18
[Parasites]***
Langkah tegap berbalut sepatu hitam mewah terdengar menggema di tiap sudut lorong panjang itu. Lelaki berpakaian serba hitam dengan sebuah pistol di tangan kanannya melangkah dengan pandangan tegas dan menyelidik. Ruangan paling ujung adalah tujuan langkah Almer kali ini.
Ruangan kumuh itu sangat berbanding terbalik dengan citra seorang CEO perusahaan terkemuka William Company. Siapa lagi kalau bukan Almerzio William.
Rasanya tidak akan ada yang percaya, jika seseorang berani mengatakan telah melihat seorang Almer memasuki ruangan bawah tanah itu seorang diri. Namun siapa sangka? Justru Almerlah pemilik tempat dengan aura mencekam itu. Ia menciptakannya dengan tujuan untuk membuang segala sampah tak berguna miliknya.
Jadilah, tempat ini diberi nama tempat pembuangan.
Almer khusus menggunakan tempat ini untuk menyiksa para musuhnya. Ya, kalian tidak salah baca. Lelaki itu memiliki banyak musuh yang begitu keji dan tak berperasaan sama sekali. Bahkan beberapa musuhnya berani mengancam nyawanya agar tuannya bisa menduduki posisi Almer.
Setiap ada musuhnya yang telah memasuki tempat ini, tidak akan pernah keluar hidup-hidup.
Motto hidup Almer sangatlah simpel. Jika ada yang berani mengusik ketenangan hidupnya, maka tidak usah hidup sekalian.
Ya, itulah kiranya sisi gelap seorang Almerzio William.
Suara raungan yang bersahutan terdengar begitu menggema di tempat bawah tanah ini. Mendengar itu, Almer menyeringai tipis. Begitu menikmati alunan indah suara kesakitan siapapun itu yang berani mengusik ketenangan hidupnya.
Tres Demonios de la Muerte datang dan memberi salam singkat pada Almer yang telah memasuki ruangan.
Mereka lantas menunjukkan keberadaan para tahanan milik Almer yang telah penuh dengan luka disekujur tubuhnya.
Tangan dan kaki para tahanan itu telah dibekali dengan rantai dan borgol yang begitu mencengkram kulit tubuh pemiliknya. Membuat tak hanya bergerak saja yang kesusahan untuk mereka lakukan, namun juga rasa sakit yang menusuk-nusuk dalam turut menjadi pelengkap sajian manis yang mereka terima.
Ada enam orang lelaki yang berstatus sebagai tahanan di ruangan gelap itu. Empat diantaranya jatuh tak sadarkan diri. Sementara dua orang lainnya berusaha keras menahan kesadarannya agar tetap terjaga demi bertatapan langsung dengan Almer.
"Siapa tuan kalian?!"
Ucapan Almer menggelegar. Dingin. Tanpa basa-basi. Ia melayangkan tatapan membunuh yang jelas sangat ditakuti oleh semua mata yang melihat.
"K-kami bekerja sendiri."
Sepersekian detik setelah jawaban itu keluar dari salah satu mulut tahanan berkepala plontos, senapan milik Almer telah berhasil mengeluarkan peluru yang langsung bersarang di dada sebelah kirinya.
Ia meninggal. Dengan begitu mudah. Dan begitu cepat.
"Jika kalian masih tetap tidak berguna, akan kubunuh detik ini juga!"
Kalimat yang Almer keluarkan laksana titah sang raja. Membuat satu-satunya tahanan tersisa yang masih sadar maju seketika. Bersujud dihadapan Almer.
"T-tolong jangan bunuh saya, tuan. S-saya hanya menjalankan perintah untuk membakar gedung itu. S-saya tidak punya keberanian untuk berurusan dengan anda!"
Lelaki itu berkata dengan tubuh bergetar ketakutan. Ujung sepatu mengkilap milik Almer bahkan telah diciuminya berulang kali. Memohon agar kematian tak menderanya begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
RomanceJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...