32 [Find Erland]

753 39 0
                                    

32
[Find Erland]

***

Bau obat-obatan adalah aroma pertama yang berhasil kucium saat kesadaran kembali menyelimuti.

"Eungh, sakit."

Ucapku lirih. Kala kurasakan seluruh tubuhku menjerit kesakitan.

"Elisa."

Sepasang netra gelap beradu pandang denganku. Membuatku seketika menumpahkan seluruh rasa sakit yang kurasakan padanya.

"Almer, sakit."

Aku menangis.

Lagi-lagi menyuarakan sisi lemahku padanya. Kali ini bersatu berbaur bersama rasa rinduku yang teramat dalam pada sosok dihadapanku ini.

"Ada aku disini. Tenanglah, sayang."

Ucapannya begitu lembut membelai telingaku. Membawa gelenyar hangat yang tiba-tiba merambati hati dan perasaanku.

"Sakit."

Aku hanya mampu bersuara lirih. Tak ada kekuatan untuk bercerita dan berkeluh kesah padanya walau aku begitu ingin melakukannya.

Almer membelai halus rambutku. Begitu halus sampai aku merasa kembali mengantuk. Akhirnya aku tertidur. Kali ini dengan perasaan aman sebab kutahu Almer ada disini bersamaku.

"Tidurlah, sayang. Beristirahatlah. Maaf..."

Adalah kalimat terakhir yang kudengar sebelum alam bawah sadarku mengambil alih.
_____

Tiga orang lelaki berpakaian serba hitam memasuki ruangan tempat dimana Almer dan Elisa berada.

"Tuan."

Almer mengabaikan kehadiran tiga bawahan setianya itu. Ia terus mengelus halus surai gelap Elisa yang masih senantiasa tertidur diatas ranjang rumah sakit. Sementara tangannya yang lain, Almer gunakan untuk menggenggam tangan ringkih Elisa. Memberikan kehangatan yang begitu dalam pada wanitanya itu.

Tres Demonios de la Muerte. Tiga lelaki mafia, tangan kanan Almer, berdiri menatap sang tuan dengan pandangan kosong. Pertama kali melihat betapa hancur seorang Almerzio William melihat wanita pujaan hatinya terluka.

Keterdiaman dalam ruangan berlarut lama. Tiga lelaki iblis itu sama sekali tak berani mengganggu waktu sang tuan yang terlihat tengah menimang wanitanya.

"Rey, Dev, Frey."

Tiba-tiba suara Almer menggema dengan suara rendah.

Tiga tubuh lelaki mafia itu seketika menegang. Sekali lagi, untuk pertama kali dalam sejarah, mereka mendengar sang tuan menyebut nama asli dari ketiga lelaki mafia iblis itu. Membuat detak jantung ketiganya berdetak kencang.

Alarm tanda bahaya seketika ketiganya rasakan.

"Bunuh lelaki itu. Berikan kepalanya padaku. Akan ku persembahkan pada Elisa. Tak akan kubiarkan dia bernapas lagi di dunia yang sama dengan wanitaku."

Rey, iblis mafia paling tua yang memiliki pengalaman terbanyak melawan musuh bahkan bersusah payah bernapas.

Aura kegelapan yang Almer berikan mampu membuatnya pias seketika. Sang tuan yang selama ini mudah membantai musuh dengan tangannya sendiri, tiba-tiba menyerahkan tugas menyenangkan ini pada mereka. Membuat sebuah tanda tanya besar bersarang dalam kepalanya.

"Bukankah lebih baik mengeksekusi psikopat itu sendiri, tuan?"

Rey bertanya dengan penuh ketakutan. Pertama kali berhadapan dengan sisi tergelap sang tuan membuat tubuhnya bergetar hebat. Begitu pula dengan Dev dan Frey yang saat ini hanya mampu menunduk tanpa berani beradu tatap dengan Almer.

The Perfect Obsession (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang