14 [Romantic Scene]

6.5K 254 4
                                    

14
Romantic Scene

***

Elisa Jasmine adalah seorang wanita yang paling mementingkan sopan santun dalam hidupnya. Selaras dengan watak Elizabeth Almora yang memiliki ego tinggi sedunia. Tidak ada yang menyangka bahwa saat ini Elisa sekaligus Elizabeth, satu sosok yang sama, sedang melakukan sebuah perbuatan yang telah melewati batas. Ia dengan sadar dan tanpa paksaan siapapun, menyodorkan bibirnya untuk mencium seorang lelaki.

Almerzio William nampaknya merupakan alasan paling tepat bagi Elisa untuk berani melakukan perbuatan itu dengan kesadaran seratus persen. Bagaimana tidak? Jika yang Almer lakukan selama ini adalah membuai Elisa layaknya ratu. Sudah tak terhitung perbuatan Almer untuk sekuat tenaga membuat Elisa nyaman berada dalam ruang lingkupnya. Memastikan kebutuhannya terpenuhi, keamanannya terjamin, hingga keinginannya terpuaskan.

Siapa yang menolak jika disodorkan seorang billionaire muda yang tampan dengan segudang prestasi dan perilaku baik layaknya pangeran berkuda putih. Tak akan ada yang sanggup menolak. Tak terkecuali Elisa.

Dan disinilah ia berada. Mengecup bibir basah Almer dengan perasaan membuncah bahagia. Ia bahkan tersenyum di sela-sela perbuatannya itu. Kebahagiaan merasuki diri Elisa kala ia merasakan Almer yang mulai membalas pagutan bibirnya dengan irama lembutnya.

Mulut Almer terasa begitu manis bagi Elisa. Semanis hal-hal indah yang telah lelaki itu lakukan untuknya. Elisa membenarkan tekadnya dalam diam. Bahwa perbuatannya kali ini adalah hal normal yang wajar ia berikan untuk sang penolongnya. Elisa hanya berusaha keras menampik segala macam pikiran tentang 'melakukan hal diluar batas' yang coba ia buang jauh-jauh. Sekali saja, ia ingin merasakan melakukan sesuatu sesuai kata hatinya.

Dan inilah yang kata hatinya inginkan.

Mencium Almer.

Terkesan gila memang. Namun siapa peduli? Apakah Elisa peduli? Untuk beberapa detik dalam hidupnya, Elisa ingin menjadi gila untuk tidak lagi memperdulikan kewarasannya. Ia membutuhkan keberanian lebih untuk melakukan tindakan 'diluar batas' ini.

Elisa meremas rambut tembaga Almer pelan, merasakan tekstur hangat yang melingkupi hati dan jiwanya seketika. Pinggang kecil Elisa menjadi tempat bersandar lengan kokoh Almer. Hingga kini keduanya berakhir dengan kondisi saling menempel satu sama lain. Kegiatan panas itu terlihat berlangsung cukup lama. Baik Almer maupun Elisa tak ada yang berniat melepas ciuman itu.

Jika saja Elisa mampu lebih kuat untuk menahan napas, maka ciuman itu akan terus terjalin indah. Almer melepas pagutan keduanya. Mempersilahkan Elisa untuk mengambil napas sekuat tenaga. Mengisi kekosongan dalam paru-parunya yang membutuhkan oksigen.

Elisa masih dengan napas putus-putus, berusaha menatap Almer. Mencari setitik saja ekspresi tidak suka yang mungkin saja terbit di wajah itu atas perbuatannya yang mungkin dianggap telah melewati batas. Namun alih-alih mendapat ekspresi dingin atau angkuh, nyatanya Almer malah menatap balik Elisa dengan senyum lebarnya yang teduh.

Tangan kanan Almer dengan erotis mengelap liur yang masih menghias di sudut bibir Elisa dengan lembut. Begitu lembut sampai membuat Elisa menutup matanya seketika. Terdengar deru napas yang ramai menghiasi keheningan ruangan ini. Baik Almer maupun Elisa tak ada satupun yang mau lepas dari dekapan hangat yang membuat kedua tubuh itu saling menempel begitu dekat. Kian dekatnya bahkan Elisa mampu menghirup aroma napas Almer yang manis. Mengingatkannya dengan aroma musim semi di awal waktu.

"Aku tidak akan meminta maaf untuk itu, Almer."

"Dan siapa pula yang membutuhkan maafmu, Elisa?"

Lantas keduanya hanya tertawa. Saling menatap seraya membalas ucapan yang berisi candaan dalam siratan penuh makna itu.

The Perfect Obsession (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang