Kata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Luna kira, peresmian hubungan mereka semalam itu bisa sedikit saja mengubah sikap Gio padanya. Ternyata sama saja, Gio tetaplah Gio yang dingin, yang cuek, yang perhatian seperlunya. Harusnya, Luna tahu, kalau sejak dulu pun Gio begitu. Luna harus berjuang lebih agar bisa diperlakukan manis oleh laki-laki itu.
Meskipun Gio jadi lebih banyak bicara dalam mode Mas Gio, tapi tetap saja bukan itu yang Luna mau. Dia kan juga ingin disayang-sayang, diperhatikan, bukan malah dilepas begini. Padahal Gio sendiri tahu kalau Luna sedang kurang sehat.
Ah sudahlah, biar kesalpun, Luna tetap sayang Gio. Tetap juga Luna tak rela kalau Gio jauh darinya. Mungkin memang takdirnya begitu, bertemu Gio dan belajar sabar dengan sikap dinginnya.
Sekitar satu jam setelah Luna mengirim pesan itu, akhirnya mobil Gio tampak di halaman rumahnya. Luna sudah kesal sekali, dia sudah dandan dengan pakaian terbaiknya, tapi malah dibuat menunggu satu jam lamanya. Tapi, karena mengingat ini tengah jam kerja, nampaknya Luna yang merasa bersalah pada Gio. Gio telah meluangkan waktu untuknya. Ah, padahal Luna ingin ngambek saja pada Gio, tapi dia tak tega.
"Aku pamit sama Tante dulu ya?" ucap Gio begitu menginjakkan kaki di teras rumah
Luna hanya mengangguk. Ternyata benar kalau seseorang itu punya kekurangan dan kelebihan, Gio yang cuek dan dingin itu punya sisi lembut dalam bersikap. Dia begitu santun pada yang lebih tua, tak pernah sekalipun melewatkan mencium tangan Bunda Tari ketika datang ke sana.
