41
[Dibawah Kendali]***
Apa kau percaya bahwa takdir bisa begitu mudah dikendalikan di bawah tangan seorang Almerzio William? Ya, itulah yang dipercayai oleh hampir seluruh orang di bawah kuasa keluarga William.
Dengan segala kekuatan yang Almer miliki, tidak mustahil jika ia bisa memutarbalikkan takdir seseorang dengan mudah.
"K-karena a-aku mencin, aaakhhh, mencintai Elizabeth."
Setelah pengakuan cinta dari psikopat gila itu untuk Elisa, kekasihnya, Almer lantas memerintahkan Tres Demonios de la Muerte untuk menyeret Erland ke sebuah tempat tersembunyi. Dimana jejeran dokter kepercayaannya telah berjaga disana untuk mengembalikan nyawa lelaki itu.
Bagaimana bisa Almer melakukan semua itu seolah telah terprediksi dengan baik? Jawabannya hanya satu. Sebab semua yang Almer lakukan sesuai dengan apa yang ia rencanakan sebelumnya.
Rencana yang melibatkan langsung Elisa, Namira, serta Jeff saat misi persembunyian mereka terjadi.
"Apa kau merestui jika aku membunuh psikopat gila itu, sayang?"
"Kumohon, jangan lumuri tanganmu dengan dosa untuk membunuh lelaki itu, Almer."
"Jadi kau tak ingin aku membunuhnya?"
"Ya, tetaplah menjadi baik untukku. Jangan bunuh seseorang yang bisa membuatmu menanggung dosa, karena telah membunuh nyawa lain."
Oh, seandainya saja Elisa tahu. Berapa banyak nyawa yang telah Almer tumbangkan demi bisa berada di titik ini. Titik dimana ia bisa memiliki Elisa agar berada dalam genggamannya.
"Berjanjilah padaku, Almer."
"Aku berjanji."
"Syukurlah. Terima kasih. Jaga janji itu untukku."
"Tapi aku bersumpah akan membuatnya sekarat, Elisa. Kali ini aku tak bisa mentolerir lagi semua hal buruk yang telah ia lakukan. Izinkan aku untuk menyakitinya, hingga ia lebih memilih mati."
"Baiklah, Almer. Apapun itu..."
Dan disinilah Almer berada. Memantau langsung pergerakan 3 iblis mafia kepercayaannya untuk memastikan bahwa psikopat gila itu masih hidup.
"Anda berhasil tuan. Dia kembali hidup."
Seringai lebar tak dapat lagi ditutupi oleh Almer. Ia puas mendengar ucapan Dev, salah satu dari 3 iblis mafia diseberang telepon.
Tut!
Almer butuh waktu beberapa saat untuk menetralkan ekspresinya sebelum berbalik mendekati Elisa yang tengah termenung di atas ranjang kamarnya seorang diri.
"Apa yang tengah kau pikirkan, sayang?"
Almer bergabung dengan Elisa didalam selimut. Ia mendekap tubuh kekasihnya begitu erat.
Elisa tersenyum mendapat perlakuan manis dari Almer. Lantas ia menyenderkan kepalanya di dada bidang itu. Menetralkan pikirannya yang sedang berkecamuk hebat.
"Erland."
"Jangan sebut nama bajingan itu dengan mulut manismu, sayang."
Elisa tersenyum kecut. Almer dan sikap posesifnya yang lambat laun mulai terasa sedikit berlebihan menurutnya.
"Mengapa kau memikir bajingan itu?"
"Karenamu yang tak mau menceritakan padaku yang sebenarnya, aku jadi semakin penasaran dengan keadaan lelaki itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
RomanceJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...