aku nggak kenal dia, suruh dia pergi pah" Ucap Mala membujuk papanya supaya menyuruh Rakha untuk pergi dari ruang UGD.

"Terima kasih, Rak sebelumnya telah membantu Mala dengan donoran darah dari Violita. Tapi untuk sekarang biar Mala istirahat dulu, ya" Ucap Adrian.

Rakha pun mengangguk pelan dan berjalan keluar meninggalkan ruang UGD bersama Violita yang mengekor di belakangnya.

"Sabar ya, Rak. Gue tau ini berat buat lo" Ucap Violita menepuk bahu Rakha lalu mengusapnya.

"Thanks ya, Vi. Kalau nggak ada lo, gue nggak tau lagi gimana nasib Mala" Ucap Rakha tersenyum ke arah Violita lalu memeluk tubuh Violita sekilas. Violita pun terpaku dengan tindakan Rakha yang cukup mengagetkannya.

"Gue bakal bantu lo buat ingetin memori tentang lo sama Mala" Ucap Violita.

"Beneran?"

"Iya beneran. Gue bakal bantu lo kok supaya Mala cepet sembuh" Ucap Violita. Rakha pun mengangguk senang, Violita pun diam lalu melihat ke sekeliling.

"Yaudah kalo gitu gue balik duluan ya"

"Biar gue anterin. Lo naik apa tadi kesini?" Tanya Rakha

"Naik taxi sih. Tapi nggak papa, nggak usah repot-repot gue bisa balik sendiri kok" Ucap Violita menolak tawaran Rakha.

"Serius. Gue nggak ngerasa di repotin kok, gue malah berterima kasih banyak sama lo. Sebagai ucapan terima kasih gue anterin lo pulang" Ucap Rakha.

"Sebenernya gue nggak mau ucapan terima kasih dari lo sih, Rak. Gue juga nggak mau lo anterin pulang" Ucap Violita tersenyum miring kearah Rakha.

"Terus, mau lo apa?" Tanya Rakha.

"Inget, didunia ini nggak ada yang gratis Rakha Permana" Ucap Violita tersenyum miring.

"Gue cuman mau satu permintaan" Lanjut Violita.

"Apa? Lo mau apa dari gue?" Tanya Rakha membuatnya mundur satu langkah dari hadapan Violita.

"Gue mau lebih deket sama lo, dan lo jadi pacar gue" Ucap Violita.

"Lo gila ya, Vi?" Pekik Rakha terkejut.

"Mala tuh sahabat lo, dan kalian sahabatan. Bisa-bisanya ya lo suka sama gue? Kurang apa sih Mala sama lo?" Sambung Rakha.

Violita menyeringai, tangannya bergerak meraba tangan kanan Rakha dan seketika ditepis oleh Rakha.

"Mala emang baik sama gue. Tapi, gue nggak suka dia selalu dapetin apa yang dia mau. Termasuk elu!" Ucap Violita menunjuk dada Rakha sebelah kiri menggunakan telunjuknya.

"Sinting lo, Vi. Lo boleh minta apapun dari gue sebagai ucapan terima kasih karena lo udah selametin nyawa pacar gue. Tapi nggak buat jadi pacar gue juga! Lo boleh minta di traktir di restoran manapun kesukaan lo, lo boleh minta shopping apapun itu asal jangan buat jadi pacar" Ucap Rakha.

"Gue nggak mau. Gue maunya cuman, lo jadi pacar gue atau nggak... "

"Atau nggak apa?" Tanya Rakha dengan tatapan takut.

"Atau gue buat cewek lo menderita seumur hidupnya" Ancam Violita, lalu dia berjalan pergi meninggalkan Rakha yang masih terpaku. Rakha terdiam, dan Violita sudah berjalan cukup jauh didepan meninggalkan nya yang masih bingung menjawab apa agar dia bisa membuat keputusan yang tepat kali ini. Rakha menelan ludahnya, hingga akhirnya...

"𝘋𝘪𝘦𝘮 𝘭𝘰, 𝘨𝘶𝘦 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘦𝘱 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣𝘢𝘯. 𝘉𝘺𝘦"

Basmalah NigistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang