38
[Kematian]***
Namira dan Anthon menghampiri Almer diruang kerjanya didalam mansion itu. Keduanya menatap gugup dengan pandangan menunduk akibat tugas yang tak berhasil mereka selesaikan.
"Kupikir dengan bekerja sama dengan klan Eterno akan membuatku bisa dengan mudah menemukan Erland. Nyatanya, anak buah kepercayaanku yang lebih bisa dipercaya."
Almer menatap nyalang penuh amarah kedua sosok dihadapannya. Sebuah senapan berlaras panjang berada di tangannya. Peluru didalamnya siap menebas jantung siapapun yang berani membalas ucapannya.
"Kalian hanyalah buruk bodoh yang selalu berkicau tentang betapa hebatnya klan kalian bisa dipercaya. Palsu, semua palsu!"
Lelaki itu berdiri menenteng senapan selayaknya tengah membawa tas di tangannya. Dengan sekali pandang, Almer memosisikan diri mengarahkan moncong senapan itu tepat pada jantung Anthon berada.
"T-tuan Almer-"
"Ucapkan permintaan terakhirmu!"
Anthon bersimpuh dihadapan Almer. Ia merangkak mendekat seraya mencium ujung sepatu Almer. Berusaha menyelamatkan dirinya dari amukan singa ganas. Tak peduli jika harus merendahkan diri dihadapan Namira.
Sementara wanita itu nampak menunduk seraya berpikir keras. Mencari jalan keluar dari permasalahan ini tanpa harus mati ditangan Almer.
"Kumohon jangan bunuh aku. Kau boleh menghancurkan klan Eterno, aku tidak peduli lagi. Tapi tolong jangan bunuh diriku. Aku rela bekerja untukmu, mengabdikan diriku sebagai gantinya."
Almer berdecak kesal mendengar rengekan Anthon. Ia menendang kasar lelaki itu, membuat Anthon tersungkur menabrak meja kaca dibelakangnya. Pecahan kaca seketika menempel di tubuh lelaki tua itu.
Mengabaikan rasa sakit yang ada, Anthon dengan sigap kembali merangkak. Kali ini mengambil jarak aman dengan kepala menghadap lantai. Seakan tengah bersimpuh dihadapan Raja yang Agung.
"A-aku akan mengatakan padamu semua rahasia klan Lucchese. Tanpa terkecuali. Sehingga kau bisa dengan mudah menghancurkan mereka tanpa ampun!"
"Apa kau bodoh, Anthon? Musuhku bukanlah klan Lucchese. Aku hanya memiliki masalah dengan Erland. Aku sudah menemukan keberadaan lelaki itu. Jadi kalian berdua sudah tidak kubutuhkan lagi. Lebih baik kau dan wanita itu mati. Sebelum keberadaan kalian diketahui oleh wanitaku dan membuatnya ketakutan!"
"Tidak, tuanku-"
Dor!
Sebuah tembakan berhasil bersarang di punggung Anthon. Lelaki itu memekik kesakitan. Namun posisinya tetap bertahan seperti semula. Bersujud dihadapan Almer. Mengabaika. Punggungnya yang mengucurkan darah segar.
Almer tersenyum. Ia hendak memberikan sebuah tembakan lagi pada Anthon, sebelum suara Namira membuat Almer mengalihkan moncong senapan itu padanya.
"Kau akan menyesal jika membunuh kami."
"Tidak, Namira diamlah!"
"Tidak, Ayah. Tuan Almer harus tahu. Akan sia-sia baginya membunuh kita, jika klan Lucchese masih bertanggungjawab pada Erland. Bukan hanya nyawamu yang terancam, namun juga nyawa nona Elizabeth."
Ucapan Namira berhasil membuat Almer tertarik. Namun tidak cukup membuatnya menghentikan niat untuk membunuh ayah dan anak itu.
Dor!
Lengan kiri Namira mendapat tembakan dari Almer. Tapi ia sama sekali tak bergeming. Namira tetap menatap Almer dengan pandangan penuh kepercayaan.
"Aku bukan orang yang sabar. Tak usah bertele-tele. Cepat katakan apa niatmu, sebelum peluru ini bersarang tepat pada jantungmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
RomanceJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...