5 [Destiny and the Storyline]

9.2K 471 6
                                    

5
[Destiny and the Storyline]

***

Elisa memandangi pemandangan indah yang ia lihat dari balik kaca mobil dengan senyuman terpatri indah di wajah cantiknya. Lampu-lampu jalanan yang menghiasi semaraknya kota membuat pemandangan yang tersajikan nampak penuh dengan gemerlap cahaya. Keluar dari rumah sakit tadi, Elisa baru menyadari bahwa ia sedang berada di kota New York. Kota impian Elisa sedari dulu. Banyak gedung-gedung tinggi yang seakan berduri menjulang menantang langit. Pemandangan yang tak akan Elisa lihat dalam kehidupannya sendiri. Memang benar ia dulu tinggal di desa dan pindah ke kota. Namun kota yang menjadi tujuan Elisa dan Ibunya tak lebih dari hanya sekedar kota pinggiran yang sungguh jauh berbeda dengan hiruk pikuk New York. Disini banyak tersajikan pemandangan beragam dengan jenis manusia yang beragam pula. Elisa suka keberagaman, karena itulah ia sangat mencintai kota ini.

Sedari dulu, Elisa paling menyukai melihat pemandangan lampu-lampu jalanan. Ia suka menatap kontrasnya malam yang berpadukan dengan cahaya lampu jalanan yang menyinarkan mata. Seakan perbedaan antara gelap dan terang berpendar nyaman dalam satu waktu bersamaan.

Almer duduk tepat disamping Elisa. Mereka ada didalam mobil yang membelah ramainya kota New York. Seorang lelaki yang mengaku supir pribadi Almer, memegang kemudi dengan pandangan yang selalu lurus kedepan. Tak pernah ia berani mencuri pandang dua sosok yang duduk di belakangnya dengan keterdiaman yang senantiasa membersamai keduanya sedari awal mendudukkan diri di mobil itu. Ia masih sadar diri, konsekuensi apa yang ia dapatkan jika tertangkap basah sedang memandangi wanita cantik yang duduk dengan manis di sebelah tuannya.

Pandangan lelaki itu tak pernah lepas dari sosok wanita yang duduk tepat disampingnya berada. Kedua bola mata gelap miliknya senantiasa memandangi raut wajah penuh binar yang Elisa keluarkan. Dalam diam, Almer tersenyum. Pemandangan Elisa saat ini, terlihat jauh lebih menyenangkan untuk terus dipandangi. Ia sama sekali tak mengalihkan pandangannya.

Baginya, tak ada yang lebih menarik perhatiannya dari sosok Elizabeth Almora yang bahkan tak pernah kembali menatapnya itu. Yang sedari dulu selalu mengacuhkan keberadaannya. Menganggap Almer tak pernah berarti di matanya. Bagi lelaki itu, tak masalah menjadi tak terlihat. Karena yang paling penting adalah ia masih dapat melihat Elisa. Berada di tengah-tengah kehidupan gadis itu, walaupun selalu tak berarti baginya. Itu saja sudah lebih dari cukup. Almer tersenyum getir mengingatnya. Tak apa, batinnya bersuara.

Baik Almer maupun Elisa, nampak menikmati kediaman ini dengan khidmat. Tak ada yang berani memulai pembicaraan. Hingga mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah bangunan luas yang berdiri kokoh dengan penuh kearoganannya yang indah. Elisa membelalakkan matanya lebar. Ia jelas-jelas tak pernah melihat ada bangunan semegah ini sebelumnya. Benaknya masih terus mencoba mengingat-ingat kisah novel, dimanakah ia berada saat ini. Yang ia tahu, bangunan indah dengan desain modern yang minimalis ini adalah sebuah mansion. Rumah bagi para orang kaya, ia mengingat ucapan Ibunya yang entah mengapa selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Atau lebih cukup menarik disebut dengan istana.

Almer keluar dari mobil pertama kali. Memecah lamunan Elisa yang masih menatap kagum mansion megah dihadapannya dari balik kaca. Lalu tiba-tiba pintu mobil terbuka, menampilkan sosok Almer yang mempersilahkan Elisa untuk keluar. Secara jelas, Elisa dapat melihat bangunan ini langsung. Warna dasar abu-abu dan putih yang membalut keseluruhan bangunan semakin menonjolkan kemewahan yang seakan menjerit dari seluruh lorong mansion ini.

"Aku membawamu ke mansionku. Kuharap kamu bisa tinggal disini beberapa waktu. Bagaimana? Apa kamu setuju?" Ucapan Almer membuat sekujur tubuh Elisa meremang. Pasalnya Almer berada cukup dekat dengan Elisa berdiri saat ini. Kedua tubuh itu berdekatan. Elisa bisa merasakan lengan kekar Almer yang menempel pada lengannya.

The Perfect Obsession (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang