64 [Love is a Flower]

1.1K 49 2
                                    

64
-Love is a Flower-

***

Diam-diam tanpa sepengetahuan Ethan dan Sheila, kini Almer dan Elisa tengah berada di sebuah rumah sakit.

Sesuai perintah dokter Alfred yang mengatakan bahwa Elisa harus rutin menjalani medical check up, jadilah kini keduanya tengah berada di ruangan khusus untuk melakukan tes kesehatan.

Almer dan Elisa duduk menghadap dokter Alfred. Terdapat sebuah layar komputer yang tengah menampilkan rekam medis Elisa sebelumnya.

"Nona Elizabeth mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam tes kali ini. Nona Elizabeth sudah tidak lagi menunjukkan gejala depresi ataupun delusi seperti yang dulu pernah terjadi. Bahkan saat ini nona Elizabeth sudah bisa membedakan bahwa kehadiran nona Elisa hanyalah karangan alam bawah sadarnya semata."

Elisa terharu mendengar penuturan mengejutkan dokter Alfred tersebut. Kedua matanya berembun dengan air mata yang siap menetes kapanpun.

Almer merengkuh bahu Elisa dengan pelukan hangat. Sesekali mencium puncak kepala gadisnya. Beribu kali mengucapkan rasa syukur pada Tuhan atas peningkatan signifikan pada kesehatan Elisa.

"Penyakit depresi dan delusi yang di idap oleh nona Elizabeth memang membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Terhitung sudah berpuluh-puluh tahun nona mengalaminya. Dan saat ini... Dengan berbangga hati, saya menyatakan bahwa nona Elizabeth telah dinyatakan sembuh total dari penyakit ini."

Bukan hanya Elisa saja yang menangis terharu mendengar perkataan itu, Almer pun bahkan sampai memeluk Elisa dengan kedua mata yang basah akan air mata.

"Finally. I got you back, baby."
_

__

Elisa tengah menjalani hukumannya kali ini. Dengan wajah lesu, ia menatap Almer yang sedang menyeringai licik. Keduanya saling menatap satu sama lain.

Oh, jangan berpikir macam-macam dulu. Sebab kini mereka tak sedang melakukan suatu tindakan yang tak senonoh. Hempaskan semua pemikiran buruk itu jauh-jauh.

Hukuman versi Almer jauh lebih bermartabat untuk dilakukan.

Almer menginginkan makanan hasil masakan Elisa. Jadilah kini keduanya berada di dapur untuk memasak bersama.

Tidak benar-benar memasak bersama. Sebab sudah sedari 10 menit berlalu yang Almer lakukan hanyalah memeluk Elisa erat tak membiarkan perempuan itu menyentuh peralatan dapur sama sekali.

"Almer, bagaimana bisa aku memasak jika kau menempel padaku seperti ini?" Kesal Elisa.

"Sudahlah. Jangan banyak protes, sayang. Ini juga salah satu hukumanmu. Terima saja dengan hati yang lapang. Haha." Elisa semakin dibuat kesal mendengar jawaban Almer.

Sejujurnya perempuan itu tak hanya merasa kesal, namun juga malu hingga ingin bersembunyi dan mengunci diri didalam kamar sendirian. Sebab saat ini Almer dengan tak tahu malunya memerintahkan puluhan pengawal dan pelayan untuk berbaris rapi di sepanjang koridor dapur.

Hanya untuk menyaksikan dirinya bersama Almer tengah bermesraan saling berpelukan seperti saat ini.

Lebih tepatnya, lelaki itu memerintahkan mereka untuk berjaga jika sewaktu-waktu serangan musuh mendadak terjadi.

Tanpa memperhatikan wajah Elisa yang semakin memerah bagai kepiting rebus. Bagaimana tidak? Banyak pelayan yang terlihat menundukkan kepala semakin dalam tengah menahan senyum salah tingkah, melihat kelakuan majikannya yang sungguh diluar nalar.

The Perfect Obsession (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang