ARUNA 74

30 0 0
                                    

Mereka semua pun terduduk kembali dengan rapi yang mejanya sudah dipesan tadi.

"Kalian udah pesan?, tenang gua yang traktir" ucap dokyeom yang melihat mejanya masih kosong.

"Belum, soalnya lu belum datang tadi, takut lu gak dateng jadinya gak ada yang mesen, takut gak ada yang bayar" ceplos nayeon tak dosa.

"Nayeon" tegur irene yang membuat dokyeom terkekeh.

"Yaudah pesen apa saja, tenang gua yang bayar kok" ucap dokyeom yang membuat mereka semua seneng.

"Akhirnya dapat gratisan lagi yuhu" senang nayeon yang membuat mereka geleng-geleng kepala.

"Lu kayak orang habis jatuh miskin tau gak, padahal bapak lu masih kaya raya" Celutuk jungkook yang langsung dihadiahi getokan dari nayeon.

"Enak banget lu kalau ngomong" jengkel nayeon.

"Kaka gakpapakan beneran" tanya aruna lagi yang masih penasaran.

"Aku gakpapa, kamu tenang aja" sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam plastik hitam.

"Tara, sempol kesukaan vio, tadi pas kesini mampir beli ini dulu, gimana suka gak" tanya dokyeom yang dibalas senyuman manis aruna.

"Suka, terima kasih yang selalu gak lupa tentang una" sambil memeluk dokyeom.

Dokyeom yang dipeluk pun membalas pelukan hangat dari gadisnya, perkataan aruna tadi membuat perasaanya ada yang ngeganjal.

"Apapun tentang kamu, aku gak akan lupa" bisik dokyeom.

Mereka yang melihat itu semua tersenyum. Abang-abangnya aruna terutama.

Setelah menunggu lama akhirnya pesanan mereka datang juga yang sudah penuh dimeja sekarang. Berbagai macam makanan dicafe tersebut dipesan oleh mereka, mumpung gratis kata nayeon juga.

Mereka semua pun menikmati makanan yang sudah pesan oleh mereka semua, kadang juga diiringi dengan candaan biar gak terlalu canggung juga.

Mingyu yang ada disamping dokyoem pun menoel tangan dokyeom dengan tangannya untuk mengasih kode apa tujuannya dirinya mengajak mereka semua kesini.
"Gakpapa ayo ungkapin aja apa yang ingin bicarakan sama mereka" gumam mingyu yang masih didengar dokyeom.

Setelah itu dokyeom pun berdehem untuk meredamkan gugupnya sendirinya.

Jungkook melirik sedikit kearah dokyeom bukankah dirinya dan yang lain diajak ketemuan ada yang ingin dokyeom ceritakan sampai lupa dengan itu. "Oh iya kyeom, sampe lupa tuhkan kalau ada makanan, lu ajak kita kesini ada apa? Katanya lu ada yang ingin dibicarakan" Tanya jungkook.

Membuat yang lain sedang mengobrol menjadi melirik semua kearah dokyeom. "Iya anjir sampe lupa gua juga" sahut kai diangguki yang lain.

Dokyeom pun berusaha mengatur kegugupannya dilirik mereka semua.
"Memang ka dey mau ngomong apa?" Tanya balik aruna yang penasaran.

Dengan tersenyum dokyeom pun melirik kearah aruna habis itu sahabat-sahabat yang lain.
"Gua mau ngomong penting, gak ada bohong, gua jujur dengan omongan gua, tapi kalian jangan marah ya, janji".

"Tergantung itu mah, apa dulu emangnya yang ingin lu omongin" balas irene.

Dokyeom pun menghela nafas panjangnya. "Gapapaa bro ungkapin aja" mingyu memberi semangat sahabatnya.

"Emang ken-" ucapan jaehyun pun terpotong dengan suara cepat dokyeom yang membuat dirinya juga kaget bukan main.

"Gua mau pindah" Ucap Dokyeom dengan singkat.

"Pindah maksudnya? Pindah sekolah? Yaelah bang kirain apaan" Jawab dino santai.

"Iyanya anjir, gua kirain apaan" sahut nayeon dengan menyemil kentang goreng yang masih ada disana.

"Bisa jelaskan lebih jelas lagi ka? Yang lain gak maksud dengan ucapaan kamu barusan termasuk aku" Aruna menatap mata dokyeom yang sama sekali gak paham.

Dokyeom pun menghela nafas kasar apakah kurang jelas apa yang dirinya katakan barusan?.
"Oke baiklah".

"Gua mau pindah, bukan pindah sekolah saja, tapi pindah rumah juga, gua pin-"

Dino memotong ucapan dokyeom. "Yaelah bang pindahnya juga beda kotakan, masih di indonesia jugakan gausah sedih gitu bang" sahut dino yang membuat lain jengkel.

"Lu bisa gak si, gak usah motong ucapan dokyeom, kampret. bisa biar dia selesaikan ucapannya dulu baru lu ngomong, mau gua ulek lu hah" Kesal irene sambil memegangi gelas didepannya.

Dino yang melihat itu pun merinding. "Iya iya maaf ka. Maaf ya bang".

"Bisa diLanjut ka kyeom" tutur mina mempersilahkan dokyeom bicara lagi.

Dokyeom tersenyum memaklumi dia pasti bakal rindu sama sahabat-sahabatnya habis ini, dengan tingkah laku mereka diluar nalar kadang. "Gapapa kok din, gua cuman mau jelasin gua ngajak kalin kesini gua mau ngomong. Gua mau bilang"

"Gua mau pindah, bukan pindah sekolah aja, tapi juga rumah, pindahnya juga jauh ke luar negri, bunda udah urusin surat pindah sekolah gua sama rumah" jawab dokyeom membuat mereka semua kaget terutama aruna.

"Ka dey gak lagi bohongkan?" Tanya aruna memastikan bahwa itu bohong.

Dokyeom mengelus rambut aruna dengan lembut. "Maaf, ka dey gak bohong kok" sambil tersenyum.

"Terus luar negrinya dimana ka" Tanya jihyo sambil melirik sedikit kearah aruna.

"Gak tau, bunda gak ngasih tau gua dimana tinggalnya" jawab dokyeom seadanya.

"Terus lu pindah kapan kyeom" tanya hao yang sama juga kaget.

"Besok" balas dokyeom singkat yang membuat mereka semua kaget.

"Lu gila, secepat itu. Kenapa mendadak banget bilangnya sih" kesal jimin.

"Ka dey, bohongkan sama una?, bilang sama una kadey gak bohong soal tentang kepindahan ini" Aruna meronta-ronta sambil memukul dada dokyeom.

"Dek tenang dek" taehyung dengan cepat memeluk aruna.

"Maaf" sesal dokyeom, dirinya juga tak ingin keadaannya begini.

"Mama juga baru kasih tau gua semalam sehabis dia telponan sama papa, gua juga marah, kesel, tapi mau gimana lagi, gua harus turutin apa kata bunda" Jawab dokyeom sambil melihat kearah aruna yang sedang menangis dipelukan taehyung.

Mereka semua yang mendengar penuturan dokyeom pun diam, mereka juga tak tau berbuat apa jika sudah masalahnya orang tua.

ARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang