"Mala, kamu nggak papa?" Tanya Bryan saat Mala mulai membuka matanya lebar, menatap kearah Bryan nanar. Melihat Mala yang sudah siuman, Bryan tersenyum lega. Mala terlihat kesal dengan abangnya yang tiba-tiba duduk di kasurnya.
"Abang ngapain disini? Rakha, mana?"
"Udah, kamu istirahat dulu. Abang udah urus Rakha, Rakha udah abang suruh pulang" Ucap Bryan memegang kedua bahu Mala. Mala menepis tangan Bryan dari pundaknya.
"Abang nyuruh Rakha pulang? Abang kenapa sih?" Tanya Mala menunjuk wajah Bryan.
"Kok kamu bilang abang kenapa sih? Abang udah nyelametin kamu, la" Jawab Bryan.
"Nggak! Bukan abang yang nyelametin Mala! Tapi, Rakha. Abang kenapa nyuruh Rakha pulang? Mala mau ketemu sama Rakha" Ucap Mala melompat dari kasurnya, dengan sigap Bryan menahan tubuh Mala untuk pergi.
"Kamu kenapa sih susah dibilangin? Ini nggak kayak Mala yang abang kenal, Mala dulu nggak berani bantah abang. Kamu semenjak pacaran sama Rakha jadi kayak gini ya? Berani ngebantah abang!" Teriak Bryan.
"Abang jangan ngomong macem-macem ya soal Rakha! Rakha nggak kayak gitu, Rakha nggak bawa dampak buruk buat Mala. Yang bawa dampak buruk di hidup abang itu, Violita. Dia yang tadi ngunciin Mala di kamar mandi" Ucap Mala berteriak di depan wajah Bryan.
"Kenapa kamu jadi bawa-bawa Violita di masalah ini?"
"Abang duluan yang bawa-bawa Rakha ke masalah ini" Ucap Mala.
"Kamu juga nuduh Violita ngunciin kamu dikamar mandi? Yang bener aja, tadi kata Violita kamu masih mules makanya kamu nyuruh dia balik duluan. Kamu nggak usah bohong sama abang, tadi abang liat kamu berduaan di kamar sama Rakha. Habis ngapain kalian?"
"Abang dibohongin sama Violita. Mala bener-bener di kunciin dikamar mandi, Mala di dorong sampe jatuh ke kamar mandi. Terus Rakha denger suara Mala yang kekunci di kamar mandi, habis itu Rakha nolongin Mala. Terus Mala pingsan karena kelamaan dikunciin di kamar mandi, coba kalo nggak ada Rakha. Mungkin nyawa Mala udah nggak ketolong lagi" Jawab Mala menjelaskan secara gamblang.
"Nggak mungkin Violita sejahat itu, abang tau Violita itu orang baik"
"Abang tau darimana kalo Violita itu baik? Abang baru kenal sama dia seminggu, sedangkan Mala udah kenal dia dari dulu" Ucap Mala.
"Tapi, Violita udah donorin darah buat kamu paska kamu operasi" Jawab Bryan.
"Violita donor nya nggak ikhlas, dia minta imbalan ke Rakha"
"Imbalan apa maksud kamu?" Tanya Bryan lalu Mala diam membisu, dirinya tak ingin memberitahu kan bahwa Violita pernah suka dengan Rakha sebelum mereka jadian. Mala tidak ingin memperkeruh suasana. Akhirnya, Mala memutuskan untuk meredakan emosinya yang sempat naik.
"Udah, abang pergi aja dari kamar Mala. Mala mau sendiri dulu" Ucap Mala dengan datar.
"Oke. Kalo itu mau kamu"
Giselle yang sedari tadi melihat mereka bertengkar akhirnya dibawa Bryan keluar dari kamar Mala. Giselle berjinjit, dan menatap Bryan.
"Bang Bryan, bang Rakha nggak salah. Kak Mala bener, apa yang diomongin kak Mala bener kok" Ucap Giselle membuat Bryan sedikit berpikir. Bryan merasa bersalah, karena Giselle harus menyaksikan mereka bertengkar. Untuk seumuran Giselle hal itu tak patut dilihat, Bryan berjongkok dihadapan Giselle dan memegang kedua bahunya.
"Sayang, maafin abang ya. Tadi abang teriak-teriak di depan kamu, soal yang tadi jangan didengerin udah lupain aja. Besok, abang ajak kamu jalan-jalan okey?"
Giselle mengangguk pelan, sepertinya anak itu masih teringat dengan kejadian di kamar Mala tadi. Bryan membawa Giselle ke dalam kamarnya. Lalu Bryan kembali ke kamarnya, setelah sampai di kamarnya dirinya tak henti-hentinya berpikir tentang ucapan Giselle mengenai Rakha. Apa mungkin dirinya salah paham dengan kejadian barusan? Apakah Bryan harus meminta maaf pada Rakha? Mungkin, besok saja.
Keesokan paginya, Mala bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Kali ini Bryan memutuskan untuk mengantarnya, meskipun sedikit ada penolakan dari Mala akhirnya Mala mau untuk diantar oleh Bryan. Meskipun dengan raut wajah murung, Bryan masih tetap berusaha untuk tersenyum di depan adiknya. Merasa sedikit bersalah atas kejadian kemarin, Bryan memilih untuk meminta maaf.
"La, kamu masih marah?"
"Menurut abang?"
Bryan menghela nafas, kali ini Bryan mengendarai mobil Lamborghini Aventador miliknya yang berwarna merah untuk mengantar Mala. Membanting stir ke kanan, saat ada belokan Mala terlihat masih setia menatap kearah jendela.
"Kamu mau apa biar abang turutin. Tapi, maafin abang ya?" Bujuk Bryan.
"Iya, Mala maafin. Tapi, Mala boleh kan sama Rakha?"
"Boleh, tapi kalo sampe abang liat kamu dibikin nangis sama Rakha. Abang nggak bakal tinggal diem" Ucap Bryan.
"Iya abang, Bryan" Ucap Mala.
Sesampainya di sekolah, Mala turun dari mobil Bryan. Mala menjabat tangan Bryan, lalu melangkah menuju kelasnya. Saat menuju ke kelasnya, Mala bersimpangan dengan Violita yang berjalan disampingnya.
"Dianter pacar gue?"
"Pacar lo? Abang gue!"
"Iya, tapi dia pacar gue. Jadi, lo akan jadi adik ipar gue. Dan, harus nurut apa kata gue" Ucap Violita berjalan beriringan disamping Mala.
"Dih, siapa lo? Masih mau, jadi kakak ipar. Bukan udah jadi" Ucap Mala.
"Okey, tunggu pembalasan gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Basmalah Nigista
Fanfic𝘙𝘢𝘬𝘩𝘢 𝘗𝘦𝘳𝘮𝘢𝘯𝘢. 𝘊𝘰𝘸𝘰𝘬 𝘥𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘤𝘶𝘦𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘫𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘉𝘢𝘴𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘕𝘪𝘨𝘪𝘴𝘵𝘢 𝘎𝘳𝘢𝘭𝘪𝘯𝘥. 𝘏𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘱�...