Baru hitungan detik Luna membalas dan meletakkan ponselnya, tiba-tiba telefon sudah masuk saja. Luna langsung bangkit dari duduknya dan beralih ke tangga darurat sebentar, tidak pantas saja rasanya harus menelfon Gio yang notabene anak pemimpin perusahaan di depan karyawan lain.
"Halo" sahut Luna begitu sampai di tempat yang sekiranya aman
"Lama banget ngangkatnya?"
"Ruangan aku kan gabung sama yang lain, Mas. Harus nyari tempat lain dulu buat angkat telefon"
"Ya udah, udah sarapan?"
"Udah"
"Aku juga udah, tadi aku beli bubur di depan, langsung keinget kamu, makanya kangen pengen denger suara kamu"
Luna berdecih meremehkan, "Katanya kangen, tapi mau nginep dilarang"
"Astaga, masih dibahas aja itu. Masih kesel karena itu? Tapi lebih enak dari rumah kan? Bayangin nggak kalau kamu dari apart aku berangkatnya, harus milih antara aku anterin tapi harus dari pagi banget biar nggak telat atau berangkat sendiri pakai taksi yang susah banget dapetnya kalau pagi. Enakan dari rumah, kan? Nggak begitu jauh juga"
"Hm"
"Udah dong betenya, mau lunch bareng nggak?"
"Mau"
"Okay, nanti aku ke sana ya? Tapi nggak bisa jauh-jauh, karena perjalanan ke hotel tuh jauh dari sini"
"Emang aku bilang bisa?"
"Lah"
"Kan tadi baru ngomong mau, bukan bisa"
"Astaga, Luna. Jadi bisa atau nggak, sayang?"
"Nggak, aku ada meeting di luar, sekalian lunch"
Gio menghela nafas pelan, "Ya udah, yang penting kabarin aku terus ya?"
"Kok kayak seneng gitu sih?"
"Senang gimana?"
"Seneng karena nggak jadi lunch sama aku, udah janjian sama siapa tuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
FanfictionKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...