02. Cerita Saluna

88 13 5
                                    

Arti nama Saluna itu matahari terbit, tapi gadis 23 tahun itu malah membenci keberadaan matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arti nama Saluna itu matahari terbit, tapi gadis 23 tahun itu malah membenci keberadaan matahari. Matahari itu bagai musuh untuk Luna, karena ketika matahari terbit artinya dia harus melanjutkan hidup. Luna harus berjuang untuk tetap bertahan, sedangkan dirinya sendiri bertanya-tanya tentang masa depan. Apakah dia pantas akan masa depan itu?

Semuanya sudah terlanjur hancur bagi Luna, kedua orang tuanya bercerai karena ayahnya selingkuh, kakak laki-lakinya sering melakukan kekerasan padanya, bahkan beberapa kali pernah hampir melecehkan Luna secara seksual. Beruntung Luna sadar dan berhasil menghindar. Untuk saat ini, dia masih aman karena kakak laki-lakinya pergi entah kemana.

Itu baru keluarganya, belum lagi kisah karir dan pendidikannya. Luna sekeras mungkin berusaha agar selesai kuliahnya, niatnya agar bisa bekerja dengan baik dan hidup lebih baik, termasuk juga menghidupi ibunya. Namun, tak semulus itu, tulangnya terbanting mati-matian demi bisa meraih gelar sarjana. Begitu sudah teraih pun, rasanya semesta membencinya.

Berkali-kali Luna melamar pekerjaan, semuanya ditolak. Berakhir Luna bekerja sebagai pelayan restoran demi bisa menghidupi dirinya di Jakarta sekaligus mengirimkan uang untuk ibunya. Luna tinggal satu kota dengan sang ibu, tapi dirinya memilih tinggal sendiri karena dia benci kalau sang ibu melihat hidupnya yang menderita. Ibunya sudah jauh lebih menderita, Luna tak boleh menambah kesedihannya.

Di siang hari yang panasnya menyengat ini, Luna lagi-lagi memacu langkahnya untuk melakukan wawancara dengan berbagai perusahaan yang memanggilnya. Walaupun, untuk hari ini, tidak ada kabar baik yang bisa dia terima.

Luna duduk termenung di bangku taman yang tak sengaja dia lewati. Entah kriteria macam apa yang perusahaan itu cari, karena Luna merasa kalau dirinya tidak seburuk itu. Dia lulusan S1 Administrasi Bisnis dari universitas negeri top 5 di Indonesia. Transkrip nilainya juga bagus, bahkan dia menerima gelar cumlaude. Pengalamannya selama kuliah pun tak main-main, Luna berkali-kali mewakili kampus dalam berbagai perlombaan, dan beberapa kali di antaranya dia mendapatkan juara.

Jika sudah begini, Luna hanya bisa berpikir kalau dirinya memang tidak beruntung. Namun, harus kemana lagi dia mencoba peruntungannya? Luna ingin menyerah, dia rasa hidupnya sudah tidak ada gunanya lagi. Ajaibnya, tiap kali Luna berpikir demikian, selalu ada yang datang.

"Mandi es batu, yuk!"

Luna mendongak, senyumnya seketika mengembang. Dara selalu datang dengan berbagai celotehannya yang konyol. Bisa dibilang, Dara itu salah satu alasan Luna masih bertahan sampai sekarang. Karena Dara akan selalu tahu kapan Luna terpuruk, dan akan selalu membuatnya bangkit lagi.

"Panas banget di sini, Lun. Lo nggak takut meleleh apa?" ujar Dara sambil menyeka keringat di keningnya

"Gue bukan es krim, jadi nggak akan meleleh" balas Luna sambil bangkit dari duduknya dan mulai berjalan

Dara turut bangkit, menyusul langkah sang sahabat hingga posisi mereka sejajar. "Anjay, udah bisa ngelucu nih anak gadis"

Luna hanya bisa memutar bola matanya tanpa tanggapan lagi. Mereka terus berjalan beriringan sampai akhirnya masuk ke sebuah warung pinggir jalan yang dipenuhi pengunjung. Gado-gado pinggir jalan itu memang jadi menu wajib mereka, setidaknya dalam seminggu mereka harus memakannya sekali.

"Bukannya lo kemarin dapet e-mail dari Geneva Group ya? Gue kira lo terima tawarannya" ujar Dara memulai pembicaraan

"Gue bingung, Dar. Gue nggak ada pengalaman jadi PA. Mana yang minta langsung Pak Danu lagi. Gue takut nggak bisa menuhin eksprektasi beliau" balas Luna lesu

Dara menghela nafas pelan, "Gue paham sih gimana kekhawatiran lo, tapi emang lo nggak pengen nyoba? Ini Geneva Group loh"

Luna langsung terdiam. Memang agaknya dirinya ini kurang bersyukur. Harusnya tawaran itu dia terima tanpa ragu, tapi malah sempat-sempatnya berpikir. Mungkin itu yang ada dalam benak Dara sekarang, menurut Luna.

"Maksud gue, Pak Danu juga kan tahu kalau lo baru lulus setahun yang lalu. Beliau juga pasti paham kalau pengalaman lo belum banyak" sambung Dara

Luna menoleh ke arah Dara dengan tatapan seriusnya, Dara sampai beringsut mundur karena jarang sekali melihat Luna menatapnya demikian.

"Lun, jangan makan gue, please!" cicit Dara ngeri

Luna tertawa, padahal niatnya ingin mengatakan sesuatu serius pada Dara, tapi respon sahabatnya itu malah menghancurkan keseriusannya.

"Eh, lo ketawa. Nggak jadi makan gue, kan?" ucap Dara sambil nyengir

"Lagian siapa sih yang mau makan lo. Dara, Dara" sahut Luna sambil mengusap wajahnya tak habis pikir

"Ya abisnya tatapan lo kayak gitu"

"Gue tuh mau cerita kenapa gue nggak bisa langsung terima tawarannya Pak Danu"

Dara mengernyit serius, "Apa?"

Luna terdiam sejenak, membuat kedua gadis itu saling tatap dalam kesunyian. "Anak Pak Danu yang butuh PA itu Mas Gio"

"M-mas Gi-gio? Mas Gio? Mas Gio yang itu?" respon Dara heboh

Luna mengangguk pasrah, "Mas Gio yang itu"

"Wah, Lun. Wah, gila, gue speechless"

Luna menghela nafas pelan, Dara saja sekaget itu apalagi dirinya. Sengaja Luna menjelaskannya pada Dara, agar Dara mengerti kenapa Luna tidak bisa langsung menerima tawaran sebagus itu.

"Gue sekarang paham beneran kenapa lo nggak langsung terima. Sebelumnya, gue kira, lo cuma overthinking aja karena ditawarin kerja di perusahaan gede di saat pengalaman lo minim" ujar Dara

"Gue nggak bisa ketemu Mas Gio lagi, Dar, sumpah deh" balas Luna frustasi

"Tapi, Lun, ini tawaran bagus banget buat lo" sahut Dara ikut frustasi

"Iya, tapi gue nggak bisa, nggak mau, nggak sanggup ketemu Mas Gio" oceh Luna yang sekarang memukul-mukul tasnya sendiri

Dara diam saja, memang sudah biasa Luna tantrum begitu. Biasanya karena lamaran kerjanya ditolak, atau karena ibu kosnya menagih uang sewa. Baru kali ini, Luna tantrum karena laki-laki.

Beruntung, pesanan gado-gado mereka akhirnya sampai. Jadi, Luna bisa meredakan tantrumnya dengan menyantap makanan kesukaannya itu. Jadi, tidak perlu ditanyakan lagi kan kenapa mereka berteman?

Guys, aku udah up ini dari jam 5 sore tadi, tapi kayaknya notifnya nggak masuk ya, jadi aku up ulang di jam 9 malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Guys, aku udah up ini dari jam 5 sore tadi, tapi kayaknya notifnya nggak masuk ya, jadi aku up ulang di jam 9 malam ini. Maaf ya, aku kurang perhatiin.
Btw, selamat datang di cerita baru dan universe baru. Enjoy yaa, updatenya tiap hari kok❤️
Jangan lupa vote dan comment karena aku juga butuh reaksi kalian sama cerita ini❤️
follow juga untuk informasi lengkapnya

Limitless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang