23
[Almer, Perverted Master]***
Elisa terbangun kala waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi. Bergegas membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan sebuah dress santai yang membalut tubuh indahnya dengan manis.
Almer tak ada didalam kamar. Begitu juga dengan bibi Mey. Biasanya wanita paruh baya itu akan siap siaga berada didekatnya di detik pertama Elisa membuka mata. Berbeda dengan sekarang. Mungkin karena ini masih terlalu pagi untuk semua orang bersiap-siap memulai hari.
Langkah kaki Elisa mengalun disepanjang lorong ini. Berhenti tepat di dapur yang tak jauh dari taman belakang, tempat favoritnya untuk minum teh sambil melamun. Elisa tersenyum pada beberapa pelayan yang memandangnya penuh keterkejutan.
"Selamat pagi semuanya. Perkenalkan aku Elizabeth. Izinkan aku untuk membantu membuat sarapan kali ini."
Salah seorang pelayan nampak ragu menjawab, "maafkan kami, nona. Tapi tuan Almer melarang nona Elizabeth memasuki area dapur. Kami yang akan mempersiapkan makanan untuk pagi ini. Katakan saja pada kami, menu apa yang nona Elizabeth inginkan. Akan segera kami siapkan dengan cepat."
"Tidak. Aku ingin membantu mempersiapkan makanan untuk sarapan hari ini. Kalian boleh mengatakan padaku, apa saja yang bisa kulakukan."
"Mohon maafkan kami, nona. Tapi tuan Almer benar-benar memberikan larangan pada kami untuk membiarkan nona Elizabeth memasak di dapur."
Elisa memandang dengan penuh kekecewaan. Sepertinya pelayan-pelayan di area dapur memiliki sifat keras kepala yang sama seperti dirinya. Dirayu dengan cara apapun, mereka tetap tak memberikan izin agar Elisa bisa masuk ke dapur dan membiarkannya memasak.
"Dengar. Aku hanya ingin memasak untuk Almer. Aku ingin ia merasakan makanan yang aku masak sendiri. Tolonglah, biarkan aku memasak kali ini saja."
Elisa mengatupkan kedua tangan seraya memandang pelayan dihadapannya dengan tatapan penuh permohonan. Namun jawaban yang ia dapatkan tetap saja. Penolakan.
"Kami bisa mendapatkan hukuman, jika tuan tahu, nona Elizabeth memasuki dapur dan bahkan memasak sendiri."
Sebuah tanda tanya besar dalam diri Elisa. Kala mengetahui sebuah fakta. Bahwa Almer bisa memberikan hukuman pada bawahannya, jika mereka tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkannya.
"Begini saja, aku yang akan menerima hukuman itu. Akan kupastikan Almer tak akan menghukum kalian. Semua yang kulakukan saat ini, murni tanggungjawabku sendiri. Jadi kuharap, berhenti menghadangku memasuki dapur. Kalian membuat waktu memasakku menjadi terbuang sia-sia."
Elisa tersenyum kala ucapannya berhasil membuat barisan pelayan itu memberikannya jalan. Ia melangkah memasuki dapur dengan wajah berbinar. Perasaannya membuncah bahagia, kala rasa rindu menggerakkan tangan untuk menciptakan sebuah masakan lezat akan sebentar lagi ia rasakan.
Dengan cekatan, Elisa memasak beberapa menu makanan dengan mudah. Para pelayan bahkan sempat terpaku, terkejut. Melihat nona yang terlihat seperti putri raja itu, ternyata begitu jago mengolah bahan makanan menjadi masakan yang menggugah selera.
Elisa tersenyum haru. Rasanya sudah begitu lama sejak terakhir kali ia memasak. Mencium aroma masakan yang ia masak sendiri merupakan sebuah kebahagiaan baginya. Bedanya masakan kali ini bukanlah jenis masakan biasa yang ia makan hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri.
Sebab kali ini berbeda. Elisa membuatnya dengan penuh perasaan. Khusus untuk satu-satunya orang yang begitu berarti dalam hidupnya. Siapa lagi kalau bukan Almer.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
Roman d'amourJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...