6
[Almerzio William]***
Seorang laki-laki bersetelan jas lengkap memasuki perusahaan raksasa dengan langkah tegapnya tanpa ragu. Sorot matanya tajam, seakan bersiap menghunus siapapun yang mencoba untuk menghalanginya. Tiada senyuman menghiasi wajah tampan itu, hanya ekspresi datar namun terkesan angkuh yang ia miliki.
Seluruh pasang mata yang melihat kedatangan lelaki itu, kompak memberi salam dengan menundukkan kepala. Tak ada yang berani beradu pandang dengannya. Rona penuh ketakutan seakan begitu menjerit pada wajah-wajah tak berdaya mereka. Kebengisan sosok lelaki itu seakan mampu mengoyakkan siapapun yang berani berurusan dengannya.
Almerzio William memasuki perusahaan miliknya dengan diikuti beberapa orang dibelakangnya. Tak satupun salam yang orang-orang itu berikan padanya yang dibalas oleh Almer. Ia bahkan tak memperdulikan tatapan penuh ketakutan dari seluruh pegawai perusahaannya tersebut. Mereka bagai robot yang khusus diciptakan untuk bekerja di perusahaannya. Begitu pikir Almer kala ia melihat betapa patuhnya mereka pada dirinya.
Langkah tegapnya memasuki sebuah lift menuju lantai paling atas gedung pencakar langit itu. Berhenti pada sebuah ruangan besar yang begitu luas. Memasuki ruangan yang penuh akan kuasa seorang Almerzio William. Hanya dingin dan mencekam yang bisa mendeskripsikan betapa buruknya suasana didalam ruangan itu. Berbanding terbaik dengan mewahnya dekorasi ruangan yang nampak minimalis, namun menyuarakkan kemegahan ditiap sisinya.
Almer berdiri menjulang ditengah ruangan. Ia menghadap orang-orang dibelakangnya yang sedari tadi mengikuti kemanapun ia berada. Ada sekitar 3 orang yang kompak datang memakai pakaian dan celana hitam. Tatapannya menghunus begitu dalam. Seakan sanggup melubangi kepala siapapun yang kembali menatapnya dengan pandangan penuh keangkuhan.
"Berikan segala informasi yang telah kalian kumpulkan padaku. Sekarang!" Suaranya menggelegar di ruangan ini. Bahkan salah satu lelaki yang berada didepan Almer, harus menghentikan napasnya beberapa detik. Takut melihat aura sang pemilik ruangan.
Seorang lelaki maju mendekati Almer. Ia nampak paling tua diantara 2 lainnya. Lelaki usia pertengahan 60-an bersuara, "kecelakaan itu di dasari atas dasar balas dendam tuan Thomas pada nona Almora, tuan. Satu bulan yang lalu, nona Almora sempat menyerempet nona Morgan dengan mobil miliknya. Sudah dapat dipastikan bahwa nona Almora sengaja melakukan hal tersebut untuk memberikan sedikit pelajaran berharga pada nona Morgan. Tidak ada luka pada tubuh nona Morgan, tuan. Jadi, siapapun dapat menyimpulkan dengan jelas bahwa kecelakaan itu tidak didasari untuk membunuh nona Morgan sama sekali tuan. Bahkan insiden itu hanyalah kecelakaan kecil yang bahkan tidak mungkin memakan korban jiwa. Ia hanya sedikit bermain-main dengan nona Morgan seperti biasanya, tuan." Almer tersenyum mendengar perkataan lelaki itu. Betapa senyuman nampak sangat kontras dengan aura mencekam yang masih saja keluar dari tubuhnya itu.
Tidak ada satu alasanpun yang bisa didengar dari informasi lelaki tua itu, yang dapat menjadikan sebuah senyuman terbit di wajah Almer. Ia hanya sedang menunjukkan sisi hatinya yang sedang berbahagia. Tentu saja, mengetahui fakta bahwa Elizabeth Almora tidak akan berani sampai mencelakai seseorang hanya karena alasan menginginkan perhatian Henry Thomas semata. Semua yang Almer dengar kali ini, tepat seperti apa yang ia bayangkan sebelumnya. Senyuman masih tetap terpatri di wajah itu. Sembari berkata, "lanjutkan ucapanmu."
"Dalam insiden itu, nona Morgan mendapatkan luka lecet biasa. Bahkan tidak termasuk luka. Sebab tidak ada darah yang keluar dari tubuhnya akibat kecelakaan itu. Ia seratus persen baik-baik saja. Nona Almora hanya menyenggol lengan nona Morgan dengan mobil miliknya serta kecepatan yang terlampau lambat. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan rekaman CCTV pada toko bunga yang ada didepan tempat kejadian perkara berlangsung." Lelaki itu mengeluarkan sebuah tablet berisi video rekaman kecelakaan yang memperlihatkan mobil Elizabeth yang benar-benar hanya sekedar menyerempet lengan Anna. Bahkan lengan wanita itu dan mobil milik Elizabeth hanya bertatapan beberapa detik saja. Tanpa mengakibatkan Anna yang jatuh atau bahkan terpelanting berdarah-darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
RomanceJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...