50
Then, You Have to Die!***
Lucas berjalan seraya mengamati sosok dihadapannya dalam diam. Setelan pakaian serba hitam yang digunakannya semakin menambah sempurna sosok tampannya itu. Membuat beberapa pasang mata berhasil mencuri pandang.
Walaupun berada di pertengahan usia yang sudah bisa dibilang tak lagi muda, Lucas tetap menyukai dengan wajah rupawan dan tubuhnya yang tegap dan kokoh. Membuat orang akan mustahil percaya jika dirinya sudah menginjak usia 55 tahun.
Lucas memasuki sebuah restoran Jepang. Masih dengan misi yang sama, mengikuti seorang wanita yang saat ini terlihat tengah terduduk seraya memilih makanan pada buku menu.
Lucas duduk tak jauh dari wanita itu. Pandangan matanya terus terarah pada sosok wanita itu. Seakan tak ingin kehilangan bayangan manis itu darinya.
Wanita itu terlihat berbicara dengan pelayan untuk memesan makanan. Dan kembali terduduk seorang diri kala sang pelayan pergi dari hadapannya.
Lucas tersenyum melihat cela kosong itu. Suasana restoran yang sepi, menunjang misinya agar bisa kembali berkomunikasi dengan wanita itu.
Lucas berjalan mendekat. Membuat wanita itu sontak terkejut dengan kedatangannya yang terlalu mendadak. Ekspresi ketakutan yang berusaha keras wanita itu tutup-tutupi, menjadi hiburan tersendiri bagi Lucas.
"Hai, manis. Do you Miss me?" Ucap Lucas seraya tersenyum.
"Apa saya mengenal anda? Permisi. Saya sedang tidak ingin diganggu?" Ucap wanita itu berusaha keras mengusir sosok Lucas dari hadapannya.
Bukannya pergi, Lucas justru duduk tepat di depan kursi kosong di meja yang sama dengan wanita itu. Ia berkata, "mencoba mengelabuiku dengan berpura-pura melupakanku, manis? Kau lupa siapa aku?"
Wanita itu terdiam. Celingak celinguk melihat sekitar, berusaha kabur dari hadapan Lucas.
Tiba-tiba kedua tangan wanita itu dicengkeram dengan begitu erat. Sebelum ia beranjak pergi. Membuat langkahnya seketika berhenti.
"Jika kau kabur dariku sekarang, maka kupastikan ini hari terakhirmu menghirup udara yang sama dengan keluargamu disini, Sheila." Gumam Lucas penuh ancaman.
Sheila William berdiri dengan tubuh menegak takut. Ia terpaksa kembali duduk berhadapan dengan Lucas. Berusaha bersikap tenang.
"Apa yang kau inginkan, Lucas?" Ujar Sheila.
"Kau. Aku hanya ingin kau pergi bersamaku. Hidup bersama seperti janjimu dulu." Lucas berujar dalam.
"Kau gila?! Aku sudah berkeluarga. Sebaiknya kau hapus semua keinginan bodoh itu!" Teriak Sheila kehilangan kontrol diri. "Aku tak sudi bertemu dengan penjahat sepertimu. Mafia keji yang hidup dengan penuh dosa."
Lucas tertawa. Ia jelas merasa begitu terhibur dengan caci maki yang Sheila katakan padanya.
"Manis, sayangnya aku sedang tidak ingin mengikuti keinginanmu saat ini. Apa kau lupa siapa dulu yang mengingkari janji pertunangan kita? Itu kau. Jadi disini aku ingin menagih janji itu lagi. Sudah cukup waktu 27 tahun yang kuberikan untuk hidup bersama keluarga kecilmu itu. Sekarang waktunya untukmu kembali bersamaku." Ucap Lucas.
"Lucas, maafkan semua kesalahanku di masa lalu. Aku tahu aku bersalah. Tapi kumohon, jangan bertindak gila seperti ini. Kita sudah selesai. Aku punya keluarga sendiri, begitupun dirimu. Jadi kubur dalam-dalam keinginan itu. Karena aku tidak akan pernah bisa hidup bersamamu." Ujar Sheila frustasi.
"Ck. Sayangnya yang kumau hanya kau, manis. Siapa suruh mengingkari janji. Jadi mau tak mau kau harus mengikuti keinginanku sekarang. Atau kalau tidak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
RomanceJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...