28 [The Antagonist's Instigation]

1K 43 4
                                    

Henry and Elisa on Mulmed.

***

28
[The Antagonist's Instigation]

***

Almer memandangi keramaian jalanan kota, melalui jendela kaca raksasa dalam ruangan perusahaannya. Tangan kanannya menggenggam handphone. Pandangannya lurus kedepan. Ekspresi tajamnya menunjukkan bahwa pembicaraan yang tengah berlangsung sangatlah serius.

"Apa dia tahu siapa kami?"

"Sejauh ini, belum."

"Kau harus menyiapkan sebuah alasan, jika akhirnya nanti Elizabeth tahu yang sebenarnya."

"Kalian tenang saja. Elisa tidak akan mengetahui apapun."

"Kau pikir aku tidak tahu, bahwa Elizabeth sudah mengetahui tentang lorong rahasia itu? Apa kau berusaha menyembunyikannya dari kami?"

"Aku sudah membereskan masalah itu. Elisa tidak curiga, kalian tenang saja."

"Ini semua untuk kebaikan Elizabeth. Jangan biarkan dia mengetahui apapun. Atau hubungan kalian yang akan menjadi taruhannya."

Almer menggenggam erat benda pipih persegi ditangannya. Ia memejamkan mata dengan geraman kecil yang lolos dari mulutnya. Kalimat terakhir yang ia dengar, berhasil membuat kobaran amarah dalam dirinya memuncak.

Tidak, Almer tidak bisa kehilangan Elisa. Tidak untuk kesekian kalinya. Kali ini, Almer akan melakukan apapun untuk membuat Elisa tetap berada di sisinya. Jika dengan menutup-nutupi sebuah fakta, mampu membuat hubungan keduanya bertahan erat, maka Almer akan melakukannya.

Almer tidak peduli, suatu saat nanti Elisa akan marah karena ia menutupi fakta ini. Yang penting baginya, ia memiliki kepercayaan Elisa penuh. Itu semua sudah lebih dari cukup bagi Almer.

"Urusan Elisa, aku yang akan bertanggungjawab sepenuhnya. Ia tidak akan mengetahui siapa kalian yang sebenarnya..."
"Daddy."
_____

Pagi ini Elisa sudah siap dengan dress hitam dan sebuah tas merk dunia dalam genggaman tangannya. Selain itu, sepatu high heels berwarna senada terpasang cantik di kedua kakinya. Semakin menambah kesan sempurna sosok cantiknya itu. Semua yang ia kenakan saat ini adalah hasil jarahan Almer dari kegiatan berjalan-jalan di Mall kemarin. Rambutnya sengaja ia ikat kuda memamerkan leher jenjangnya yang mulus dan putih bersih.

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, saat ini Elisa tengah berada didalam mobil dengan seorang supir yang ditugaskan lelaki itu untuk mengantarnya kemanapun ia ingin pergi. Setelah berhasil membujuk Almer dengan sebuah pelukan dan ciuman hangat, Almer akhirnya memberikannya izin untuk menjelajahi kota Ottawa.

Jika ada yang bertanya kenapa Almer tidak menemani Elisa berkeliling? Jawabannya karena sekretaris pribadi lelaki itu mengaku kelimpungan dengan tugas perusahaan yang semakin menggunung. Semua itu disebabkan akibat ulah Almer yang mengabaikan pekerjaan beberapa hari belakangan ini untuk berkencan dengan Elisa. Membuatnya mau tidak mau harus turun tangan menyelesaikan sendiri seluruh proyek kerja sama yang bernilai fantastis itu.

Elisa tertawa pelan. Kala mengingat raut wajah cemberut Almer yang terpaksa melepaskannya untuk pergi seorang diri. Lelaki itu bahkan mengutus dua orang bodyguard untuk mengawalnya pergi. Tentu saja Elisa dengan sigap menolaknya. Ia berjanji pada Almer untuk bisa menjaga diri dan kembali ke mansion tepat saat menjelang malam.

Setelah mengenal Almer, bepergian seorang diri seperti ini menjadi kegiatan yang sangat sulit untuk dilakukan. Penjagaan yang lelaki itu berikan begitu ketat. Bahkan Elisa tak dibiarkan untuk menyetir mobil sendiri. Ia harus ditemani oleh seorang supir pribadi yang juga bertugas menjadi bodyguard dadakan apabila dibutuhkan. Tapi Elisa sama sekali tidak merasa terkekang. Wanita itu justru bahagia. Menurutnya apa yang Almer lakukan adalah bentuk perhatian yang lelaki itu berikan padanya. Elisa tahu, Almer mengkhawatirkan keselamatannya.

The Perfect Obsession (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang