46 [Aku Elisa, Bukan Elizabeth]

870 41 6
                                    

46
[Aku Elisa, Bukan Elizabeth]

***

Jiwa Elisa Jasmine yang saat ini berada dalam tubuh Elizabeth Almora adalah jiwa bebas yang tak mengetahui sesakit apa perasaan Elizabeth setelah melewati berbagai prahara masa lalunya bersama dengan Almer.

Elisa Jasmine hanya sebatas pembaca novel dengan Elizabeth Almora sebagai tokoh antagonisnya. Ia tak bisa dan tak akan pernah sanggup merasakan perasaan saat ia dihadapkan dengan permasalahan yang sudah Elizabeth rasakan sedari kecil.

Namun... Untuk pertama kalinya selama ia menginjakkan kaki di dunia ini, Elisa merasakan sebuah rasa sakit hati yang teramat dalam kala Almer tengah mencoba membuka diri akan luka masa lalunya itu.

Elisa tak bisa menggambarkan perasaan sakit yang ia rasakan saat ini. Ia bahkan membayangkan dirinya sebagai Almer. Ia seakan sanggup merasakan sakit hatinya berada di posisi seorang Almerzio William.

"Dia adalah Erland. Lelaki sialan yang telah menghancurkan masa depanku."

Sedetik setelah kalimat itu muncul dalam perkataan Almer, Elisa bahkan semakin takut untuk mengetahui lebih dalam lagi perihal masa lalu lelaki itu. Terlalu hitam, terlalu buruk baginya terima.

"Erland adalah musuh utamaku saat ini, Elisa. Bukan hanya karena ia yang dengan seenak hatinya membunuh orang lain dengan begitu keji dihadapanku dan angkat tangan perihal hukuman yang harus aku terima. Namun masih banyak lagi masalah lain yang lelaki itu timbulkan dalam hidupku. Terutama insiden penculikanmu yang terjadi 2 tahun setelah kasus ini terjadi." Elisa membeku mendengar rentetan kalimat yang Almer ucapkan.

"Erland adalah tokoh antagonis yang sebenarnya dalam cerita ini." Ucap Elisa tanpa sadar.

"Oleh karena itu, aku begitu membenci keberadaannya. Aku ingin meminta izin padamu untuk membunuh lelaki itu. Apa kau memperbolehkanku melakukannya, Elisa?"

Hening untuk sejenak. Elisa terlarut dalam pikirannya. Begitupun dengan Almer.

Hingga akhirnya Elisa bersuara, "ada pepatah yang mengatakan bahwa putih tak selalu bersih, hitam tak selalu kotor. Kau mengerti apa maksudku, 'kan?"

Almer membawa Elisa duduk dalam pangkuannya. Keduanya berpelukan kembali. Kali ini dengan arti lain yang bersinar menyuarakkan cahaya harapan.

"Tapi sebelum aku menceritakan lebih lanjut, aku ingin kau mengerti satu hal. Tentang sosok gadis kecil yang sudah menyita hati dan perasaanku sedari dulu. Apa kau tahu siapa orang itu, Elisa?"

Elisa ingin mendengar bahwa siapapun orang itu, dia adalah wanita paling beruntung yang mendapatkan cinta begitu tulus dari seorang Almer. Namun sayangnya, wanita beruntung itu sama sekali bukanlah Elisa.

"Gadis kecil itu adalah kau. Elizabeth Almora." Ucap Almer seraya tersenyum manis dihadapan Elisa.

Jika Elizabeth mendengar semua ini, tentu ia akan dengan senang hati mengetahuinya. Ia mungkin akan langsung berbunga-bunga dihadapkan dengan sosok Almer yang mencintainya sedari dulu.

Namun... Kali ini yang berhadapan dengan Almer adalah Elisa. Seorang jiwa nyasar yang bukan berasal dari dunia yang sama dengannya.

Apa reaksi yang Almer harapkan untuk Elisa keluarkan dalam kondisi saat ini?

Bahagia?

Tertawa?

Ataukah ia harus jujur dan mengeluarkan ekspresi sedih?

Opsi terakhir jelas bukanlah opsi terbaik yang bisa dilakukan. Oleh karena itu, Elisa lebih memilih untuk tersenyum lirih seraya mengusap puncak kepala Almer dengan begitu lembut.

The Perfect Obsession (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang