51
Almer VS Henry***
Almer mengelap darah yang menetes dari ujung kepalanya. Menatap penuh minat pada jejeran pengawal berbadan tegap yang menghadang jalannya kali ini.
Seseorang terlihat berlari mendekat. Almer dengan sigap memasang mata dan mengarahkan sebilah pisau di tangan kanannya dengan cekatan. Menumpasnya dalam sekali silap.
Sekarang mereka tak lagi bergiliran. Ada sekitar dua puluh pengawal yang berdiri mengelilingi Almer. Dengan membawa berbagai macam senjata tajam yang siap digunakan untuk melumpuhkan Almer.
Tak gentar sama sekali. Almer bergerak dengan lincah menusuk lawannya. Tak membutuhkan waktu lama, semua pengawal itu tumbang berceceran diatas lantai. Tak sadarkan diri dengan luka disepanjang tubuhnya.
Almer menghela napas kasar dan berlari ketika melihat cela kosong pada pintu lebar dihadapannya. Perasaannya sedang tidak baik-baik saja. Fokus utamanya hanya satu.
Memastikan Elisa baik-baik saja.
_____Henry duduk tepat dihadapan Elisa yang saat ini menangis dengan mata penuh derai air mata. Tak lupa dengan racauan yang merembet ke arah kutukan yang Elisa berikan pada sosok lelaki ini.
"Kau bajingan gila. Lepaskan aku, sialan!" Teriak Elisa.
Henry terkekeh melihat wajah merah padam Elisa yang sedang menahan amarah, gelisah, dan perasaan campur aduk lainnya. Seakan tengah menyaksikan tontonan menarik yang menghibur hati.
"Melepaskanmu adalah sebuah kemungkinan yang tidak akan terjadi." Tekan Henry.
Berbeda dari kali terakhir Elisa melihat mantan tunangannya ini, Henry yang ada dihadapannya sekarang terlihat jauh lebih berbahaya. Auranya mencekam dengan seringai lebar yang menakutkan.
Lebih dari itu semua, yang membuat Elisa semakin takut dengan kehadiran sosok ini adalah ancaman yang lelaki ini berikan. Berupa rekaman layar berisi video CCTV Almer yang tengah berdiri seorang diri di tengah bangunan kosong.
Bukan. Bukan itu yang Elisa takutkan. Melainkan ancaman yang kapanpun bisa Henry lakukan dan mengancam keselamatan Almer.
"Kau lihat disana? Kekasihmu sedang mencarimu di lantai 2 tempat ini. Kau tahu kita di lantai berapa, Elizabeth?" Elisa menggeleng lemah. "Kita di lantai 15. Butuh waktu lama untuk berlari menggunakan tangga dan menemukanmu." Elisa tertegun dengan tubuh bergetar ketakutan.
"Sementara menunggu waktu itu tiba, sepertinya aku bisa sedikit bermain-main dengan tubuhmu, sebelum mengirimmu ke tempat kedua orang tuamu berada." Ucap Henry di akhiri dengan seringai.
"Tidak! Jangan! Tolong lepaskan aku!" Ampunnya sarat akan rasa sakit.
Henry membuang kursi yang ia duduki ke sembarang arah. Suara kekehannya memenuhi indra pendengaran Elisa, semakin membuat tubuh wanita itu menggigil ketakutan.
"Sejak dulu aku selalu penasaran dengan Almer. Mengapa ia bisa tahan tidak menyentuh tubuhmu yang begitu menggiurkan ini? Padahal yang kuingat, Almer sangat terobsesi padamu. Ia bahkan rela mengurusimu yang sejak dulu sakit-sakitan."
Ucapan itu membuat Elisa tercengang. Almer dan obsesinya pada Elizabeth kecil sudah bisa disangkal dengan bukti yang Almer katakan dulu. Namun fakta bahwa Elizabeth kecil yang penyakitan dan Almer yang selalu setia mengurusnya adalah sesuatu yang baru ia ketahui saat ini.
"Tolong, lepaskan aku. Jangan ganggu aku lagi!" Lirih Elisa.
"Kau gadis kecil yang benar-benar menggoda, Elizabeth. Jika saja aku tidak terjerat rayuan si jalang Anna itu, tubuhmu pasti sudah kuicipi sejak dulu." Henry berkata seraya menyentuh bahu telanjang Elisa. Pakaiannya telah koyak. Membuat beberapa tubuhnya terlihat begitu saja. Semakin memancing nafsu binatang Henry.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
Roman d'amourJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...