2 [Elisa and Elizabeth]

11.1K 610 8
                                    

2

[Elisa and Elizabeth]

***

Elisa Jasmine hanyalah seorang wanita biasa yang terlahir dari keluarga miskin. Ia memiliki Ayah seorang petani desa, sementara sang Ibu bekerja dipeternakan sapi milik saudagar kaya. Mereka hidup serba berkecukupan dengan segala keterbatasan yang ada.

Usia Elisa masih menginjak angka 3 tahun, kala sang Ayah meninggal akibat penyakit stroke yang di derita. Awalnya Elisa dan sang Ibu masih sanggup hidup berdua dengan damai di desa, namun lama kelamaan Ibu Elisa jenuh dengan semua kerja keras yang ia lakukan. Menghidupi diri sendiri dan seorang anak kecil, nampak terlalu sulit baginya. Ia sudah muak hidup susah. Ia ingin cara instan agar lebih mudah mendapatkan uang tanpa perlu berusaha payah bekerja. Tanpa pikir panjang, Ibu Elisa menjual seluruh aset peninggalan suaminya yang tak seberapa untuk sebuah rencana yang justru akan berakhir buruk bagi kehidupan keduanya dimasa depan.

Hingga akhirnya hanya dengan berbekal tekad, sang Ibu mengajak Elisa pindah ke kota. Awalnya berjalan dengan lancar. Elisa bersekolah dengan Ibunya yang bekerja di toko roti tak jauh dari tempat yang mereka anggap 'rumah'. Tak lain dan tak bukan adalah sebuah kontrakan yang hanya sanggup memuat sang Ibu dan Elisa kecil waktu itu. Mereka berdua hidup damai untuk sementara waktu.

Perubahan mulai terasa saat Ibunya mudah marah dan melukai Elisa hanya karena masalah yang sepele. Tak jarang ia mendapatkan cubitan, bahkan tamparan di wajah manisnya. Elisa pikir, hal tersebut wajar ia dapatkan jika berbuat kesalahan. Namun sampai ia dewasa dan berusia 21 tahun, perlakuan Ibu terhadapnya malah semakin menjadi-jadi. Tak hanya cubitan dan tamparan saja yang akan ia dapatkan, sang Ibu rela menjambak rambut bahkan menendang perutnya sekalipun.

Elisa menurut tanpa pernah berani melawan. Gadis itu merasa jika ia dapat melakukan apapun yang Ibunya inginkan, maka segala penderitaan yang ia dapatkan akan segera berakhir. Ia berharap sang Ibu dapat kembali menyayanginya seperti saat Ayahnya masih hidup dulu. Namun siapa sangka, rasa sakit akibat pukulan, cubitan, tamparan, hingga tendangan yang ia rasakan selama bertahun-tahun tak kunjung meluluhkan hati sang Ibu. Hingga Elisa tumbuh dewasa menjadi sosok yang tak mengenal rasa sakit, sang Ibu tak kunjung kembali menjadi wanita penuh kasih sayang selayaknya Ibu pada umumnya. Sungguh malang nasib Elisa, bahkan hingga detik terakhir ia bernapas di dunia, sang Ibu tak kunjung kembali menjadi Ibu yang Elisa rindukan. Justru wanita itulah yang mengantarkan Elisa menuju gerbang kematian dengan menggorok leher anak semata wayangnya sendiri.

Tak terasa sebuah bulir hangat jatuh membasahi wajah Elisa. Ia menangis dengan mata yang masih menutup. Berusaha keras melawan rasa sakit di hatinya yang teramat membekas kala mengingat sosok Ibu yang ada dalam kenangannya itu. Tangisannya semakin deras keluar, kala kenangan terakhirnya bersama sang Ibu kembali menyeruak dalam ingatannya. Ekspresi bengis dan tatapan tanpa belas kasih adalah pandangan terakhir yang bisa ia gambarkan untuk sang Ibu.

Genggaman halus terasa melingkupi tangan Elisa. Sehingga saat ini yang ia rasakan adalah sebuah kehangatan yang benar-benar ia butuhkan keberadaannya. Mengantarkan sejuta perasaan hangat dalam relung hatinya yang telah lama mendingin.

"Buka matamu, kumohon..."

Tunggu dulu.

Siapa itu tadi?

Beberapa detik berlalu, namun tak ada suara lagi yang dapat Elisa dengar. Ia mulai beranggapan bahwa malaikat lah yang menyuruhnya untuk membuka mata tadi. Mengingat seharusnya tempat ia berada sekarang sudah bukan lagi dunia yang Elisa kenal sejak awal.

Apa jangan-jangan Elisa belum meninggal?

Pikiran buruk mulai menguasai dirinya. Mengingat segala kemungkinan yang menyeruak dalam ingatannya tiba-tiba saja kembali. Ia takut. Takut jika ia memang masih hidup di dunia yang sama dengan dunia yang pernah ia tinggali dulu. Ketakutan itu semakin lama semakin tumbuh melebat. Membuat Elisa tanpa sadar menggigil, tubuhnya kedinginan. Tanpa ia sadari, hal tersebut semakin membuat genggamam di tangannya mengerat.

The Perfect Obsession (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang