Sudah lebih dari 36 jam, dan Luna belum juga menunjukkan tanda-tanda akan sadarkan diri. Semua pemeriksaan yang dilakukan mengatakan bahwa luka Luna telah diatasi dengan baik, yang paling parah itu ada di pita suaranya yang mungkin membuat Luna kehilangan suara.
Dokter tidak bisa menjawab kenapa Luna belum juga bangun, karena tanda vitalnya menunjukkan kondisi yang baik. Mungkin sebentar lagi, mungkin Luna memang butuh tidur yang lumayan panjang untuk membayar insomnia yang dilaluinya setiap malam.
Itu pikir Dara sambil menatap tubuh Luna dari dekat, dia tak berani sedikitpun menyentuh Luna, karena tangannya penuh memar, kepalanya juga dibalut perban. Dara hanya bisa berdoa, berharap semoga semuanya dapat sembuh seperti semula dan berharap bahwa tidak akan ada lagi pertumpahan air mata di sana.
Rencananya, hari ini, Dara akan mendatangi Bunda Tari untuk menceritakan semuanya secara perlahan. Dara memilih datangi dulu Luna sejenak untuk melihat keadaannya, baru dia akan kesana. Tapi, di sana, Dara malah bertemu Gio dan dia bersedia menemani Dara pergi menemui Bunda Tari.
Awalnya, Dara menolak, tapi Gio menawarkan solusi bahwa Dara bisa membawa Bunda Tari lebih cepat ke rumah sakit jika Gio ikut. Akhirnya, Dara setuju, tapi dia meminta waktu sebentar untuk menjenguk Luna dari dekat.
Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar, Dara segera menoleh. Dia lihat Gio dalam kaca kecil di pintu itu, Gio memberikan gestur bahwa mereka bisa pergi sekarang, makanya Dara mengangguk singkat. Setelahnya, pandangan Dara beralih lagi ke Luna, masih tak berani sedikitpun Dara menyentuh Luna, Dara takut Luna kesakitan karena sentuhannya.
"Gue nggak bisa janji buat nggak bikin Bunda nangis, karena tangis lo nggak kalah banyak, Lun. Sekarang saatnya lo bagi tangis lo itu ya? Gue minta maaf" lirih Dara
Sejenak Dara seka air matanya di pipi, lalu dia perlahan berbalik badan dan keluar. Gio tak bicara apapun di luar, hanya langsung melangkah mendahului Dara. Dan Dara secara alami mengikutinya.
"Lo butuh gue masukin alamat ke maps atau ikutin arahan gue aja?" tanya Dara begitu mereka berdua sampai di mobil Gio
"Arahan lo aja" jawab Gio singkat
"Okay"
Karena hari sudah sore dan bersamaan dengan jam pulang kantor, jadi jalanan sedikit padat. Dara mulai cemas, dia mulai menyusun kemana kalimatnya akan dimulai di depan Bunda Tari nanti. Dara takut salah bicara, takut juga malah membuat keadaan semakin rumit jika salah memilih kata.
"Jadi, selama ini nyokapnya Luna sendirian di rumah?" tanya Gio mulai basa-basi
Dara sedikit terkejut, tak menyangka akan diajak bicara duluan oleh seorang Gio. Tapi, dia tetap mengangguk pelan. "Rey keluar dari rumah sejak lulus kuliah, terus Luna juga nyusul setelah lulus"
Gio mengangguk-angguk sambil menatap jalanan di depannya yang padat merayap.
"Kemarin, gue denger polisi sebut-sebut rekaman CCTV, itu kejadian di resto ya?" tanya Dara ragu
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless Love
FanficKata orang-orang, setiap manusia itu punya keberuntungan dan ujiannya masing-masing. Artinya, jika ada satu sisi kehidupan dari seseorang itu memperoleh keberuntungan, maka akan ada sisi lain yang mendapati ujian. Namun, Luna tidak sepakat dengan it...