20.2 [Flashback]

1.3K 86 10
                                    

Spesial update menemani hari Minggu pagi yg cerah. Semoga suka sama part ini. Jangan lupa tekan bintangnya yaa

***

20.2
[Flashback]

***

Lake Placid, New York, Amerika Serikat.

Almer telah tiba di tempat ini dengan mobil hitam miliknya yang terlihat begitu mencolok berada di jalanan desa kecil itu. Titik terakhir dimana mobil penculik yang membawa Elisa terlihat adalah tujuan utama Almer berada saat ini.

Lelaki itu berhenti tepat didepan sebuah bangunan kecil yang menyorot langsung sebuah jalanan dihadapannya. CCTV dari bangunan ini berhasil dilumpuhkan dengan mudah oleh hacker mafia bawahannya. Menunjukkan pergerakan terakhir dari penculik Elisa.

Jalanan itu hanya memiliki satu tujuan utama. Yakni sebuah hutan yang nampak tak pernah terjamah oleh penduduk sekitar.

Getaran dari arah sakunya membuyarkan konsentrasi Almer. Lelaki itu mengangkat telepon dengan tatapan tajam yang masih menembus tepat pada pemandangan didepannya itu.

"Bagaimana?"

Hanya satu kata yang lelaki itu ucapkan. Sifat Almer yang begitu sulit basa-basi pada orang-orang disekitarnya.

"Kami berhasil mengidentifikasi sampel darah dan pakaian yang ditemukan di lokasi kejadian tersebut, tuan."

Jantung Almer berdetak kencang. Ia mencengkram kemudi hingga buku jarinya memutih.

"Pemilik darah tersebut adalah seorang lelaki berusia 20 tahun tanpa identitas lebih lanjut, tuan. Maaf, hanya itu informasi yang bisa kami temukan."

"Kau berani menelpon dan memberikan sampah tak berguna padaku?! Cepat cari identitas pemilik darah itu secara lengkap. Atau kubunuh kau detik ini juga!"

Almer tahu, seluruh pegawai yang bekerja dibawah kuasanya memiliki jenjang usia yang begitu jauh darinya. Tapi lelaki itu tak memperdulikan tata krama dalam bertutur kata sama sekali. Contohnya kali ini. Tak jarang Almer merendahkan bawahannya dengan mencaci atau memaki. Prinsip lelaki itu, jika tidak becus bekerja dengannya, maka jangan harap mendapatkan belas kasih dari seorang Almerzio William.

Almer mengemudikan mobilnya dengan begitu kencang. Memasuki area hutan dengan cuaca yang semakin gelap.

Tujuannya adalah menemukan Elisa, walau tanpa satupun petunjuk, Almer yakin gadis itu akan segera ia temukan. Lelaki itu bertekad menyelamatkan Elisa dan membawa gadisnya kembali pulang dengan selamat.

Mobil hitam itu berhenti tepat di ujung jalan bagian terdalam hutan. Tempat ini sudah tidak bisa lagi terjamah oleh alat transportasi apapun. Almer memutuskan untuk turun dan berjalan kaki demi menemukan Elisa.

Tak ada raut ketakutan di wajah tampan itu. Justru ekspresi yang lelaki itu berikan menunjukkan sebuah tekad dan kobaran semangat demi menemukan miliknya yang hilang.

Langkah kakinya semakin memasuki area terdalam hutan. Tidak ada lagi suara hingar bingar desa, yang Almer dengar hanyalah suara tapak kakinya yang melangkah cepat. Tak ingin menyia-nyiakan satu detikpun untuk segera menyelamatkan Elisa.

The Perfect Obsession (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang