11
[A Little Show for the Antagonist]***
"Apa yang kau lakukan?!" Ucap seorang wanita sembari melayangkan tatapan tajamnya.
"Tolong berhentilah melakukan semua ini, Elizabeth." Ucap lelaki itu sambil melangkahkan kakinya mendekat.
"Apa urusannya denganmu. Pergi dari hadapanku, aku muak melihatmu!" Elizabeth berteriak kencang tepat dihadapan Almer. Membuat beberapa pasang mata melihat mereka dengan rona keingintahuan yang tinggi.
Almer berusaha meraih tangan Elizabeth. Langkahnya setengah berlari menyusul wanita yang sudah berlalu cepat didepannya. Tubuh Elizabeth limbung, sebab high heels yang ia pakai terlalu tinggi, membuatnya terjatuh di lantai dengan mengenaskan. Namun sebelum itu terjadi, Almer lebih dulu menangkap tubuhnya. Almer mendekap Elizabeth dengan hangat, melingkupi wanita itu agar tidak terjatuh memalukan.
Elizabeth dengan segera, berusaha keras keluar dari kungkungan Almer yang entah mengapa terasa hangat. Ia meronta, namun tangan dan kakinya dicekal dengan lembut oleh Almer. Ia tak bisa melakukan apapun. Hanya tatapan tajam yang ia lontarkan untuk lelaki itu.
"Aku mohon, hentikan semua perlakuanmu terhadap mereka berdua. Cari kebahagiaanmu sendiri, Elizabeth," ucap Almer dengan usaha untuk menyadarkan wanita itu bahwa apa yang ia lakukan selama ini sangatlah salah.
"Wanita licik itu telah menggoda Henry, tunanganku. Dan kau menyuruhku membiarkannya?! Aku tak bisa tinggal diam begitu saja. Aku akan merebut Henry kembali!" Kali ini Elizabeth tak lagi meronta. Ia berkata dengan kedua sorot mata gelap yang penuh akan amarah.
"Henry yang menggoda wanita itu, Elizabeth. Dia juga yang telah mengkhianati hubungan kalian. Lelaki itu yang seharusnya kamu benci, bukan aku!" Kali ini Almer sudah tidak tahan lagi. Melihat sosok yang ia cintai terus menerus dibutakan oleh rasa egonya yang tinggi. Membuatnya harus berkali-kali menyadarkan Elizabeth atas perbuatannya yang seratus persen telah keliru.
"Lupakan saja dia! Henry Thomas tidak pantas mendapatkanmu! Datanglah kepadaku, Elizabeth. Jadilah pengantinku dan akan kupastikan seluruh kebahagiaan di muka bumi ini menjadi milikmu seorang, Elizabeth..."
Almer menutup dengan resah kedua matanya. Mencoba menghilangkan kenangan buruk masa lalu yang masih saja hinggap dipikirannya. Kenangannya bersama sosok Elisa sebelum kecelakaan terjadi, nampaknya memberi dampak besar yang kian menghantuinya.
Ketakutan terbesar Almer adalah perubahan sikap Elisa yang akan kembali seperti dulu. Jika saja Tuhan bisa berpihak padanya, maka Almer akan dengan senantiasa berdoa demi takdir baik yang menemaninya. Ia hanya mampu berharap apa yang akan terjadi nanti, tidak akan menimbulkan mimpi buruk itu dikehidupan nyatanya.
Tatapan mata Almer tertegun sejenak. Melihat pemandangan indah yang berada tepat didepan matanya ini. Seorang wanita cantik turun dari tangga mansionnya dengan begitu anggun. Balutan gaun panjang berwarna abu-abu berhasil menghiasi tubuh Elisa dengan begitu sempurna.
Kemilau rambut coklat yang tergerai indah serta terjatuh di kedua sisi lehernya, membuat penampilan wanita itu nampak memukau. Langkah demi langkahnya yang berjalan mendekati Almer, semakin menjadikan detak jantung milik lelaki itu menggila.
Senyuman simpul di wajah teduh itu ditujukan untuk Almer. Bahkan rona merah di pipi wanita itu tak luput dari pandangannya. Semakin menambah kesan anggun dan menyempurnakan penampilannya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
RomanceJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...