65
Bermanja***
Yang Elisa tahu selama ini, dirinya bukanlah perempuan manja yang hanya bisa menggantungkan diri pada orang lain.
Baik dirinya sebagai Elisa maupun Elizabeth, perempuan itu memiliki sifat kemandirian diri yang penuh akan rasa tanggungjawab.
Setidaknya itu dulu.
Berbeda dengan saat ini.
"Sayang, bisa minta tolong sisirkan rambutku? Tanganku rasanya sangat pegal." Ujar Elisa setengah merajuk.
Almer tersenyum penuh arti bergerak melakukan keinginan Elisa. Menyisir surai halus wanitanya yang bahkan tak perlu mendapat perawatan apapun, telah tumbuh dengan indah secara alami dengan sendirinya.
"Sudah." Ujar Almer diakhiri dengan membenamkan wajahnya di puncak kepala Elisa. Mencium dan menghirup aroma rambut perempuan itu yang menenangkan.
"Sayang?" Pertanyaan Elisa hanya dijawab dengan gumaman semata.
Lelaki itu masih sibuk menenggelamkan diri di sepanjang surai halus Elisa yang menjadi tempat favoritnya saat ini.
Kecupan demi kecupan terus menerus Almer berikan.
Kedua matanya terpejam dengan tangan yang bertengger manis di leher dan dagu Elisa.
Berdiri dibelakang tubuh perempuan itu.
Posisi keduanya menjadi setengah berpelukan dengan Elisa yang bersender manja ditubuh raksasa Almer.
"Aku lebih bagus memakai lipstik warna apa? Pink atau merah?" Ujar Elisa seraya membawa kedua benda berbeda warna itu dihadapan Almer.
"Pink terlihat cocok dengan dress yang kupakai. Tapi wajahku terlihat jauh lebih segar, jika aku memakai lipstik merah."
Bukannya menjawab pertanyaan itu, yang Almer lakukan justru membawa dagu Elisa mendekat padanya.
Dipandanginya wajah rupawan Elisa yang saat ini telah disapu oleh make up tipis yang semakin menambah daya tariknya di mata Almer.
Bibir tebal Elisa yang masih polos tanpa ulasan lipstik apapun, menjadi fokus Almer. Nampak menggoda dengan warna merah muda alami. Seakan-akan melambai meminta untuk dirinya kecup.
Lalu di detik selanjutnya, Almer tak lagi mampu menahan hasrat untuk membuai bibir ranum Elisa.
Mencumbu perempuan itu sampai suara kecupan terdengar keras didalam ruangan ini.
Bukan hanya kecupan, bahkan telah berubah menjadi lumatan yang turut serta membuai lidah perempuan itu. Saling beradu saliva dengan mata terpejam nikmat.
"Ugh, stop it. Kita tidak bisa melanjutkan ini lebih lama, sayang. Atau kita akan terlambat." Ujar Elisa seraya melangkah mundur menjauhi Almer.
"Siapa yang peduli kita akan terlambat atau tidak. Kau bintang utamanya. Semua harus menunggu, jika ingin acara berjalan sebagaimana mestinya. Sekarang... Kemarilah, sayang. Aku ingin menciummu lebih lama." Ujar Almer yang hanya dibalas kekehan lembut Elisa.
Lantas keduanya kembali berpagutan mesra. Mengabaikan ratusan orang yang telah menunggu kehadiran keduanya di aula mansion William.
"Sudah cukup, sayang. Kita lanjutkan nanti, ya? Jika ini diteruskan, kau malah semakin merusak tatanan rambutku." Ujar Elisa seraya berbalik menatap cermin. Sibuk memoleskan lipstik merah yang dipilihnya untuk menyempurnakan penampilannya kali ini.
Almer terdiam dengan geraman rendah yang lolos dari bibirnya. Menahan hasrat liarnya yang seketika terjun bebas melihat betapa menawannya Elisa kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
RomanceJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...