1 [Elisa Jasmine]

12.1K 613 9
                                    

1
[Elisa Jasmine]

***

Ornamen klasik dipadukan dengan indahnya pemandangan gedung tertinggi dan termahal di pusat kota membuat siapapun pasti akan berdecak kagum memandanginya. Tapi indahnya hal tersebut, lantas diabaikan begitu saja oleh sesosok perempuan cantik yang saat ini dibalut dengan gaun berwarna putih menjuntai indah di dalam ruangan megah ini. Elisa memandangi semua orang dengan mata yang hampir menangis. Sementara di dalam gedung, terdengar suara tamu undangan yang mulai menggunjingkan dirinya terang-terangan.

"Gio pasti tidak datang."

"Ia pasti lebih memilih Natasya dari pada Elisa."

"Pasti. Natasya adalah cinta pertama Gio."

"Gio pasti memilih Natasya dari pada terpaksa menikah dengan Elisa hanya karena perjodohan."

Telinganya memanas. Begitupun dengan perasaannya kali ini. Ia sudah tidak memperdulikan lagi bagaimana penampilannya. Yang Elisa rasakan hanya perasaan sedih, kecewa, terlebih malu yang teramat besar. Elisa sadar ia juga tidak menginginkan perjodohan ini bahkan sejak awal. Sama seperti Gio. Namun meninggalkannya tepat di hari pernikahan mereka adalah sebuah mimpi buruk yang teramat besar bagi seorang Elisa Jasmine.

Tatapan mata tajam yang sedari tadi Ibunya layangkan padanya seakan terus merusak hati dan perasaan Elisa. Wanita itu tidak memperdulikan kondisi Elisa sama sekali. Dari sorot mata itu, nampak jelas kemarahan yang tidak coba ia tutup-tutupi dari siapapun. Elisa rasa, jika hari ini berakhir dan Gio tidak juga menampakkan batang hidungnya, maka ia pasti akan berakhir di tangan Ibunya sendiri.

Seluruh pasang mata yang ada dalam gedung ini nampak menghakimi Elisa. Entahlah, ia tidak mampu mencerna seluruh kejadian yang ada karena tangisan sudah menghiasi wajahnya. Sendu jelas terlihat dalam raut itu. Namun tidak ada satupun yang peduli. Sosok Elisa memang hanya seorang upik abu yang tiba-tiba saja menerima perjodohan untuk menikah dengan pengusaha tampan, Giovanni. Bukan, lebih tepatnya ini semua adalah usaha Ibunya agar anak semata wayangnya itu bisa menikah dengan 'orang kaya'. Ibunya melakukan itu dengan tujuan mengambil alih kekayaan keluarga Giovanni. Entah cara apa yang telah wanita itu lakukan, hingga Elisa bisa berada disini. Berakhir dengan cukup mengenaskan karena tidak ada satupun keluarga Gio yang turut hadir dalam pernikahan ini.

"Wah, Gio benar-benar lebih memilih Natasya! Lihat foto mereka berpelukan baru saja tersebar!"

Tiba-tiba ucapan dari salah seorang tamu memecah lamunan dan tangisan Elisa. Ia berharap apa yang baru saja ia dengar, tidak benar. Ia sampai berusaha untuk berlari sambil merebut handphone yang orang itu pegang. Demi melihat sebuah foto yang seakan menghantam ulu hatinya seketika.

Satu hal yang pasti. Kehidupan Elisa akan hancur. Entah itu di tangan Ibunya...

Atau ditangannya sendiri.
___

Puluhan pegawai yang awalnya berlalu lalang mempersiapkan acara pernikahan, tiba-tiba berdesakan lari saling menyelamatkan diri satu sama lain. Meninggalkan Elisa dan Ibunya yang sedang mengamuk. Ornamen indah yang beberapa jam lalu nampak mewah dengan tatanan khas eropa, kini tak ubah layaknya seonggok sampah tak berguna. Itu semua karena kemarahan Ibu Elisa yang sudah membabi buta menghancurkan seluruh barang yang ada di dekatnya.

"Anak tidak tau diri! Bisa-bisanya semua rencana yang telah kususun bertahun-tahun agar pernikahan ini bisa terjadi, hancur begitu saja! Katakan padaku, apa yang telah kau lakukan sampai Gio membatalkan pernikahan ini!"

Sebuah vas bunga dengan harga fantastis pecah dan melukai kaki Elisa. Tak hanya itu saja, lemparan berbagai barang yang telah Ibunya berikan pada Elisa, seakan menambah sempurna penderitaannya kali ini. Ujung bibirnya telah sobek karena tamparan yang berulang kali diberikan. Gaun putih pernikahannya berubah warna akibat darah yang mengucur deras. Disebabkan lemparan piring yang tak bisa Elisa elakkan keberadaannya.

The Perfect Obsession (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang