37
[Menjadi Milikku Seutuhnya]***
Elisa terbangun dan nampak linglung untuk beberapa saat. Ia kembali menutup mata sejenak. Berusaha menetralkan rasa pening yang tiba-tiba menghantam kepalanya.
"Eungh. Sakit."
Elisa mengeluh kesakitan. Kala merasakan seluruh sendi di tubuhnya yang terasa sakit untuk sekedar sedikit saja digerakkan.
Tapi tiba-tiba semua rasa sakit itu hilang, saat Elisa baru saja tersadar dengan posisi aneh yang saat ini tengah ia rasakan.
Elisa terduduk diatas pangkuan Almer. Keduanya berada di meja makan dengan aneka lauk pauk yang tersedia dari berbagai jenis makanan antar negara yang menggugah selera.
Perut Elisa berbunyi cukup keras. Rasa lapar tiba-tiba menyadarkannya tentang berapa lama ia tidak merasakan makanan.
Elisa memandang Almer penuh binar kebahagiaan. Berada sedekat ini dengan Almer, bersandar di bahu kokoh lelaki itu, membuat Elisa menyadari betapa rindunya ia pada sosok dihadapannya ini.
"Almer, aku--"
Ucapan Elisa terhenti saat Almer menatapnya dengan pandangan dingin. Tanpa ada setitikpun ekspresi teduh yang biasa Elisa lihat.
"Almer."
Sekali lagi Elisa memanggil, berharap lelaki itu merespon panggilannya dengan sentuhan hangat atau mungkin memarahinya yang sudah beberapa hari ini melakukan protes mogok makan. Namun nihil. Elisa harus menelan kekecewaan yang sama. Sebab Almer hanya menatap lurus pada makanan diatas meja tanpa mau sekalipun membalas sapaannya.
Elisa menggigit bibir bawah, menahan air mata yang hendak keluar akibat melihat sosok dingin Almer yang saat ini terlihat begitu jauh dihadapannya.
Elisa memutuskan untuk turun dari pangkuan Almer. Hendak kembali ke kamarnya dan melanjutkan tidur panjangnya itu. Mengabaikan seluruh sendinya yang kesakitan dan tubuhnya yang semakin melemah.
Rasanya Elisa ingin menangis semakin keras, kala cengkraman kuat ia rasakan di pinggang dan lengan kirinya. Almer menahan kepergian Elisa dengan mencengkram tubuh wanita itu begitu keras. Tanpa sadar melukai fisik dan perasan Elisa akan perbuatan kecilnya itu.
"Almer, sakit."
Perkataan Elisa menyadarkan Almer dari perbuatannya. Tanpa permintaan maaf, ia mengendurkan lilitannya di tubuh Elisa. Tidak terlalu kencang seperti sebelumnya, namun tetap membuat wanita itu terjaga untuk berada di posisi ini lebih lama. Tanpa berani berpindah dari pangkuannya sama sekali.
"Makan."
Almer menyendokkan makanan dan diarahkan pada Elisa. Wanita itu merespon dengan semakin menenggelamkan diri pada pelukan Almer. Seraya menggelengkan kepala tanda menolak suapan dari lelaki itu.
"Makanlah, Elisa!"
Bentakan Almer membuat Elisa menangis tanpa suara. Bukan hanya Elisa yang terkejut dengan bentakan itu, namun juga seluruh pelayan yang berada dalam ruang makan ini. Keseluruhan pelayan memang berdiam diri tanpa bisa menolong Elisa, namun wanita itu juga tahu bahwa seluruh pelayan itu tengah menggunjingkan dirinya diam-diam tanpa sepengetahuan Elisa maupun Almer. Tentang hubungan sang tuan dan nonanya yang semakin merenggang dari hari ke hari.
Mengabaikan tangisan Elisa, Almer semakin menjejalkan makanan itu kedalam mulutnya dengan paksaan yang membuatnya mau tak mau membuka mulut untuk menerima makanan itu.
"Jangan semakin menyusahkanku. Cepat habiskan makanan ini dan kembalilah ke kamar!"
Elisa menangis sambil memakan suapan makanan dari Almer. Seenak apapun makanan hasil karya koki istimewa di mansion Almer, untuk saat ini, semua itu terasa hambar di mulut Elisa. Apalagi saat harus memakannya dari suapan penuh keterpaksaan yang Almer berikan, lagi-lagi membuat perasaan Elisa tersakiti dengan perbuatan lelaki itu padanya.
_____

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
Storie d'amoreJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...